'Kak Lusi, Saya Ada Sakit' Prada Lucky Curhat ke Kakak, Baru Sebulan Tugas di Nagekeo NTT
Baru sebulan tugas di Nagekeo NTT, Prada Lucky (23) curhat sakit ke sang kakak. Keluarga pilu Prada Lucky tewas dipukuli senior.
Editor: Suli Hanna
TRIBUNTRENDS.COM - Di balik seragam loreng dan sumpah setia pada negara, tersimpan jeritan pilu seorang prajurit muda yang perlahan meregang nyawa, jauh dari pelukan keluarganya.
Prada Lucky Chepril Saputra Namo, baru seumur jagung mengenakan baret hijau, namun tubuhnya sudah babak belur karena siksaan sesama rekan satu korps.
“Kak Lusi, saya ada sakit.” Kalimat itu diucapkan Prada Lucky kepada kakaknya, Novilda Lusiana Hetinina Namo, hanya sebulan setelah ia resmi bertugas di Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere, Nagekeo, NTT.
Ternyata itu adalah sebuah keluhan ringan yang menyembunyikan luka yang jauh lebih dalam dari sekadar fisik.
Lusi mengingat jelas malam ketika adiknya menelpon saat ia tengah sibuk bekerja.
Dengan suara lemah, sang adik mengeluh sakit dan merasa tak sanggup lagi menahan beban yang seharusnya tak pernah ditanggung sendirian.
“Dia curhat saya pernah, sekitar bulan lalu, itu chat-nya masih ada, dia telepon saya ketika saya sedang kerja.
Dia bilang 'kak Lusi, saya ada sakit'.
Saya bilang berobat dulu adek ke kesehatan gitu, minum obat,” ujar Lusi lirih, mengutip kenangan pahit yang kini menghantuinya.
Tapi rasa sakit itu tak hanya berasal dari tubuhnya yang mulai melemah.
Prada Lucky menderita bukan karena tugas negara, melainkan karena perlakuan bengis para seniornya.
Ia dihantam, dipukuli, bahkan disiksa, hanya karena dianggap terlalu lelah saat bekerja di dapur.
“Senior pikir saya capek kerja,” kata Lusi menirukan ucapan adiknya.
Setiap hari, Prada Lucky harus bangun pukul tiga dini hari.
Tugasnya adalah menyiapkan makanan untuk para personel di batalion.
Tubuh mudanya yang belum terbiasa dengan ritme militer jatuh sakit.
Tapi alih-alih mendapatkan bantuan, ia justru dihukum.
Baca juga: Tolong, Saya Butuh Keadilan Ibu Prada Lucky Berlutut di Kaki Pangdam: Jangan Ada Fitnah Lagi

“Dia bilang bangun jam 03.00 Wita.
Pasti drop juga, saya bilang 'ke rumah sakit dulu atau ke kesehatan di Batalyon'.
Dia bilang 'Iya Lusi nanti saya pergi',” tutur Lusi.
Di tengah penderitaannya, Prada Lucky tetap bungkam kepada banyak orang.
Ia bukan tipe yang suka mengeluh.
Tapi ketika beban menjadi terlalu berat, hanya sang kakak yang menjadi tempat ia berpaling.
“Dia anaknya tidak banyak omong, kebanyakan dia simpan keluh kesah sendiri.
Tapi waktu itu mungkin dia tidak tahan jadi curhat saya,” ucap Lusi, berusaha menahan air mata.
Setelah mengetahui penderitaan sang adik, Lusi tak tinggal diam.
Ia mengadukan semuanya ke sang ibu dan teman-teman TNI yang dikenalnya, berharap ada yang membantu.
Namun langkahnya justru membuat Lucky merasa tidak nyaman.
“Dia cerita satu kali dipukul.
Saya cerita ke mama, saya punya teman ada kenalan juga di situ, saya bilang 'minta tolong saya punya adik ada sakit, dia dipukul, tolong temani dia ke puskes',” jelasnya.
Ia marah karena kakaknya membongkar penderitaannya kepada sang ibu.
“Dia (Lucky) sempat marah karena 'kak Lusi kenapa kasih tahu mama? jadi kepikiran'.
Saya bilang kasihan adik kena pukul di sana'. Habis itu dia tidak cerita saya lagi,” kata Lusi, dengan suara lirih penuh penyesalan.
Isu kelam pun sempat merebak.
Ada yang menuding kekerasan terjadi karena penyimpangan seksual. Namun Lusi dengan tegas membantah.
“Yang saya kenal, saya punya adik dari kecil sampai sekarang, dia punya pergaulan itu normal. Pergaulannya luas, malah lebih dari saya,” tegas Lusi.
Sayangnya, jeritan dalam diam Prada Lucky tak sempat terdengar lebih lama.
Pada 6 Agustus 2025, sekitar pukul 11.23 WITA, ia mengembuskan napas terakhir di ruang IGD RSUD Aeramo, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, setelah menjalani perawatan intensif selama empat hari.
Tubuhnya penuh luka: memar, bekas sundutan rokok, paru-paru rusak, hingga gagal ginjal. Ia tak lagi bernyawa, gugur bukan di medan perang, melainkan dalam duka yang disebabkan tangan-tangan tak berperikemanusiaan.
20 Tersangka, Satu Prajurit Gugur
Tragedi ini mengguncang institusi militer. Pangdam IX/Udayana, Mayor Jenderal TNI Piek Budyakto, menyampaikan pernyataan mengejutkan: 20 prajurit ditetapkan sebagai tersangka, satu di antaranya seorang perwira.
“Laporan sementara saat ini semua sudah ditangani. Seluruhnya 20 tersangka yang sudah ditahan, kemudian ditindaklanjuti pemeriksaan lanjutan. Ada satu orang perwira,” ungkap Piek.
Meski belum mengungkap motif secara pasti, Piek memastikan bahwa proses penyelidikan akan terus berlanjut. Polisi Militer kini tengah bekerja menyelidiki dan melakukan rekonstruksi kasus ini.
“Siapapun yang melakukan perbuatan ini harus diusut, tidak pandang bulu. Seluruhnya harus kita periksa sesuai mekanisme hukum, dan kita sesuaikan dengan prosedur yang ada,” katanya tegas.
Ia juga menegaskan komitmen keterbukaan institusi dalam menangani kasus ini.
“Hukuman terberat sesuai dengan mekanisme nanti oleh Polisi Militer yang berhak menyampaikan dan permintaan keluarga. Proses hukum kemudian tindaklanjuti akan kita laksanakan secara transparan tidak ada yang kita tutupi. Sudah jadi tersangka dan sudah ditahan,” lanjut Piek.
Rasa duka mendalam pun disampaikan sang jenderal atas kehilangan prajurit muda tersebut.
“Saya kehilangan anggota saya Prada Lucky Chepril Saputra Namo, anak kandung dari Sersan Mayor Kristian Namo, ini menyedihkan dan sesalkan,” katanya dengan nada penuh sesal.
Ia menambahkan bahwa perintah dari Menteri Pertahanan dan pejabat Mabes TNI sangat jelas: pengusutan harus dilakukan terbuka dan adil, sesuai aturan.
Daftar 20 Nama Pelaku
Para pelaku terbagi dalam dua kelompok: yang memukuli dengan selang dan yang memukuli dengan tangan.
Pemukulan menggunakan selang:
1. Letda Inf Thariq Singajuru
2. Sertu Rivaldo Kase
3. Sertu Andre Manoklory
4. Sertu Defintri Arjuna Putra Bessie
5. Serda Mario Gomang
6. Pratu Vian Ili
7. Pratu Rivaldi
8. Pratu Rofinus Sale
9. Pratu Piter
10. Pratu Jamal
11. Pratu Ariyanto
12. Pratu Emanuel
13. Pratu Abner Yetersen
14. Pratu Petrus Nong Brian Semi
15. Pratu Emanuel Nibrot Laubura
16. Pratu Firdaus
Pemukulan menggunakan tangan:
1. Pratu Petrus Nong Brian Semi
2. Pratu Ahmad Adha
3. Pratu Emiliano De Araojo
4. Pratu Aprianto Rede Raja
(TribunTrends.com/ TribunSumsel.com/ Disempurnakan dengan bantuan AI)
Sumber: Tribun Sumsel
Bukan Hanya Prada Lucky, Prada Ricard Ikut Dianiaya di Tempat yang Sama, Tidur Tanpa Alas |
![]() |
---|
Citra Letda Inf Thariq Singajuru, Dulu Eksis Punya 11 Ribu Follower, Kini Terseret Kasus Prada Lucky |
![]() |
---|
'Tolong, Saya Butuh Keadilan' Ibu Prada Lucky Berlutut di Kaki Pangdam: Jangan Ada Fitnah Lagi |
![]() |
---|
Bupati Klaten Hamenang Ingatkan Generasi Muda Hadapi Era AI dan Budaya Asing |
![]() |
---|
Temui Keluarga Prada Lucky di Kupang, Pangdam Udayana Janji Ungkap Kebenaran: 20 Orang Tersangka |
![]() |
---|