Breaking News:

Berita Viral

CURHAT Armilah Janda Serabutan, Sisihkan Uang untuk Tabungan Anak di Sekolah, Sedih Uang Tak Kembali

Kisah sedih Armilah janda buruh serabutan, susah payah sisihkan penghasilan untuk tabungan anak di sekolah, kini pilu uang tersebut tak kembali.

Editor: jonisetiawan
TribunJabar
Armilah sedih tabungan anaknya di SD Pangandaran tak bisa dicairkan imbas dipakai guru, anaknya pilu tak bisa beli seragam. 

TRIBUNTRENDS.COM - Uang tabungan para murid SD di Pangandara, Jawa Barat masih belum dikembalikan pihak sekolah hingga saat ini.

Bahkan beberapa waktu lalu pihak orang tua korban berbondong-bondong datang ke kantor advokat untuk meminta bantuan.

Mereka yang datang ke advokat adalah orang tua yang anaknya pernah sekolah di SD di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.

Di lain sisi, korban uang tabungan sekolah dipinjam guru di Pangandaran ternyata banyak dari keluarga sederhana.

Baca juga: MELASNYA Wajah Ibrahim, Tak Bisa Beli Seragam Baru SMP, Gegara Uang Tabungan Ditilep Para Guru SD

Armilah (57), tabungan anaknya tak bisa ditarik.
Armilah (57), warga Dusun Binangun RT 09/03 Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, terefek kasus tabungan murid yang tak bisa ditarik.

Salah satunya adalah Armilah (57), seorang janda yang menjadi buruh serabutan yang menghidupi dua anaknya.

Upahnya hanya RP 40 ribu per hari itupun jika ada pekerjaan.

Tak pelak, uang tabungan sekolah yang belum dikembalikan itu menjadi harapannya agar anaknya bisa melanjutkan ke jenjang SMP.

Armilah adalah orang tua murid bernama Ibrahim Alkalipi yang sudah tamat kelas 6 di SD Negeri 2 Kondangjajar, salah satu korban uang tabungan murid tak dikembalikan sekolah.

Sebagai ibu tunggal, Armila tinggal dengan anaknya di rumah sederhana di Dusun Binangun RT 09/03 Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.

Rumah yang dihuni tiga orang tersebut adalah semi permanen yang sebagian kayunya sudah dalam kondisi lapuk.

Selain itu rumah tersebut berdinding anyaman bambu dan sebagian susunan batu bata yang belum selesai dibangun.

Sebagai ibu tunggal, Armila menjadi tulang punggung keluarganya.

Sejak tabungan anaknya belum cair, Armilah hanya sekali menanyakannya ke salah satu komite sekolah.

"Kalau nagih ke guru mah enggak, tapi dalam hati saya bertanya tanya, kapan (uang tabungan) cair dan dibagikannya?" ujar Armilah kepada Tribunjabar.id di rumahnya, Jum'at (30/6/2023) pagi.

Saat kelulusan sang anak, Armila masih menunggu tapi tabungannya tak kunjung dikembalikan.

Bahkan hingga selesai kegiatan seremoni perpisahan, uang tabungan juga belum dicairkan.

Hingga akhirnya Armila mendapatkan undangan dari Polres Pangandaran.

"Saya terus menunggu-nunggu (uang tabungan cair).

Tapi, akhirnya ada surat undangan dari Polres Pangandaran," katanya.

Armilah diberi surat karena jadi salah satu korban yang uang tabungannya mandek atau belum dikembalikan pihak SD khususnya di Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Parigi.

"Tanggal 4 Juli saya harus ke Polres tapi, saya bingung mau ditanya apa sama Polisi karena belum pernah ke Polres Pangandaran," ucap Armilah.

Sementara ini, ia hanya bisa berharap uang tabungan anaknya waktu di SD segera dikembalikan.

"Uang tabungan itu untuk biaya sekolah, mudah mudahan bisa cepat cair," ujarnya.

Baca juga: Berani Pinjam Tabungan Siswa, Guru di Pangandaran Tak Dapat Bayar Utang, Minta Pemkab Bantu Lunasi

Ilustrasi uang tabungan murid SD di Pangandaran.
Ilustrasi uang tabungan murid SD di Pangandaran. (Freepik)

Tabungan milik Ibrahim yang belum dicairkan senilai Rp 2,2 juta.

Akibatnya, Ibrahim yang kini meneruskan sekolah di MTS kebingungan karena belum memiliki seragam sekolah.

Rencananya uang tabungan di sekolah yang akan digunakan untuk biaya sekolah Ibrahim.

Armila bercerita sejak Ibrahim belum duduk di bangku SD, ia selalu mengajari anaknya untuk berhemat dan menabung.

Hal itu ia lakukan karena Armilah sadar dengan kondisi ekonominnya berbeda dengan keluarga lain yang berkecukupan.

Armilah bekerja sebagai buruh serabutan dengan upah Rp 40.000 per hari.

Itupun jika ada orang lain yang menyuruhnya bekerja.

Jika ada rejeki dan sisa kebutuhan di dapur, ia selalu menyisihkan sebagian uang untuk anaknya untuk menabung.

"Hampir setiap hari, anak saya menabung.

Nominalnya tidak besar, kalau nabung paling sebesar Rp 5.000," ujar Armilah.

Jika mendapatkan pemberian dari saudara dan tetangga, Ibrahim kadang menabung Rp 10.000.

"Kebetulan, kan kalau disuruh apa saja dia pasti mau," katanya.

Baca juga: MEMALUKAN! Tabungan Siswa SD Rp 112 Juta Tak Kunjung Dibagi, Ternyata Dipinjam Guru Hingga Komite

Tidak hanya uang pemberian darinya, tapi uang pemberian dari orang lain pun selalu ditabung di sekolah dan kadang di simpan di celengan Ibrahim.

"Kalau di celengan sudah dibongkar, uangnya buat kebutuhan biaya kelulusan wisuda.

Tapi, kalau di SD sekarang malah belum cair. Padahal, buat beli seragam sekolah," ucap Armilah.

Uang tabungan yang belum dikembalikan pihak SD Negeri 2 Kondangjajar adalah hasil menabung Ibrahim sejak kelas 1 hingga kelas 4 SD.

"Kecuali dulu waktu Corona, enggak menabung," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, total uang tabungan siswa yang mandeg sekitar Rp 7,47 miliar di dua kecamatan di Pangandaran.

Dari Rp 7,47 miliar itu, hampir Rp 1,5 miliar di antaranya dipinjam 62 guru dan belum dikembalikan.

Baca juga: Kronologi Tabungan Siswa Tak Dikembalikan Sekolah, Koperasi Bangkrut, Bupati Pangandaran: Menitipkan

Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata akan membentuk tim khusus untuk mengusut tuntas kasus tabungan siswa kelas 6 di sejumlah SD di Pangandaran.
Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata akan membentuk tim khusus untuk mengusut tuntas kasus tabungan siswa kelas 6 di sejumlah SD di Pangandaran. (Kolase Tribun Trends/IST)

Guru di Pangandaran Minta Pemkab Bantu Lunasi

Pemerintah Kabupaten Pangandaran telah membentuk tim khusus untuk menyelesaikan masalah ini.

Namun, sejumlah guru yang tidak mampu membayar utang justru meminta bantuan ke Pemda Pangandaran.

Guru atau pihak sekolah yang mempunyai sangkutan pun dituntut untuk bertanggung jawab dan segera mengembalikan uang tabungan murid.

Seperti yang disampaikan Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata, bahwa guru yang memiliki hutang uang tabungan untuk secepatnya dikembalikan.

"Jangan melempar masalah ke pemerintah (Pemda)," ujar Jeje kepada sejumlah wartawan di Setda Pangandaran beberapa hari lalu.

Hal itu disampaikan, karena memang sebelumnya mereka sempat meminta bantuan ke Pemda untuk melunasi hutang.

"Kan, sebetulnya mereka (pihak sekolah) sempat patunjuk tunjuk siapa yang salah dan siapa yang benar.

Termasuk kata komite, saat meminjam pihaknya tidak dilibatkan," katanya.

"Saya bilang, disintegrasi sekolah itu adalah otonomi sekolah.

Di mana, ada sekolah dan komite sekolah," ucap Jeje.

Menurutnya, kalau pengelola uang tabungan berjalan dengan baik tentu tidak akan terjadi hal seperti ini.

"Kita ikut campur, karena ini sudah menjadi persoalan di masyarakat.

Makanya, kita turun untuk menyelesaikan persoalan ini," tandasnya.

(*)

Artikel ini diolah dari Kompas.com 

Sumber: Kompas.com
Tags:
jandaPangandarantabunganArmilah
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved