Berita Viral
Kisah Mbah Semi, Lansia Berusia 90 Tahun yang Tak Dapat Bansos, Warga Pemilik Mobil Malah yang Dapat
Kisah Mbah Semi, lansia berusia 90 tahun yang tidak mendapat bantuan, warga pemilik mobil malah yang dapat.
Editor: jonisetiawan
TRIBUNTRENDS.COM - Kisah Mbah Semi, lansia berusia 90 tahun yang tidak mendapat bantuan, seharusnya dia berhak menerima beras bantu badan pangan nasional.
Namun entah apa yang terjadi, dia justru terlupakan.
Nasibnya berbeda dengan orang-orang di sekitarnya yang ekonominya tergolong lebih baik ketimbang dirinya.
Diketahui, Mbah Semi hidup sebatang kara sehingga sewajarnya terdaftar sebagai penerima beras miskin bantuan badan pangan nasional.
Nyatanya, warga Desa Gebyog, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, ini justru tidak terdaftar.
Baca juga: Mbah Melan Usia 78 Tahun Aktif Mengajar Matematika Lewat TikTok, Panggilan Hati, Sosok yang Merekam

Beruntung, Mbah Semi yang sempat menjadi perbincangan kini mulai mendapatkan bantuan dari sejumlah organisasi masyarakat. Bahkan, anggota DPR RI ikut menyambangi rumah Mbah Semi.
Kepala Desa Gebyog Suyanto mengatakan, sejak pemberitaan Mbah Semi tak dapat bantuan beras miskin beredar di media, sejumlah relawan dan anggota DPR RI berkunjung ke rumah Mbah Semi.
"Sudah beberapa hari ini ada dari organisasi bahkan anggota DPR RI dari Golkar, saya lupa namanya, berkunjung ke rumah Mbah Semi."
"Ada yang bawa sembako ada juga yang mau merehab dapur Mbah Semi,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (6/2/2024).
Suyanto menambahkan, selain Mbah Semi, ada 73 warganya yang miskin tetapi tidak menerima bantuan beras miskin yang disalurkan pemerintah.

Dia mengaku saat ini Pemerintah Desa Gebyog tengah mengusulkan 73 warga tersebut untuk bisa menerima beras miskin dari pemerintah pusat.
“Yang 73 lebih miskin dari 134 yang menrima bantuan raskin saat ini.
Terserah nanti yang telah menerima tetap menerima atau mau digantikan oleh warga yang lebih miskin tersebut, kami sudah usulkan,” imbuhnya.
Baca juga: SOSOK Mbah Moen, Wisudawan Tertua Berusia 84 Tahun, Profesi Tak Main-main, Sempat jadi Sopir Angkot
Sebelumnya, Mbah Semi mengaku tak terdaftar sebagai penerima beras miskin (raskin) yang disalurkan badan pangan nasional mulai Januari 2024.
Fakta ini sangat miris dan memprihatinkan karena sejumlah warga Desa Gebyog yang memiliki mobil malah terdaftar sebagai penerima raskin.
Seharusnya, Mbah Semi yang hidup sebatang kara di rumah bantuan RLTH tahun 2018 berhak menerima bantuan tersebut.
Kepala Desa Gebyog mengaku heran karena sejak menjabat tahun 2019, masyarakat terdata miskin justru bertambah dari 80 keluarga menjadi 200 keluarga.
Dia memastikan bahwa ada kesalahan input data terkait warga terdata miskin di desanya.
Sebelumnya Dinsos sudah buka suara terkait kondisi Mbah Semi.
Mbah Semi disebut hidup pilu karena tak dapat bantuan dari Dinsos.
Kisah Mbah Semi yang hidup sebatang kara tengah mencuri perhatian publik.
Di rumah sederhananya berukuran 4x6 meter, Mbah Semi tinggal di Desa Gebyog, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Diketahui rumah yang dihuni Mbah Semi adalah bantuan pemerintah dari program rumah tidak layak huni di tahun 2018.
Anak laki-laki satu-satunya sudah meninggal lama, menyusul kemudian sang suami yang juga sudah wafat.
"Ini tadi pulang dari membuat opak, upahnya seikhlasnya, kadang sehari Rp5.000 untuk beli beras," Mbah Semi mengawali ceritanya, Minggu (28/1/2024).
Di ruang tamu tidak ada meja kursi, hanya ada bekas sisa susunan batu dan sisa arang bekas pembakaran di lantas.
"Kadang masak di situ kalau hujan. Biasanya masak di depan pintu kalau tidak hujan," jelas Mbah Semi.

Di samping kiri rumah Mbah Semi, ada bekas reruntuhan dinding batu bata bangunan rumah lamanya yang sudah lama ambruk karena tua.
Terlihat sebagian dindingnya digunakan sebagai dinding dapur yang kondisinya sangat mengkhawatirkan karena atap dapur juga lapuk.
Sebagian gentengnya itu pun bahkan berjatuhan.
Di ujung ruang, terdapat kamar mandi yang terlihat berantakan dengan kondisi lantai yang becek.
"Kalau mau ke belakang ada airnya, itu baru saya isi kebetulan Sanyo tetangga nyala."
"Kalau tidak nyala, ya mencari air di rumah tetangga," katanya, dilansir dari Kompas.com.
Mbah Semi tak jarang mendapatkan bantuan dari tetangga.
Namun ia juga mengatakan, terkadang sampai mengutang ke warung demi bisa makan.
Di meja kecil, tampak tempat nasi yang di dalamnya berisi nasi dingin.
Mbah Semi mengaku belum memasak karena tak memiliki uang untuk membeli beras.
"Itu nasi dikasih tetangga kemarin. Hari ini belum masak karena beras habis, mau ngutang ke toko di depan sana," kata dia.
Mbah Semi mengaku melihat beberapa hari ini para tetangganya menerima kerta kupon daftar sebagai penerima beras miskin 10 kilogram.
Bantuan tersebut akan diberikan dari bulan Januari hingga bulan Juni 2024 mendatang.
Namun sayangnya, nama Mbah Semi tidak tercantum di data Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) sebagai salah satu penerima beras bagi warga miskin.
"Tetangga sudah menerima kupon, katanya mau dapat beras 10 kilogram. Nama saya juga tidak ada," ucapnya lirih.
Mbah Semi mengatakan, namanya tidak dimasukkan dari daftar penerima bantuan beras.
Diketahui selain bekerja sebagai pembuat kerupuk beras, ia juga mengharap bantuan tetangga untuk makan sehari-hari.
"Kadang kalau selamatan dikasih berkat, kalau tidak ya ngutang di toko yang ada di perempatan sana."
"Paling satu kilogram itu isinya tiga kaleng, bisa untuk makan beberapa hari," tutur Mbah Semi.
Kisah Lain: Dapat Bantuan Beras 10 Kg, Pedagang Sayur Ini Justru Menolak
Banjir pujian, penjual sayur ini menolak bantuan pemerintah, dia meminta bantuan itu diberikan kepada orang lain.
Sosok penjual sayu bernama Jayadi ramai jadi sorotan karena kebaikan hatinya.
Warga Desa Gebyog, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur itu mengaku masih banyak orang yang lebih membutuhkan ketimbang dirinya.
Jayadi biasa menjual sayur keliling dengan menggunakan mobil pikap Suzuki Carry berwarna oranye.
Pria 37 tahun itu mengaku telah 12 tahun berjualan sayuran keliling.
Akan tetapi, setiap pagi, dirinya berjualan di depan rumahnya.
Baca juga: Masnawati Minta Bantuan Kapolri Soal Perselingkuhan Eks Suami dan Melly Goeslaw, Menderita 15 Tahun

“Kalau pagi dari jam 07.00 WIB sampai 09.00 WIB memang buka dagangan di rumah, jam 09.00 sampai jam 15.00 WIB mulai keliling kampung,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Senin (29/1/2024), dikutip dari Kompas.com.
Jayadi mengtakan, dari hasil berjualan sayur keliling, dia bisa membeli mobil yang digunakan untuk berjualan keliling dan satu mobil Isuzu Panther untuk mengambil sayur di Pasar Sayur Magetan setiap jam 03.00 WIB.
Jayadi sangat bersyukur dari hasil jualan sayur keliling ia bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Selain usaha sayur keliling, di rumah istrinya juga mempunya toko kecil yang menjual sayur dan sembako.
“Anak saya masih kecil, jadi istri jualan di rumah, saya yang keliling.
Penghasilannya lumayan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” katanya.
Pernah terima bantuan
Selama berjualan sayur keliling, Jayadi mengaku pernah menerima bantuan dari pemerintah ketikan pandemi Covid-19.
Diakuinya, pandemi membuat usahanya itu macet lantaran tidak berjualan keliling ketika warga melakukan isolasi.
Baca juga: Sedihnya Satu Keluarga di Lebak, Tak Bisa Beraktivitas Gegara Lumpuh, Hidup dari Bantuan Tetangga
Pada saat itu, Jayadi mengaku menerima bantuan BLT Rp 200.000 sebanyak dua kali.
“Sebelumnya tidak pernah menerima bantuan, hanya beberapa kali kemarin bantuan Rp 200.000 bagi pedagang karena terdampak Covid-19. Setelah itu tidak ada lagi,” ucapnya.
Tak tahu namanya terdaftar
Namun, Jayadi mengaku tidak mengetahui jika namanya terdaftar sebagai penerima bantuan beras miskin 10 kilogram dari pemerintah pusat.
Namanya tercantum diantara 137 warga Desa Gebyog lainnya yang akan menerima baeras 10 kilogram dari Januari hingga Juni 2024.
Saya malah baru tahu dari anda kalau nama saya masuk daftar penerima raskin,” ujarnya.
Minta dialihkan
Lebih lanjutm Jayadi mengatakan tidak pernah ada pemberitahuan atau didatangi petugas pendata soal bantuan beras miskin 10 kilogram.
“Selama ini tidak pernah ada pendataan ke rumah saya.
Pemerintah desa juga tidak pernah mendata kerumah. Saya juga tidak pernah minta didata,” katanya.
Baca juga: Cerita Warga Sebelum Bupati Labuhanbatu Kena OTT, Ada Pedagang Siomay Aneh, Diduga Intel: Jam Rolex
Jayadi mengatakan, meski hanya berjualan sayur, ia menyebut masih banyak warga di desanya yang lebih layak menerima beras miskin daripada dirinya.
Ia mengaku mempersilakan pemerintah desa untuk mengalihkan bantuan raskin itu kepada warga yang lebih membutuhkan.
“Kalau pun ada bantuan saya pikir lebih banyak lagi yang lebih membutuhkan.
Kalau bisa disalurkan ke warga yang membutuhkan,” ucapnya.

Tanggapan Kepala Desa
Kepala Desa Gebyog Suyanto mengaku terdapat 137 warganya yang terdata sebagai penerima bantuan beras miskin 10 kilogram setiap bulan yang akan disalurkan dari Januari hingga Juni 2024.
Data 137 warga yang mendapat bantuan beras miskin menurutnya merupakan data yang sudah direvisi.
“Data awalnya sekitar 200, data baru yang direvisi sebanyak 137 warga penerima bantuan raskin,” ujarnya.
Namun dari 137 data warga penerima raskin, Suyanto mengatakan menemukan sejumlah kejanggalan data.
Selain Jayadi, terdapat beberapa warga penerima beras miskin yang lebih kaya karena memiliki dua mobil.
Ada pula warga berumah tingkat yang menerima bantuan.
“Yang jelas ini datanya tidak valid karena ada data warga yang sudah meninggal masih terdata sebagai penerima, kemudian yang kaya juga mendapat bantuan.
Datanya ini jelas tidak mengetahui kepala desa.
Tidak mungkin saya akan mendata orang yang punya mobil dua masuk ke daftar penerima bantuan,” imbuhnya.
Baca juga: Suami Sakit Stroke, Penjual Bunga Ini Mampu Kuliahkan Anak hingga Lulus, Hobinya Menolong Anak Yatim
Kemudian, yang mengherankan Suyanto ialah ada beberapa lansia yang tinggal sebatang kara namun tidak menerima bantuan.
Ia mengaku sudah berupaya pemerintah daerah melalui musyawarah rencana pembangunan daerah untuk membetulkan data yang salah tersebut.
“Sudah kita sampaikan di musrenbang kemarin, tetapi katanya disesuaikan data saja,” ucapnya.
Suyanto mengaku akan mengumpulkan warganya untuk menanggapi data penerima raskin yang mencantumkan warga yang memiliki mobil sebagai penerima bantuan.
Dia juga akan mempertanyakan sejumlah warga miskin yang tidak terdaftar sebagai penerima bantuan.
“Kita akan kumpulkan mereka untuk menyikapi data yang tidak valid ini.
Karena kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau ada satu dicoret dikira Mbah Lurah yang nyoret, sementara yang justru miskin tinggal di rumah reyot malah tidak terdata. Katanya datanya dari pusat,” pungkas Suyanto.
***
Sebagian artikel ini diolah dari Kompas.com dan TribunJatim
Sumber: Kompas.com
Drama Akad Nikah di Pinrang: Wajah Dibuka, 'Pengantin Cantik' Berubah Jadi Pria Berjenggot |
![]() |
---|
Misteri Darah di Purwakarta, ART Berpura-Pura Panik, Ternyata Dialah Pembunuh Dea Permata |
![]() |
---|
Insiden Viral RSUD Sekayu Berakhir Manis: Keluarga Pasien Akhirnya Minta Maaf ke dr Syahpri |
![]() |
---|
Jejak Karier Dokter Syahpri: Dari Konsultan Ginjal Berprestasi hingga Jadi Amukan Pasien RSUD Sekayu |
![]() |
---|
Kekerasan di Ruang Perawatan: dr Syahpri Polisikan Keluarga Pasien RSUD Sekayu, Tak Ada Maaf |
![]() |
---|