Breaking News:

Keluarga Cendana

3 Kuliner Solo Favorit Soeharto, Langganan Sejak Berkuasa, Sebelum Dimakan Kudu Dicicipi Dokter Dulu

Inilah 3 kuliner Solo yang jadi favorit mantan Presiden Soeharto, sudah jadi langganan sejak berkuasa.

Kolase Tribun Medan
Inilah 3 kuliner Solo yang jadi favorit mantan Presiden Soeharto, sudah jadi langganan sejak berkuasa. 

TRIBUNTRENDS.COM - Semasa hidup Soeharto dan keluarga suka menyantap beberapa kuliner dari berbagai daerah.

Salah satu favorit Soeharto adalah makanan Thengkleng khas Solo.

Saat masih berkuasa, Soeharto ternyata punya warung Thengkleng langganan di Solo.

Seorang kepala polisi dari Karanganyar, Jawa Tengah, mengaku kerap mengirim Thengkleng ke Cendana setiap hari Kamis.

Soeharto dan keluarga disebut selalu langganan membeli Thengkleng Bu Diah di Solo Baru.

Baca juga: 7 Anak Ari Sigit Cucu Soeharto dari 4 Istri, yang Terakhir Bayi Suci Winata Baru Lahir Maret Lalu

Arsip foto Soeharto dan Ibu Tien
Arsip foto Soeharto dan Ibu Tien (Instagram @cendana.archives)

Bakdiah selaku pemilik warung menyebut Soeharto selalu memesan empat termos Thengkleng untuk dikirim ke Jakarta.

Tak hanya Thengkleng, Soeharto juga kerap memesan kuliner lainnya di Solo seperti Nasi Liwet dan Serabi.

Kesukaan keluarga Pak Harto menyantap thengkleng terus berlanjut sampai saat Pak Harto lengser. Ketika keluarga Pak Harto singgah ke Kalitan, "Saya selalu mendapat pesanan. Tiap Lebaran, saya juga sering menerima order membuat thengkleng untuk dikirim ke keluarga Cendana," kata Diah.

Meski yang beli keluarga Pak Harto, tambahnya, harganya sama saja dengan pelanggan lain. Ketika itu, harga per porsinya adalah  Rp7 ribu dan satu termos Rp250 ribu (2008).

Apa istimewanya thengkleng Diah?

"Saya tidak tahu kenapa mereka suka thengkleng bikinan saya. Saya juga belum pernah secara langsung melihat Pak Harto menyantap thengkleng," cerita Diah.

"Yang jelas, setiap beliau singgah di Kalitan, thengkleng saya selalu masuk. Pulang ke Jakarta juga membawa thengkleng. Biasanya yang datang utusan dari Kalitan."

Thengkleng Bu Diah memang cukup legendaris. Usaha ini semula dirintis orangtua Diah. Ayah Diah, Djojodikromo Semito, adalah penjual sate.

"Nah, Ibu memanfaatkan tulang-tulang dan sisa daging, kemudian diolah jadi thengkleng. Lalu, Ibu menjualnya keliling kampung."

Sekitar tahun 1993, Diah mulai mengambil alih berjualan di pinggir kali Solo Baru. Setelah mendapat tanah kontrakan, ia membuka warung tetap hingga sekarang di seberang kali di Jalan Solo Baru.

Halaman
123
Sumber: Intisari
Tags:
SoehartoSolomakanan
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved