Profil & Kiprah Jabarano Coffee, Bisnis Kopi Ridwan Kamil yang Mendunia, Rasa Khas: Cuan Fantastis

TRIBUNTRENDS.COM - Berikut ini profil dan kiprah Jabarano Coffee, bisnis kopi milik Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang telah mendunia.

Setelah gagal memenangkan Pilkada Gubernur Jakarta 2024, Ridwan Kamil atau yang lebih akrab disapa Kang Emil, memutuskan untuk mengalihkan fokus dan energi pada pengembangan bisnis kopi yang ia dirikan, yaitu Jabarano Coffee.

Bisnis ini bukan hanya sekadar usaha kuliner, tetapi juga merupakan sebuah misi untuk memperkenalkan kopi Indonesia ke pasar internasional. Bisnis yang telah tembus pasar global ini tentunya menghasilkan cuan fantastis.

Jabarano Coffee dilatarbelakangi oleh visi Kang Emil untuk mendukung hilirisasi industri kopi Indonesia yang masih terbilang kurang berkembang, meskipun negara ini merupakan salah satu produsen kopi terbesar di dunia.

Dengan ide yang sudah lama mengendap di pikirannya, Kang Emil baru benar-benar mewujudkan impian ini setelah masa jabatannya sebagai Gubernur Jawa Barat berakhir.

Visi untuk membawa kopi Indonesia mendunia semakin nyata dengan hadirnya Jabarano Coffee yang kini telah membuka lima cabang, dengan empat cabang di Bandung dan satu di Ubud, Bali.

Namun, ambisi Kang Emil tidak berhenti di sini. Bisnis kopi ini menargetkan ekspansi besar-besaran, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pada 25 Januari 2025, Jabarano Coffee membuka outlet pertama di luar negeri yang berlokasi di Seoul, Korea Selatan, sebagai langkah awal dalam memperkenalkan kopi Indonesia di pasar global.

Selain Seoul, Jabarano Coffee juga hadir di beberapa kota besar dunia lainnya seperti Copenhagen, Budapest, Madinah, dan Vietnam, menjadikannya sebagai brand kopi yang terus berkembang dan siap bersaing di pasar internasional.

Dalam beberapa kesempatan, Kang Emil sering menyampaikan pandangannya mengenai potensi kopi Indonesia.

Meskipun kopi Indonesia memiliki cita rasa yang unik dan diakui oleh banyak penikmat kopi di seluruh dunia, ia mengakui bahwa produktivitas kopi Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara produsen kopi lainnya, seperti Vietnam.

Ia menjelaskan bahwa produktivitas kopi di Indonesia hanya mencapai sekitar 1 ton per hektar, sementara Vietnam mampu mencapai produktivitas hingga 5 ton per hektar.

Untuk itu, Kang Emil berharap Jabarano Coffee dapat menjadi katalis untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional.

Salah satu hal yang membedakan Jabarano Coffee dari banyak merek kopi lainnya adalah sistem operasional yang diterapkan.

Kang Emil memilih untuk tidak menggunakan sistem waralaba (franchise) yang umumnya digunakan oleh banyak kedai kopi besar di dunia. 

Sebagai gantinya, ia menerapkan sistem bagi hasil, di mana mitra usaha akan berbagi keuntungan dengan perusahaan.

Pilihan ini diambil untuk menjaga kualitas produk dan layanan di setiap outlet Jabarano Coffee, mengingat banyak masalah kualitas yang seringkali dihadapi oleh sistem franchise.

Dalam perjalanan bisnisnya, Jabarano Coffee telah menyerap sekitar 200 tenaga kerja, dan Kang Emil menargetkan penambahan hingga 15 outlet baru pada tahun 2025.

Dengan investasi awal sebesar Rp50 miliar, Kang Emil sangat optimistis bahwa bisnis kopi yang ia jalankan ini bisa berkembang menjadi salah satu pemain besar di industri kopi global.

Dalam wawancara terbarunya, ia juga menyebutkan impian besar untuk Jabarano Coffee agar bisa mencapai pendapatan global yang fantastis, mirip dengan Starbucks, yang diperkirakan bisa meraih Rp300 triliun per tahun.

Dengan semua ambisi dan investasi yang ada, Kang Emil menargetkan bahwa Jabarano Coffee bisa mencapai titik impas atau break-even point dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan.

Ia berharap Jabarano Coffee bisa menjadi simbol kebanggaan bagi kopi Indonesia di panggung internasional, dan meminta dukungan masyarakat untuk mewujudkan mimpi besar ini.

Baginya, perjalanan Jabarano Coffee adalah langkah konkret dalam menciptakan perubahan di industri kopi Indonesia yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga mengangkat nama bangsa di kancah global.

Daftar Bisnis Ridwan Kamil

Sebelum mengarungi dunia politik, Ridwan Kamil telah membangun karier gemilang di bidang arsitektur. Pada Juni 2004, bersama tiga rekannya, ia mendirikan firma konsultan arsitektur PT Urbane Indonesia.

Firma ini bergerak dalam bidang desain perkotaan dan perancangan, dengan fokus pada proyek-proyek besar yang berkontribusi signifikan dalam perkembangan desain arsitektur di Indonesia.

Beberapa proyek prestisius yang berhasil ditangani oleh Urbane Indonesia antara lain Nipah Park di Makassar, Masjid Al Jabbar di Bandung, Bella Terra Lifestyle Center di Kelapa Gading, dan Merusaka Nusa Dua di Bali.

Berkantor pusat di Jalan Cigadung Raya Barat, Bandung, Urbane Indonesia menjadi salah satu pemain utama dalam industri arsitektur Indonesia.

Ridwan Kamil, meski kini aktif di dunia politik, masih tercatat sebagai mitra di Urbane Indonesia. Peranannya dalam perusahaan ini tetap signifikan, sementara istrinya, Atalia Praratya, menjabat sebagai komisaris.

Struktur kepemimpinan perusahaan ini tetap mengutamakan kolaborasi antara para pendirinya dengan rekan-rekan Ridwan Kamil lainnya, yakni Achmad D. Tardiyana, Reza A. Nurtjahja, dan Irvan P. Darwis, juga memegang posisi strategis seperti Direktur Pelaksana dan Direktur Desain.

Sebagai seorang arsitek, Ridwan Kamil dikenal karena ide-ide inovatifnya dalam merancang ruang publik yang ramah lingkungan dan humanis.

Karyanya tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga mendapat perhatian internasional. Keberhasilan dalam bisnis arsitektur ini membuka jalan baginya untuk terjun ke dunia politik, dengan niat mengubah kota Bandung dan kemudian Jawa Barat menjadi lebih baik, berkelanjutan, dan modern.

Namun, di balik perjalanan karier politiknya yang sukses, kekayaan pribadi Ridwan Kamil juga menarik perhatian publik.

Harta Kekayaan Ridwan Kamil

Berdasarkan laporan harta kekayaan yang dipublikasikan oleh KPK melalui e-LHKPN, terlihat adanya peningkatan signifikan dalam jumlah kekayaan Ridwan Kamil selama ia menjabat sebagai Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat.

Pada tahun 2013, saat pertama kali melaporkan kekayaannya, total kekayaannya tercatat sebesar Rp 5,08 miliar.

Namun, pada Desember 2022, angka ini melonjak menjadi Rp 23,76 miliar. 

Peningkatan tersebut sebagian besar berasal dari kepemilikan tanah dan bangunan yang tersebar di beberapa daerah, termasuk Jakarta Selatan, Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Gianyar.

Tak hanya properti, Ridwan Kamil juga memiliki sejumlah kendaraan, baik mobil maupun motor dari berbagai merek dan tahun produksi.

Di antaranya adalah Hyundai Santa Fe Jeep (2017), motor Royal Enfield Classic 500 Battle Green (2017), motor Honda Beat Matic 108 (2018), dan Vespa Matic (2022).

Ia juga memiliki berbagai surat berharga dan kas yang cukup signifikan, menunjukkan bahwa selain bisnis arsitektur dan politik, Ridwan Kamil memiliki portofolio investasi yang cukup beragam.

(TribunTrends.com/*)