Tempat Wisata
Cuma 13 Km dari Brebes, Wisata Sejarah di Tegal Ini Cocok Dikunjungi saat Libur Lebaran 2025
Cuma 13 kilometer dari pusat kota Brebes, wisata sejarah di Tegal ini cocok dikunjungi saat libur Lebaran 2025
Editor: Nafis Abdulhakim
Cuma 13 kilometer dari pusat kota Brebes, wisata sejarah di Tegal ini cocok dikunjungi saat libur Lebaran 2025
TRIBUNTRENDS.COM - Kabupaten Tegal, yang mungkin lebih dikenal dengan pemandian air panas Guci, ternyata menyimpan destinasi wisata menarik lainnya, yaitu Gedung Semarang Cheriboon Stroomtram Maatschappij (SCS) atau Gedung Birao Tegal.
Bangunan ini, yang sering disebut sebagai "kembaran Lawang Sewu", terletak hanya sekitar 550 meter dari Alun-alun Tegal.
Gedung peninggalan Belanda ini telah berdiri sejak tahun 1913, namun baru-baru ini menjadi populer setelah penataan kawasan di sekitarnya oleh Pemerintah Kota Tegal.
Baca juga: Cuma 1 Jam dari Manggarai Barat, Wisata Pantai Ini Cocok untuk Libur Lebaran 2025, Bisa Lepas Tukik
Kawasan yang dulunya kurang terawat kini menjadi elegan dan tertata rapi, sehingga masyarakat setempat menyebutnya sebagai "adiknya Lawang Sewu Semarang" atau "Lawang Satus".
Lokasi Gedung Birao Tegal berada di jantung kota, tepatnya di Jalan Pancasila.
Namun, banyak masyarakat yang belum mengetahui sejarah bangunan ini.
Menurut sejarawan Pantura, Wijanarto, Gedung Birao dulunya merupakan kantor perusahaan kereta api Semarang Cheriboon Stroomtram Maatschappij (SCS), yang melayani jalur Semarang-Cirebon melalui Pekalongan dan Tegal.

Gedung ini diresmikan pada tahun 1913 dan dirancang oleh arsitek indis, Henri MacLaine Pont, yang memadukan gaya arsitektur Eropa dan Nusantara.
Karya-karya Henri MacLaine Pont lainnya termasuk Stasiun Tegal, Kampus ITB Ganesha, Stasiun Poncol Semarang, dan Gereja Puhsarang di Kabupaten Kediri.
Bangunan berciri lingkungan tropis ini memiliki beberapa keunikan, seperti rongga udara di bagian bawah, atap yang tinggi, serta ventilasi dan jendela yang mengatur sirkulasi udara.
Gedung Birao, yang kini sering menjadi latar belakang foto, pernah digunakan untuk berbagai keperluan.
Termasuk kantor pemerintahan militer pada masa penjajahan Jepang, tempat pengibaran bendera merah putih pada masa revolusi kemerdekaan, kantor SKPD, kantor dinas PU, kantor keuangan, dan kampus Universitas Pancasakti (UPS) Kota Tegal.
Wijanarto mendukung agar PT KAI memanfaatkan Gedung Birao menjadi museum sejarah yang hidup, yang tidak hanya menggambarkan sejarah transportasi kereta api, tetapi juga dinamika morfologis di Kota Tegal.
Ia berharap PT KAI dapat menjadikannya seperti Lawang Sewu, dengan menghadirkan diorama, potret-potret, dan bukti sejarah perkembangan kereta api di bawah perusahaan NIS.
(TribunTrends.com/TribunJateng/Disempurnakan dengan bantuan AI)