Breaking News:

Berita Viral

Anak Kuli Angkut di Gunung Singgalang Jadi Mahasiswa Baru ITB, Sekampung Iuran Bayari Keberangkatan

Kisah anak kuli angkut di Gunung Singgalang jadi mahasiswa baru di ITB. Sekampung kompak iuran biayai keberangkatan.

Editor: Suli Hanna
YouTube TribunSumsel
ANAK KUI ANGKUT - Kisah anak kuli angkut di Gunung Singgalang jadi mahasiswa baru di ITB. Sekampung kompak iuran biayai keberangkatan. 

TRIBUNTRENDS.COM - Kisah anak kuli angkut di Gunung Singgalang jadi mahasiswa baru di ITB. Sekampung kompak iuran biayai keberangkatan.

Di sebuah sudut lereng Gunung Singgalang, Sumatera Barat, sebuah momen haru tak terlupakan terjadi. 

Seorang anak kuli angkut, Devit Febrianyah, dijemput langsung oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., di kediaman sederhananya.

Momen itu menjadi simbol harapan, perjuangan, dan cinta dari satu kampung yang rela bergotong royong demi satu cita-cita: kuliah di ITB.

Kisah luar biasa Devit viral di media sosial setelah diunggah oleh influencer pendidikan Imam Santoso lewat akun Instagram @santosoim, Senin (9/6/2025).

Anak dari keluarga pekerja kasar ini berhasil menembus Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI-ITB) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Bukan hanya menjadi kebanggaan keluarga, Devit juga satu-satunya anak dari Kecamatan Malala yang lolos ke ITB tahun ini.

Dan yang membuat publik tersentuh, adalah fakta bahwa seluruh warga kampungnya bahu-membahu membantu biaya keberangkatannya ke Bandung.

Iuran dilakukan sukarela—ada yang memberi Rp50 ribu, ada yang menyumbang Rp100 ribu.

Semua demi Devit.

Baca juga: Perjuangan Calon Mahasiswa ITB dari Bukittingi, Anak Penjual Baju Bekas Belajar dari Jam 3 Pagi

DIJEMPUT REKTOR - Kisah Devit Febriansyah (18), siswa SMAN 1 Bukittinggi, viral di media sosial setelah dijemput oleh Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB). Devit adalah anak dari kuli angkut yang lolos SNBP di ITB.
DIJEMPUT REKTOR - Kisah Devit Febriansyah (18), siswa SMAN 1 Bukittinggi, viral di media sosial setelah dijemput oleh Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB). Devit adalah anak dari kuli angkut yang lolos SNBP di ITB. (Instagram @santosoim)

“Devit keterima ITB bikin bangga sekampung, penduduk patungan bantu Devit, 50rb, 100rb, dan seterusnya,” tulis Imam.

Ketika sang Rektor tiba di rumah Devit, suasana berubah haru.

Devit yang semula tidak menyangka kehadiran tokoh penting itu, tampak terguncang.

“Diarak Rektor di lereng Gunung Singgalang, Sumatera Barat.

Devit dari SMAN 1 Bukittinggi keterima STEI, tremor, tau ada Pak Rektor,” tulis Imam dalam unggahan lanjutan.

Kedatangan Rektor ITB disambut langsung oleh kedua orangtua Devit—Julimar dan Doni Afrijal. Mereka menangis tersedu di hadapan Prof. Tata. Istri Rektor pun langsung memeluk ibu Devit dalam kehangatan yang menggetarkan hati.

“Ayah Ibu Devit nangis sesenggukan termasuk Prof Tata,” tulis Imam lagi.

DIJEMPUT REKTOR - Kisah Devit Febriansyah (18), siswa SMAN 1 Bukittinggi, viral di media sosial setelah dijemput oleh Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB). Devit adalah anak dari kuli angkut yang lolos SNBP di ITB.
DIJEMPUT REKTOR - Kisah Devit Febriansyah (18), siswa SMAN 1 Bukittinggi, viral di media sosial setelah dijemput oleh Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB). Devit adalah anak dari kuli angkut yang lolos SNBP di ITB. (via Surya Malang)

Dengan penuh empati, Prof. Tata mencoba menenangkan ayah Devit.

Ia pun memberikan hadiah berupa topi khas ITB kepada Devit, sebagai simbol sambutan untuk mahasiswa barunya yang istimewa.

Sehari-hari, ayah Devit bekerja memanggul kayu manis.

Tak ada gaji tetap.

Sementara sang ibu, hanya bisa membantu menyisir kayu yang sudah dipetik. Hidup pas-pasan.

Tapi dari keterbatasan itu, lahirlah seorang pemuda dengan semangat membara menembus kampus impian jutaan orang.

Tak hanya warga kampung yang terharu.

Publik di media sosial ikut bangga.

Komentar penuh doa dan pujian mengalir di unggahan Imam.

“Semoga Devit dan orang-orang yang membersamainya senantiasa dimudahkan jalannya. MasyaAllah, ikut bangga sama anak orang,” tulis akun @dia***.

“Yg bikin terharu disini masyarakat kampungnya yg saling bantu sampe iuran untuk bekal Devit di Bandung… semoga Devit bisa jadi panutan untuk adik-adik dikampungnya,” ujar @rit***.

“Devit bener-bener pribadi 'anak baik' yang terselamatkan oleh bantuan para warga. Ini adalah budaya urunan & gotong royong yang masih common di desa,” ungkap @alf***.

Sebagai bentuk apresiasi atas perjuangannya, Devit juga mendapat bantuan dari Paragon Corp.

Perusahaan tersebut memberikan laptop, uang tunai, dan sejumlah produk mereka untuk mendukung Devit selama menempuh pendidikan di Bandung.

Tak Sendiri, Ada Dua Pejuang Lain

Dalam momen yang sama, Rektor ITB juga menyambangi dua mahasiswa baru lainnya: Nauli Al Ghifari dari SMAN 1 Bukittinggi dan Deka Fakira Berna dari SMAN 1 Padang.

Keduanya diterima karena prestasi, meski juga berasal dari keluarga yang tidak berkecukupan.

Prof. Tata menyampaikan pesan motivasi kepada mereka:

“Di kampus nanti, kalian akan bertemu banyak mahasiswa hebat.

Harus tetap berusaha yang terbaik dan jangan putus asa,” kata Prof. Tata, dikutip dari laman resmi ITB.

Dari Tunanetra ke Magister: Kisah Alfian Menginspirasi

Tak hanya Devit, cerita menggetarkan hati juga datang dari Alfian Andhika Yudhistira, seorang tunanetra yang menjadi wisudawan magister pertama di Universitas Airlangga (Unair).

Ia bukan hanya penyandang disabilitas, tapi juga anak dari tukang tambal ban yang berhasil meraih gelar S2 di bidang Kebijakan Publik.

“Meskipun saya tunanetra pertama, saya merasa diperlakukan baik sekali di UNAIR selama saya berkuliah.

Saya jarang mendapat pendamping dari luar kelas karena teman-teman sekelas saya sudah bisa menjadi pendamping," ujar Alfian.

Alfian adalah anak keempat dari keluarga sederhana, namun menjadi yang pertama menempuh pendidikan pascasarjana.

“Saya tunanetra satu-satunya di keluarga.

Saya anak keempat, tapi yang pertama S2. 

Ibu saya ibu rumah tangga dan bapak saya tukang tambal ban, tetapi saya bangga menjadi bagian dari mereka,” tuturnya.

Kini, Alfian aktif mengkampanyekan isu disabilitas di media sosial.

“Yang saya lakukan saat ini adalah bagaimana saya menularkan isu-isu disabilitas melalui sosial media dan itu harus dilakukan dengan bahagia.

Disabilitas itu harus bahagia,” katanya.

Dalam pidato wisudanya, Alfian menutup dengan pesan mendalam:

“Semoga kita bersama-sama menjadi insan yang excellent with morality dan bisa berkontribusi pada negara dengan apa yang kita miliki.”

(TribunTrends.com/ SuryaMalang.com/ Disempurnakan dengan bantuan AI)

Sumber: Surya
Tags:
Devit FebrianyahSumatera BaratITBrektorGunung Singgalangmahasiswa baru
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved