TRIBUNTRENDS.COM - Apa yang kamu lakukan di umur 17 tahun?
Masih tergolong usia remaja, di umur itu tentunya kebanyakan orang akan bersenang-senang bersama kawan.
Beda dengan remaja pria ini.
Ialah Mack Rutherford, seorang pilot Inggris-Belgia.
Usianya baru 17 tahun.
Tak ayal, ia menjadi orang termuda yang menerbangkan pesawat sendirian di seluruh dunia.
Mack telah melintasi 52 negara.
Baca juga: Pilot Gadungan Berulah, Janda Kena Apes, Ajak Ngamar Lalu Diam-diam Bawa Kabur Mobil & Uang Korban
Dikutip dari Saostar.vn pada Senin (29/8/2022), Mack terbang selama 5 bulan satu hari.
Ia memulai perjalanannya dari Bulgaria pada 23 Maret 2022.
Lantas, Mack Rutherford kembali pada 24 Agustus 2022.
Mack mendarat di bandara kecil dekat kota Radomir, sekitar satu jam dari Sofia, Belgia.
Mack Rutherford sendiri terbang lebih dari 52 negara.
Ia terbang melalui Afrika, Teluk ke India, Cina, Korea, Jepang.
Baca juga: SOSOK Capt Boy Awalia, Rekan Kerja Beber Sifat Pilot yang Meninggal Dunia Usai Daratkan Pesawat
Remaja ini menyeberangi Pasifik Utara menuju Alaska, menuju Pantai Barat Amerika Serikat hingga Meksiko, lalu melanjutkan melintasi Atlantik hingga Eropa.
Selama perjalanan ini, pesawat Rutherford mendarat di bandara Da Nang, Vietnam pada 19 Juli.
Menurut sumber, pencapaiannya melampaui rekor orang termuda yang menerbangkan pesawat sendirian di seluruh dunia dalam 150 hari.
Sebelumnya posisi tersebut diduduki Travis Ludlow, seorang warga negara Inggris berusia 18 tahun.
"Melalui perjalanan ini saya ingin menunjukkan bahwa anak muda dapat membuat perbedaan,
ikuti saja mimpi mereka," kata Rutherford, yang berencana kembali ke sekolah setelah perjalanan.
Keluarga Rutherford memiliki empat generasi pilot.
Dia pertama kali duduk di belakang kemudi ketika dia berusia 7 tahun.
Di usia 15 tahun, Mack mendapat lisensi untuk menerbangkan pesawat mikro.
Dalam perjalanannya kali ini, Rutherford mengatakan dia menghadapi banyak tantangan.
Ia menghadapi badai pasir di Sudan, panas ekstrem di Dubai dengan suhu hingga 48 derajat Celcius, penutupan bandara di India, hingga hujan badai dan badai.
Ia juga harus makan cokelat untuk menahan napas dan menghadapi beberapa masalah teknis.
Sebagian besar alasan gangguan perjalanan adalah proses pengajuan izin atau harus mengubah rute penerbangan jika ditolak oleh otoritas setempat.
Kesan yang paling tak terlupakan adalah saat tidur sendirian di pulau terpencil di Samudera Pasifik saat melintasi laut dari Jepang menuju Alaska.
“Setelah 10 jam terbang, saya tiba di sebuah pulau kecil, hari mulai gelap, jadi saya mendarat.
Hujan dan semakin gelap dan gelap, landasan tidak memiliki lampu.
Ini adalah pulau terpencil, jadi jika sesuatu terjadi, hanya saya yang bisa menanganinya, jadi sangat penting untuk menjaga semuanya tetap berjalan," ungkapnya.
(TribunTrends.com/ Suli Hanna)