Kecelakaan SMK Depok di Subang
'Saya Sayang Banget Sama Dia' Tangis Ayah, Anak Tunggalnya Tewas Kecelakaan di Subang: Kehilangan
Anak semata wayangnya tewas kecelakaan di Subang, ayah salah satu siswi SMK Lingga Kencana syok berat. Menangis histeris di makam.
Editor: Monalisa
TRIBUNTRENDS.COM - Salah satu orangtua siswi SMK Lingga Kencana Depok pilu anaknya ikut tewas dalam kecelakaan di Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024).
Kesedihan ini dirasakan oleh pasangan suami istri Saimun dan Masdewati atas meninggalnya sang anak, Desi Yulianty.
Desi Yulianty diketahui salah satu dari 11 korban tewas murid SMK Lingga Kencana Depok.
Baca juga: Gak Ada Pilihan Terpaksa Tabrakan Bus, Sopir Syok Banyak Siswa SMK Depok Tewas: Saya Gak Nyangka

Desi Yulianty merupakan anak semata wayang pasangan Saimun dan Masdewati.
Saimun mengaku mendapatkan informasi kecelakaan yang dialami Desi dan teman-temannya kemarin malam sekira pukul 22.00 WIB.
"Tadi malam dapat kabar soal kecelakaan rombongan SMK Lingga Kencana pukul 22.00 WIB," kata Saimun di Rawadenok, Minggu (12/5/2024).
Karena penasaran tidak melihat data Desi (Desi) sebagai korban di Puskesmas dan RSUD Subang, Saimun pun langsung berangkat ke Subang mencari anaknya.
"Saya pergi ke Subang bersama mobil keluarga.
Di sana saya baru tahu Desi jadi korban meninggal," ujarnya.
Saimun mengaku melakukan komunikasi dengan Desi kemarin sore sebelum kecelakaan.
"Kemarin pukul 17.30 WIB sempat komunikasi dengan Desi.
Katanya mereka lagi makan di rest area Tangkuban Perahu.
Setelah itu handphone-nya tidak aktif," ungkapnya.
Pria yang bekerja sebagai buruh lepas harian ini memang sempat merasakan firasat aneh sebelum kecelakaan terjadi.
Baca juga: Amarah Riris Ortu Korban Kecelakaan Ciater Subang, Firasat Terbukti, Uji Kelayakan Bus Kadaluwarsa
"Saya makan bersama istri sebelum pukul 17.30 WIB.
Tiba-tiba kami dua merasa kenyang.
Makanan kami tidak habis," beber Saimun.
Saimun merasakan kehilangan besar atas kematian Desi.
Apalagi tahun ini dia tamat SMK dan sudah kerja di konter handphone.
"Saya sangat kehilangan.
Saya sayang banget sama dia.
Meski suka melawan saat dinasehati, tetapi saya sayang banget," ungkapnya.

Rasa kehilangan Saimun makin mendalam karena istri belum benar-benar pulih dari kecelakaan.
"Istri saya sempat dirawat lima hari di rumah sakit.
Saat ini masih harus kontrol.
sekali lagi," imbuhnya.
Dia berharap ada bantuan dari pemerintah Kota Depok dan Yayasan Kesejahteraan Sosial terkait kondisi yang dialaminya.
"Saya berharap ada bantuan. Sejauh ini belum ada komunikasi, baik dari Pemkot Depok maupun YKS," tandasnya.
Sebagai informasi, Desi telah dimakamkan di Taman Pemakaman Pule Rawadenok, Pancoran Mas, Kota Depok, pada Minggu (12/5/2024) siang.
Jenazah Desi tiba di rumah duka di Kampung Rawadenok RT 02/RW 12, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, Jawa Barat pada Minggu (12/5/2024) sekira pukul 12.00 WIB.
Tangis Saimun pecah saat jenazah anaknya tiba di rumah. Saat keranda jenazah Desi masuk ke dalam rumah, Saimun menangis histeris dipelukan saudara-saudaranya.
Begitu pun dengan istrinya, Masdewati, yang tak henti-hentinya mengucurkan air mata sejak jenazah Desi tiba di rumah hingga ke pemakaman.
Pihak sekolah buka suara
Yayasan Kesejahteraan Sosial yang menaungi SMK Lingga Kencana Depok buka suara terkait kecelakaan bus maut di Ciater, Subang, Jawa Barat, Minggu (12/5/2024) sore.
Pengurus Yayasan Kesejahteraan Sosial, Dian Nurfadila mengatakan, ada sekira 157 peserta baik itu guru dan siswa yang ikut kegiatan perpisahan di Bandung, Jawa Barat.
Ia mengungkap, 28 merupakan guru dan 122 adalah siswa, sisanya sopir dan kernet bus.
Para peserta berangkat ke Bandung sejak Jumat (10/5/2024) pagi menggunakan tiga bus.
"Ada tiga siswa yang masih di Subang dan korban luka sudah dibawa ke RS Brimob," ujarnya, Minggu.
Menurut Dian, pihak Yayasan mendampingi keluarga korban dari lokasi kecelakaan sampai prosesi pemakaman.
Ia mengungkapkan, acara tersebut sudah disepakati antara wali murid dengan pihak sekolah.
"Dilakukan secara resmi (sewa busnya)," tegasnya.
Pihak Yayasan Kesejahteraan Sosial ternyata tidak mengetahui jika bus yang kecelakaan itu masa berlaku kelayakan untuk jalan sudah habis.
Namun, Dian menyatakan pihaknya merasa yakin dengan bus tersebut layak untuk membawa anak didiknya ke Bandung.
"Alhamdulillah yang dua bis baik-baik saja.
Sebenarnya sejak awal kami yakin dengan PO ini, kalau tidak yakin kami tidak akan berangkatkan," ungkapnya.
"Kami ingin berikan yang terbaik untuk anak-anak kami," imbuhnya.
Penyebab Sementara Kecelakaan
Sementara itu, polisi ungkap penyebab sementara kecelakaan maut di Subang, Jawa Barat yang menewaskan sembilan siswa SMK Lingga Kencana Depok pada Sabtu (11/5/2024) malam.
Wadirlantas Polda Jawa Barat, AKBP Edwin Affandi mengatakan pada Minggu (12/5/2024) pagi pihaknya melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Raya Ciater, Subang.
Dikutip dari Tribunjabar.id, di lokasi kejadian, tepatnya di depan Masjid Masjid As Saadah, polisi melakukan olah TKP mulai pukul 07.30 WIB.
Kata Affandi, olah TKP dilakukan untuk mencari tahu penyebab pasti kecelakaan maut itu.
Dari hasil pemeriksaan sementara, penyebab kecelakaan diduga karena rem blong.

"Untuk saat ini fokus kami adalah olah TKP.
Untuk hasil pemeriksaan sementara, selain dari olah TKP dan keterangan dari saksi, diduga rem pada bus tidak berfungsi dengan baik," ucap Edwin.
Sebab kata Affandi, berdasarkan olah TKP, tidak ada tanda-tanda gesekan ban bus dengan aspal atau jejak pengereman.
"Untuk saksi itu dari penumpang, pengemudi bus hingga warga sekitar.
Berdasarkan dari keterangan penumpang bahwa bus diduga alami rem blong," katanya.
Sedangkan untuk kondisi pengemudi bus pariwisata Putera Fajar bernama Sadira yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok itu, Edwin mengatakan bahwa dalam kondisi perawatan medis.
Polisi juga sudah meminta keterangan sementara sopir bus pariwisata SMK Lingga Kencana Depok.
"Pengemudi sudah dimintai keterangan awal dan kini dalam perawatan medis di RSUD Subang.
Semoga sopir bisa segera pulih dan bisa kami mintai keterangan lebih lanjut," ujarnya.
Pada olah TKP ini, pihak kepolisian sempat menutup jalan sepenggal di sekitar lokasi kejadian selama satu jam setengah.
Warga yang melintas dialihkan ke jalan alternatif.
Selain itu, pihak kepolisian juga sudah memasang garis polisi di sekitar lokasi kejadian.
Sosok Guru Suprayogi Korban Laka Maut Subang
Sementara itu, Suprayogi (65), guru SMK Lingga Kencana Depok, yang menjadi salah satu korban kecelakaan maut di Subang, Jawa Barat, dikenal sebagai orang yang baik, supel dan ramah.
Hal itu diungkapkan oleh salah satu adiknya, Zaenal Arifin (58), saat ditemui di SMK Lingga Kencana Depok, Jalan Raya Sawangan No.47, Parungbingung, Depok, Jawa Barat, pada Minggu (12/5/2024).
"Semua orang di Parungbingung tahu dia orang yang ramah, suka bergaul dan komunikatif dengan semua orang," kata Zaenal.
Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu mengaku ketemu terakhir dengan Suprayogi pada saat Lebaran 2024 lalu.
"Saat ketemu terakhir, dia berpesan: tolong rumah kamu dilihatin.
Saya tidak tahu itu pesan terakhirnya," ujar Zaenal.
Zaenal mengaku jarang berkomunikasi dengan Suprayogi sehingga silaturahmi saat Lebaran 2024 kemarin menjadi pertemuan terakhir.
"Saya tiga tahun tidak ketemu beliau.
Lebaran kemarin jadi pertemuan terakhir.
Tetapi dia sosok kakak yang baik dan bertanggung jawab," tuturnya.
Menurut Zaenal, Suprayogi adalah guru senior yang menjadi panutan di SMK Lingga Kencana.

"Dia mengajar 15 tahun di sini.
Yayasan Kesejahteraan Sosial ini kan tempat penampungan anak yatim.
Ini yayasan sosial, bukan komersial.
Jadi warga Parungbingung tahu seperti apa pengabdian kakak saya," tandasnya.
Suprayogi meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.
Saat ini istrinya sedang dirawat di Rumah Sakit UI Depok karena cedera berat dalam kecelakaan bus tersebut.
Identitas korban
Berikut ini identitas korban tewas kecelakaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Depok:
1. Ade Nabila (P)
2. Mahesa (L)
3. Desy Yulianti (P)
4. Intan Fauziah (P)
5. Dimas Aditya (L)
6. Robbiatul (P)
7. Ahmad Fauzi (L)
8. Intan Rahmawati (P)
9. Supra Yogi (Guru, 65 th)
10. Tiara (P)
11. Raka (L) warga Cibogo Subang (pengendara motor).
Sementara 32 orang korban lainnya yang mengalami luka berat dan sedang. Mereka menjalani perawatan di RSUD Subang dan RS Hamori.