Breaking News:

Berita Viral

Kisah Supartono, Tukang Becak Sekaligus Pemulung Asal Ponorogo Naik Haji, Upah Kecil Rajin Nabung

Kisah tukang becak sekaligus pemulung bernama Supartono (60) asal Ponorogo, dia berhasil naik haji dari hasil kerja kerasnya.

Editor: jonisetiawan
Kolase TribunTrends/ist
Supartono, tukang becak sekaligus pemulung asal Ponorogo, berangkat haji usai mimpi digandeng keliling ka'bah, Jumat (17/5/2025). 

TRIBUNTRENDS.COM - Supartono (60) nampak sumringah dan tak sabar untuk segera melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekkah tahun ini.

Dia berkesempatan menunaikan ibadah haji setelah bertahun-tahun mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasanya.

Warga Kelurahan Tonatan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Jatim) tak kuasa meneteskan air mata saat menuturkan perjuangannya menjadi calon haji dan akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini.

Supartono yang bekerja sebagai tukang becak itu menceritakan awal mula dirinya ingin menunaikan ibadah haji di tengah kondisi ekonomi yang serba terbatas.

Baca juga: Beri Makan Gratis ke Tukang Becak, Pria Syok Rezekinya bak Tak Putus: Doa si Bapak Nembus ke Langit

"Saya tahun 1983 sudah (narik) becak sama mulung, kadang kerja jadi tukang sapu, benerin genteng. 

Tapi keseharianya becak sama mulung," kata Supartono saat ditemui di Asrama Haji Surabaya, Jumat (17/5/2024).

Suatu ketika Supartono bermimpi digandeng oleh seseorang mengelilingi Kabah. 

Dia pun menanyakan hal tersebut kepada sejumlah kiai yang ada di Ponorogo.

"Saya mimpi digandeng seseorang mengelilingi Kabah sambil doa tawaf. 

Terus saya sowan (berkunjung) ke kiai sepuh, diberi amanah supaya nabung," jelas dia.

Supartono, warga Ponorogo, berangkat haji usai mimpi digandeng keliling ka'bah, Jumat (17/5/2025).
Supartono, warga Ponorogo, berangkat haji usai mimpi digandeng keliling ka'bah, Jumat (17/5/2025). (ist)

Pria dua anak tersebut pun langsung memutuskan menabung.

"Penghasilan dulu Rp 15.000 sampai Rp 20.000, sekarang Rp 60.000 hingga Rp 70.000. 

Mulungnya kadang mulai jam 07.30 WIB sampai 11.00 WIB, becaknya habis duhur," ujarnya.

Baca juga: Kisah Suhriyeh, Wanita Kuli Panggul di Pasar Surabaya Berangkat Haji, Rajin Nabung Meski Upah Kecil

"(Hasil) jadi tukang becak, sama pemulung, tiap hari dapat uang, saya tabung sehari Rp 3.000 kadang Rp 4.000, enggak saya ambil tapi dibelikan kambing, setelah beranak, anaknya saya jual," tambah dia.

Supartono memutuskan mendaftar haji tahun 2011 setelah bertahun-tahun menabung.

Akhirnya, dia tergabung dalam kloter 19 dan berkesempatan berangkat ke Tanah Suci, di 2024.

"Perasaannya hatinya enggak karu-karuan, makanya darah saya tadi 200, biasanya darah saya 160 sampai 150, bingung saya. 

Akhirnya saya ikut orang-orang, disuruh istirahat, minum obat, disuruh tidur," ucapnya.

Kisah Suhriyeh, Wanita Kuli Panggul di Pasar Surabaya Berangkat Haji

Sementara itu di lain sisi, hal serupa juga dirasakan oleh wanita bernama Suhriyeh.

Dia nampak sumringah dan tak sabar untuk segera melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekkah tahun ini.

Dia berkesempatan menunaikan ibadah haji setelah bertahun-tahun mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasanya.

Diketahui, wanita berusia 60 tahun itu bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Pabean, Surabaya.

Warga Sampang, Madura, tersebut sudah bekerja sebagai kuli panggul  sejak 40 tahun silam.

Baca juga: Kuli Panggul yang Bunuh Istri di Tambora Jakbar Tak Langsung Pergi, 2 Hari Tidur Bersama Jasad

Pekerjaan itu pun masih digelutinya hingga sekarang meski dirinya sudah berusia senja.

"Kerja mulai ngangkat-ngangkat (kuli panggul) sekitar 20 tahunan. 

Saya kerjanya, ya sudah lama, sekitar 40 tahun," kata Suhriyeh, di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Kamis (16/5/2024).

Suhriyeh sudah bersiap di pasar tradisional tersebut sejak pukul 20.00 WIB.

Dia baru pulang ke rumah saudaranya, di Jalan Simokerto, Surabaya, saat adzan subuh berkumandang.

"Kerja mulai pukul 20.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB pagi, setiap hari. 

Kalau dapat rezeki sehari Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu," jelasnya.

"(Barang yang diangkat) Bawang, jahe, empon-empon, lombok (cabai), diangkat ke atas kepala, (beratnya) sampai 50 kilo, kalau pas muda bisa 60 sampai 65 kilo," tambahnya.

Ilustrasi orang naik haji
Ilustrasi orang naik haji (Tribunnews/Bahauddin R Baso/ MCH 2019)

Anak ketiga dari lima barsaudara tersebut akhirnya memutuskan mendaftar menunaikan ibadah haji sendiri pada 2011. 

Sebab, dirinya belum menikah hingga sekarang.

Baca juga: Kisah Sajeriah, Wanita Tunanetra Asal Parepare yang Akhirnya Naik Haji: Ada Allah yang Membantuku

Kemudian, Suhriyeh mulai menyisihkan pendapatanya sebagai kuli panggul untuk tabungan haji. 

Dia menitipkan uang tersebut kepada salah satu ponakan yang sudah dipercayainya.

"Saya nabungnya lewat ponakan saya, saya enggak tahu (caranya), dapat Rp 50 ribu ya tabung Rp 30 ribu, kalau dapat Rp 30 ribu ya taruh Rp10 ribu begitu, setiap hari ngumpulkan uang," ujarnya.

Wanita kuli panggul di Pasar Pabean, Surabaya, berangkat haji pada tahun 2024, Kamis (16/5/2024).
Wanita kuli panggul di Pasar Pabean, Surabaya, berangkat haji pada tahun 2024, Kamis (16/5/2024).

Suhriyeh bersyukur, meskipun pendapatanya tidak terlalu banyak, namun bisa terkumpul untuk berangkat haji. 

Dia menyebut, pendapatan hasil keringatnya adalah rezeki yang berkah.

"Senang, saya ini mikir, ya Allah, meski adanya uang Rp 2 ribu, tapi dikasih keberkahan Allah. 

Alhamdulillah dikasih rezeki barokah, uang sedikit-sedikit dikumpulkan," ucapnya.

Akhirnya, Suhriyeh mendapatkan kesempatan bisa berangkat ke Tanah Suci pada tahun 2024 ini. 

Dia tergabung dalam kloter 15 bersama calon jemaah haji asal Surabaya, lainya.

"(Nanti saya berdoa) semoga selamat di dunia sampai akhirat, semoga dosa saya yang besar, kecil, yang tahu (sengaja) dan yang enggak tahu dimaafkan Allah," tutupnya.

***

(TribunTrends/Kompas)

Sumber: Kompas.com
Tags:
tukang becakpemulungPonorogonaik haji
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved