Breaking News:

Kunci Jawaban

Kunci Jawaban PMM: Apa yang Masih Menjadi Tantangan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Penggerak?

Berikut ini kunci jawaban post test dalam PMM 2024 Apa yang Masih Menjadi Tantangan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Penggerak

Kolase TribunTrends.com/ Canva
Berikut ini kunci jawaban post test dalam PMM 2024 Apa yang Masih Menjadi Tantangan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Penggerak 

TRIBUNTRENDS.COM - Berikut ini kunci jawaban post test dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM) 2024.

Dalam artikel ini terdapat pertanyaan 'Apa yang Masih Menjadi Tantangan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Penggerak?' Berikut jawabannya.

Kunci jawaban ini bisa digunakan para guru untuk mempermudah proses belajar mengajar.

Baca juga: Kunci Jawaban PMM: Manakah yang Tidak Termasuk Peran Kepala Sekolah dalam Diskusi Persiapan?

Modul Guru Penggerak

Platform Merdeka Mengajar (PMM)

[Soal:]

Apa yang Masih Menjadi Tantangan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Penggerak?

[Alternatif Jawaban:]

Ketika Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadikan guru sebagai tema besar dalam kebijakan Merdeka Belajar episode ke-5 dengan PGP, seharusnya insan pendidikan merespons dan mendukung dengan antusias.

Faktanya, ada banyak sekali tantangan yang dihadapi guru penggerak.

Tantangan tersebut dapat dipetakan pada dua tahap.

Tahap pertama ketika calon guru penggerak (CGP) masih mengikuti proses pendidikan melalui pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama sembilan bulan.

Akan ada banyak sekali kondisi yang dihadapi selama CGP mengikuti pendidikan.

Karena itu, konsistensi dan konsekuen adalah kunci untuk dapat menyelesaikan proses pendidikan.

Selain itu, tidak sedikit guru lain yang menggunjing, termasuk ada kepala sekolah yang memandang guru yang ikut PGP hanya untuk memenuhi hasrat pribadi.

Hanya mengejar jenjang karier untuk menjadi kepala sekolah.

Dengan persepsi demikian, tentu akan sulit bagi guru penggerak mewujudkan perubahan positif jika lingkungan terdekatnya tidak memberikan dukungan.

Apalagi jika kemudian kepala sekolah menarik dukungan kepada CGP untuk mengikuti pendidikan.

Tantangan tahap kedua adalah ketika CGP sudah menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan sertifikat 306 jam pelajaran dan dinyatakan sebagai guru penggerak.

Tantangan ini tidak kalah berat dibandingkan dengan tantangan tahap pertama. 

Guru penggerak mengemban misi kemuliaan dan keadaban.

Tidak hanya terbatas pada tergerak dan bergerak untuk peningkatan kompetensi dirinya.

Lebih dari itu, mereka juga harus menggerakkan ekosistem pendidikan di sekitarnya.

Tantangan berikutnya seperti di awal tulisan ini mengenai kekhawatiran keberlanjutan PGP setelah tahun 2024.

Target yang dicanangkan Kemendikbudristek pada 2024 akan lahir 405.000 guru penggerak.

Tantangan berupa kekhawatiran diri tentu memberikan konsekuensi besar karena berkaitan dengan motivasi dalam diri guru penggerak.

Pada titik inilah guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran harus berpegang pada nilai dan peran guru penggerak.

Lima nilai guru penggerak: berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif, dan inovatif, harus menjadi bagian dari identitas yang melekat dalam diri guru penggerak.

Eksistensi guru penggerak akan terlihat jika dapat menjalankan perannya dengan baik.

Yaitu menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan lingkungannya, menjadi pengajar pembelajaran bagi guru lain, dan mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah. 

Selain itu, guru penggerak harus berperan dalam membuka ruang diskusi dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan serta mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.

Meminjam istilah Jay Parini dalam The Art of Teaching (2009), mengajar adalah seni pertunjukan.

Guru penggerak sebagai kreator di ruang kelas harus membawa perubahan-perubahan di luar kelaziman selama ini yang menempatkan guru sebagai pusat belajar. 

Guru penggerak sudah waktunya menunjukkan seni pertunjukan mengajar pada kelaziman baru dengan menempatkan murid sebagai pusat belajar.

Tentu saja itu tidak mudah.

Ekosistem pendidikan sudah terlalu lama terbelenggu dengan pola pikir guru, murid, dan orang tua yang memandang bahwa keberhasilan dalam pembelajaran adalah jika semua murid mendapatkan nilai yang baik pada bidang akademik.

Itulah paradigma lama yang harus diubah guru penggerak menuju paradigma baru.

Selama mendampingi, penulis telah menemukan perubahan paradigma dari CGP.

Mereka menunjukkan antusiasme dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran. 

Tidak hanya belajar modul, mereka juga telah menerapkan praktik baik dalam ruang pembelajaran.

Inilah lompatan-lompatan yang diperlukan dan harus dijaga terus untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Guru penggerak adalah agen perubahan untuk mengembalikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara ke dalam ruang kelas.

Sudah saatnya dalam praktik pendidikan diutamakan pengasuhan dengan dasar kemanusiaan dan cinta kasih.

Sekolah sebagai perguruan harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi tumbuh dan berkembangnya murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.

Ki Hadjar Dewantara telah membuktikan keberhasilannya sebagai penggerak dalam laku perjuangan melalui pendidikan dan kebudayaan melawan kolonialisme.

Guru penggerak dilahirkan melalui landasan dan fondasi yang kuat. 

Keberadaannya menjadi tolok ukur baru dalam membawa perubahan dan menebarkan praktik baik.

Karena itu, meskipun banyak tantangan, guru penggerak harus tetap membawa gairah intelektual dan kebudayaan menuju transformasi pendidikan Indonesia.

Hari Guru Nasional bukanlah ajang untuk seremonial semata.

Momentum itu harus dijadikan sebagai refleksi diri oleh semua guru.

Bahwa guru adalah penggugah inspirasi dan kebaikan demi terwujudnya kesejahteraan lahiriah dan batiniah murid. Selamat Hari Guru. Salam dan bahagia.

(TribunTrends.com/TribunSumsel)

Sumber: Tribun Sumsel
Tags:
kunci jawabanpost testPMM
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved