Breaking News:

Berita Viral

Mirip di Indonesia, Remaja 14 Tahun di China Dihukum Squat Jump 1000 Kali, Terancam Cacat Permanen

Mirip dengan kasus di Indonesia, remaja 14 tahun di China dihukum melakukan Squat Jump sebanyak 1000 kali. Kini terancam cacat permanen.

Penulis: Hanna Suli
Editor: Suli Hanna
worldofbuzz.com
Nasib Remaja 14 Tahun di China Dihukum Squat Jump 1000 Kali, Terancam Cacat Permanen 

TRIBUNTRENDS.COM - Tak hanya di Indonesia, remaja di China juga mengalami nasib buruk setelah dihukum melakukan squat jump sebanyak 1.000 kali.

Seperti diketahui, belakangan ramai kabar siswa SMP di Indonesia berusia 14 tahun yang diduga tewas setelah dihukum guru melakukan squat jump sebanyak 100 kali.

Kejadian nyaris serupa juga menimpa remaja berusia sama di China.

Dikutip dari worldofbuzz.com pada Sabtu (5/10/2024), remaja tersebut dihukum melakukan squat jump sebanyak 1.000 kali.

Ia kedapatan berbicara dengan temannya sehingga pelatih memberikan hukuman berat tersebut.

Anak itu dikabarkan tak bisa melanjutkan setelah melakukan squat jump 200 kali.

Baca juga: Alhamdulillah Kata Terakhir Napi AS, Dihukum Mati Padahal Jaksa Sebut Ada Kemungkinan Tak Bersalah

Nasib Remaja 14 Tahun di China Dihukum Squat Jump 1000 Kali, Terancam Cacat Permanen
Nasib Remaja 14 Tahun di China Dihukum Squat Jump 1000 Kali, Terancam Cacat Permanen (worldofbuzz.com)

Bukannya menghentikan aksinya, sang pelatih malah menendang remaja tersebut.

Sang ibu segera datang dan membawa anaknya ke rumah sakit.

Remaja tersebut pulang setelah diberi obat dan ditangani luka-lukanya.

Tetapi kondisinya memburuk saat melakukan perawatan di rumah.

Remaja tersebut kabarnya tidak bisa berjalan.

Saat malam, ia pun tak bisa tidur.

Tiga hari kemudian, ibu dan anak itu kembali ke rumah sakit.

Betapa terkejutnya sang ibu, anak remajanya didiagnosis menderita Rhabdomyolysis di kakinya.

Ini adalah kondisi di mana otot rangka yang rusak dan hancur dengan cepat.

Baca juga: Maling di India Kepergok Pemilik Gym Mau Mencuri, Langsung Dihukum Lari di Treadmill Berjam-jam

Nasib Remaja 14 Tahun di China Dihukum Squat Jump 1000 Kali, Terancam Cacat Permanen
Nasib Remaja 14 Tahun di China Dihukum Squat Jump 1000 Kali, Terancam Cacat Permanen (worldofbuzz.com)

Sayangnya, remaja itu juga menderita kerusakan pada ginjal dan hatinya. 

Sang ibu lantas mengunjungi dokter lain untuk konsultasi lain dan mendapatkan diagnosis yang sama.

“Dokter mengatakan bahwa anak saya mungkin tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan olahraga selama sisa hidupnya, yang berarti dia akan cacat," pilu sang ibu.

Pihak keluarga melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

Mereka juga mengajukan gugatan hukum ke pengadilan, mendesak penyelenggara perkemahan musim panas untuk bertanggung jawab.

Kasus tersebut memasuki proses peradilan dan kepala lembaga yang terlibat mengatakan bahwa instruktur tersebut tidak menggunakan hukuman fisik atau pemukulan.

Kasus bisa diselesaikan dengan biaya Rp40 jutaan.

Namun pihak keluarga tidak setuju dengan kompensasi tersebut dan melanjutkan gugatan.*)

Tragis, Bocah 4 Tahun di Singapura Meninggal Gegara Dihukum Makan Cabai, Ayah Langsung Dipenjara

Betapa tragisnya nasib anak kecil ini.

Ia dihukum disuruh makan cabai oleh ayahnya sendiri, namun nahas, hukuman ini membuat sang bocah meninggal.

Dilansir dari News18 pada Rabu, (5/5/2024), seorang ayah berusia 38 tahun di Singapura telah dijatuhi hukuman delapan bulan penjara setelah kematian tragis putranya.

Tindakan tegas sang ayah untuk mendisiplinkan ini justru berujung mimpi buruk.

Dikabarkan, sang ayah memaksa anaknya untuk memakan sepotong cabai ke dalam mulut putranya sebagai hukuman.

Baca juga: Suami Nikah Lagi, Istri di Banyuasin Siram Air Keras & Air Cabai, Korban Melepuh Malam Pertama Gagal

Disebutkan bahwa bocah 4 tahun itu dihukum karena berbohong saat latihan pispot malah BAB.

Saat otopsi dilakukan, terungkap bahwa saluran napas anak tersebut terhalang oleh cabai berukuran 1 cm x 8 cm.

Cabai yang menyangkut ini menyebabkan kematian dini pada bocah nahas tersebut.

Kabarnya, insiden tersebut terjadi setelah sang ayah mencium bau tinja dari putranya saat buang air di pispot.

Saat sang ayah menanyakan si anak, bocah itu tak mengaku telah BAB.

Ilustrasi cabai.
Ilustrasi cabai. (Tribunnews.com)

Lalu si ayah memutuskan untuk mendisiplinkan putranya dengan menyuruhnya memakan cabai.

Dalam laporan CNA, bocah itu sedang berbaring tiduran sembari menangis dan menolak makan cabai pedas nahas itu.

Sang ayah ternyata tak berhenti meski si anak menolak, ia duduk di kursi dan berusaha membuat anaknya memakan cabai dengan cara memasukkannya ke dalam mulutnya secara paksa.

Kemudian, dia melepaskan si bocah karena sudah ditelan.

Salah sangka dan menduga si anak sudah berhasil menelan cabai, bocah itu justru berlarian di sekitar rumah.

Ternyata si anak menunjuk ke arah tenggorokannya dan terjatuh.

Melihat kondisi anaknya, sang ibu berusaha membantu dengan melakukan manuver Heimlich.

Di mana sang ibu menekan dada anak dari belakang, namun nahas ia tak tertolong.

Setelah menelepon tim kesehatan darurat sang ayah pun bergegas menuju ke klinik terdekat untuk mendapatkan pertolongan.

Sayangnya, si anak dinyatakan meninggal dunia saat tiba di klinik sekitar pukul 15.10 sore di RSUD Sengkang, Singapura.

Dalam persidangan, pengacara tersangka Taufiq Suraidi, mengajukan tuntutan hukuman tujuh bulan penjara dengan mengajukan pernyataan istrinya yang menyatakan bahwa ia menyayangi semua anaknya.

Taufiq menegaskan, kliennya merupakan sosok laki-laki berkeluarga yang mengutamakan kesejahteraan anak-anaknya.

Ia mengaku tidak melakukan kekerasan terhadap anak-anaknya.

Dalam pengakuannya, pria tersebut menyebut hanya memasukkan sebagian kecil cabai dan berhenti begitu ia merasakan cabai tersebut melewati gigi putranya.

“Semua itu menunjukkan bahwa niatnya dalam mendisiplinkan anaknya hanyalah untuk mengajarkan bahwa berbohong bukanlah perilaku yang patut dilakukan."

"Ini adalah sesuatu yang harus dia jalani seumur hidupnya."

"Meski begitu, saya yakin hukum harus ada jalannya."

"Dia telah belajar hal yang paling menyakitkan dari kejadian ini dan kecil kemungkinannya untuk melakukan pelanggaran lagi.”

Sementara itu, Hakim Distrik Ong Hian Sun menyatakan:

“Kasus ini sungguh menyedihkan. Hal ini sebenarnya bisa dicegah jika Anda tidak menerapkan metode seperti itu untuk mendisiplinkan anak Anda."

"Metode mendisiplinkan korban yang rentan, atau metode semacam ini, harus dihindari.”

Setelah kejadian tragis tersebut, pelaku pun mengidap depresi dan sempat berpikir untuk menghabisi diri sendiri.(*)

(TribunTrends.com/ Suli Hanna/ Dhimas)

Tags:
ChinaIndonesiaremajasquat jump
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved