Breaking News:

Berita Viral

Pria Meninggal Usai 104 Hari Kerja & Cuma Libur Sehari, Keluarga Pilu: Menukar Hidup dengan Uang

Kisah pria di China meninggal kerja 104 hari berturut-turut dan cuma libur sehari, keluarga tuntut perusahaan.

iStock
Ilustrasi - Kisah pria meninggal usai kerja 104 hari berturut-turut dan cuma libur sehari, keluarga tuntut perusahaan. 

TRIBUNTRENDS.COM - Nasib pilu menimpa seorang pria di China yang meninggal akibat gagal organ setelah bekerja nonstop.

Dilansir TribunTrends dari scmp.com Selasa (10/9/2024), pria tersebut bekerja selama 104 hari berturut-turut dan hanya libur sehari.

Pengadilan di provinsi Zhejiang memutuskan bahwa perusahaan tersebut bertanggung jawab sebesar 20 persen atas kematian pria tersebut.

Pria bernama A'bao disebut meninggal karena kegagalan banyak organ akibat infeksi pneumokokus, yang sering kali dikaitkan dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Peristiwa ini telah memicu kemarahan para warganet di China.

Baca juga: Dokter Syok Pasien Wanita Usia 30 Tahun Datang Minta Cuti Sakit, Curhat Dipaksa Kerja Sampai Pingsan

Ilustrasi - pria meninggal setelah 104 hari kerja dan cuma libur sehari.
Ilustrasi - pria meninggal setelah 104 hari kerja dan cuma libur sehari. (scmp.com)

Pada bulan Februari tahun lalu, A'bao menandatangani kontrak untuk bekerja sebagai pelukis di sebuah perusahaan yang namanya tidak diungkapkan oleh pengadilan.

Kontrak tersebut seharusnya berlangsung hingga Januari tahun ini.

Ia kemudian ditugaskan ke sebuah proyek di Zhoushan di provinsi Zhejiang di China timur.

A'bao bekerja setiap hari selama 104 hari dari Februari hingga Mei tahun lalu setelah menandatangani kontrak.

Ia hanya memiliki satu hari untuk beristirahat yakni pada tanggal 6 April.

Pada tanggal 25 Mei, ia mengambil cuti sakit karena merasa tidak enak badan dan menghabiskan hari itu untuk beristirahat di asramanya.

Pada tanggal 28 Mei, kondisi A'bao memburuk dengan cepat.

Ia dilarikan ke rumah sakit oleh rekan-rekannya, di mana ia didiagnosis menderita infeksi paru-paru dan gagal napas.

Pada 11 Juni, A'bao menghembuskan nafas terakhirnya.

Selama penyelidikan awal, pejabat jaminan sosial mengatakan karena lebih dari 48 jam telah berlalu antara sakitnya A'bao dan kematiannya, hal itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai cedera terkait pekerjaan.

Keluarganya kemudian mengajukan gugatan ganti rugi, dengan tuduhan kelalaian perusahaan.

Sebagai tanggapan, perusahaan tersebut berpendapat bahwa beban kerja A'bao dapat dikelola dan bahwa lembur yang dilakukan bersifat sukarela.

Mereka juga berpendapat bahwa kematiannya disebabkan oleh masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya dan kurangnya intervensi medis yang tepat waktu, yang memperburuk kondisinya.

Pengadilan memutuskan bahwa kapasitas A'bao untuk bekerja selama 104 hari berturut-turut merupakan pelanggaran nyata terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan Tiongkok, yang mewajibkan maksimal 8 jam kerja per hari dan rata-rata 44 jam per minggu.

Pengadilan memutuskan bahwa pelanggaran peraturan ketenagakerjaan oleh perusahaan memainkan peran penting dalam memburuknya sistem kekebalan tubuh A'bao.

Perusahaan lantas diminta bertanggung jawab sebesar 20 persen atas tragedi tersebut.

Pengadilan memberi keluarga tersebut total kompensasi sebesar 400.000 yuan (Rp 869 juta), termasuk 10.000 yuan untuk tekanan emosional yang disebabkan oleh kematian tersebut.

Baca juga: Wanita Ini 17 Kali Palsukan Kehamilan dan 12 Kali Aborsi Demi Cuti Kerja dan Tunjangan Rp 1,9 M

Perusahaan tersebut mengajukan banding atas putusan tersebut.

Namun, Pengadilan Menengah Rakyat Zhoushan menguatkan putusan awal pada bulan Agustus.

Kematian A'bao menuai beragam komentar dari netizen.

"Sungguh menyedihkan melihat ini. Bekerja seperti ini benar-benar seperti menukar hidup dengan uang." ujar seorang netizen.

"Biaya pelanggaran hukum bagi perusahaan terlalu rendah, dan tampaknya undang-undang ketenagakerjaan hanya ada untuk mengekang pekerja.” tandas netizen lain.

Dokter Syok Pasien Wanita Usia 30 Tahun Datang Minta Cuti Sakit, Curhat Dipaksa Kerja Sampai Pingsan

Pilu seorang wanita yang berusia 30 tahun mengeluh sakit ke dokter.

Ia mengaku dipaksa bekerja sampai pingsan tak sadarkan diri.

Dokter pun syok saat ia datang untuk meminta surat pengantar agar bisa mengajukan cuti karena sakit.

Dikutip dari mStar, Selasa (7/5/2024), setiap individu yang datang ke klinik atau fasilitas kesehatan pasti mempunyai tujuan tertentu baik untuk mendapatkan obat maupun untuk menerima pengobatan dan konsultasi.

Baca juga: Gelombang Panas Serang India, Penyiar Berita Mendadak Pingsan saat Live, Tak Tahan Kepanasan

Bagi sebagian individu, niat untuk mendapatkan surat keterangan cuti sakit (MC) mungkin juga dianggap biasa saja.

Namun bagi pasien yang satu ini, kedatangannya di sebuah klinik mengejutkan seorang dokter.

“Dokter, saya mau MC dua hari.

Yang mengejutkan saya, dia masuk dan meminta MC.

Seorang pasien berusia 30 tahunan duduk di kursi konsultasi, postur tubuhnya lemah, bahunya terjatuh, lebam hitam di bawah matanya tampak sangat gelap.

"Waktu saya tanya... ada apa Bu? Air mata mulai terbentuk di sudut matanya.

Ilusrasi wanita sakit
Ilusrasi wanita sakit (mStar)

Saya seorang dokter yang kelelahan, saya sudah bekerja selama lima tahun, tapi hanya saya staf di sana," kata Dr Ahmad Samhan mengenang momen tersebut.

Melalui postingan di Facebook, Dr Samhan yang juga merupakan tokoh media sosial mengatakan bahwa pasien tersebut bekerja di bagian admin melakukan pekerjaan akuntansi.

Tak hanya itu, pasien mengeluh juga banyak melakukan tugas lain termasuk menjadi asisten pribadi.

Melanjutkan ceritanya, Dr Samhan menceritakan kepada pasien wanita tersebut bahwa dia dipaksa bekerja hingga dia muntah setiap pagi dan mulai kehilangan nafsu makan.

Faktanya, pasien yang juga seorang ibu tunggal dari dua anak ini pernah pingsan saat bekerja.

Namun tidak ada yang menyadarinya.

“ Setelah saya bangun, saya coba minta (cuti) setengah hari, tapi tidak diterima.

Jadi, saya harus terus bekerja,” kata pasien tersebut kepada dr. Samhan dengan berlinang air mata.

Ilustrasi wanita sakit dan dokter
Ilustrasi wanita sakit dan dokter

Ditanya lebih lanjut, dr Samhan mengatakan pasien tidak lagi muntah-muntah seperti sebelumnya.

Namun badannya lesu dan tidak bisa tidur malam.

“Sebenarnya yang dibutuhkan adalah istirahat yang cukup, karena ini bukan hanya masalah kelelahan fisik, tapi mental juga terpengaruh,” jelas saya.

“Tanyakan pada diri Anda, apakah Anda ingin berada di tempat yang sama lima, 10 tahun dari sekarang?

Mohon pertimbangkan untuk berganti pekerjaan demi kebaikan Anda,” tambah Dr Samhan.

Dengan pengalaman lebih dari enam tahun di bidang medis, Dr Samhan mengungkapkan, kejadian yang melibatkan pekerja ibu tunggal ini bukan kali pertama terjadi.

“Sebenarnya tidak sekali dua kali ada isu seperti ini yang datang ke klinik saya.

Saran saya, sebagai pemberi kerja kita harus peka terhadap kesehatan mental karyawan kita.

“Sedangkan bagi karyawan, jangan menghindari komunikasi terbuka dengan atasan.

Ekspresikan apa yang ada dalam hati.

"Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

Bekerja adalah ibadah.

Kita semua mencari rezeki.

Tapi, berikan hak tubuh untuk beristirahat," ujarnya dalam pesan di Facebook.

(TribunTrends/Tiara/Nafis)

Tags:
berita viral hari iniChinameninggal
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved