Dijuluki The Real Crazy Rich Medan, Ini Profil 4 Pengusaha Kelapa Sawit Sukses di Indonesia
Inilah profil empat pengusaha kelapa sawit asal Medan di Indonesia dan dijuluku the real crazy rich asal Medan
Editor: Nafis Abdulhakim
TRIBUNTRENDS.COM - Inilah profil empat pengusaha kelapa sawit asal Medan di Indonesia dan dijuluku the real crazy rich asal Medan.
Pengusaha minyak sawit ini dijuluki the real Crazy Rich Medan. Bukan Indra Kenz seperti yang viral beberapa waktu lalu.
Bisnis minyak sawit ini berkontribusi besar terhadap pendapatan negara.
Bisnis kelapa sawit bisa menghasilkan berbagai produk.
Salah satunya menghasilkan minyak goreng yang kini sedang langka.
Dari kebun-kebun sawit inilah lahir sejumlah sosok orang kaya raya Medan berdarah Batak.
Ada yang punya lahan perkebunan ratusan ribu hektar lengkap dengan pabrik pengolahannya.
Baca juga: SOSOK Gilang Juragan 99 Alias Crazy Rich Malang Viral, Istri Laporkan Putra Siregar, Simak Profilnya
Baca juga: Juragan 99 Crazy Rich Malang Dilaporkan ke Polisi, Apa Penyebabnya? Polisi: Sudah Ada Laporan
Cek daftarnya di sini.

1. Sukanto Tanoto
Sukanto Tanoto atau Tan Kang Ho lahir Belawan, Medan (25 Desember 1949), adalah seorang pengusaha asal Medan yang dikenal dengan julukan “Raja Garuda Mas”.
Sukanto Tanoto alumni dari SD Tionghoa di Belawan, dan melanjutkan sekolahnya di Sekolah Tionghoa di Medan.
Dia adalah anak sulung dari tujuh bersaudara yang semuanya laki-laki, ayahnya seorang imigran dari kota Putian, Tiongkok.
Sukanto Tanoto termasuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia, dia diberi julukan Raja Garuda Mas karena memiliki grup usaha Royal Garden Eagle International (RGEI) yang berbasis di Singapura.
Awal mula terjun dalam dunia bisnis di tahun 1966 yang memiliki toko mobil, namun ayahnya sakit sehingga dia yang mengambil alih tugas ayahnya.
Selanjutnya di tahun 1967, dia merintis bisnisnya sebagai pemasok suku cadang dan di bidang jasa konstruksi untuk industri minyak, lalu dia membudidayakan kelapa sawit melalui perusahaannya Inti Indo Sawit Sejati tahun 1970.
Selang enam tahun kemudian, dia membentuk CV Karya Pelita atau sekarang yang dikenal dengan Royal Golden Eagle International (REGI) yang bergerak dalam bisnis kayu lapis.
Bisnisnya meluas hingga ke Malaysia, di tahun 1976 dia mendirikan PT. Bina Sarana Papan, dia menjalankan bisnis kelapa sawit dan minyak goreng merek Camar adalah satu diantaranya yang dia produksi.
Tak berpuas hati, Sukanto Tanoto mendirikan bisnis lain yang masih dalam bidang sumber daya alam seperti kelapa sawit, kehutanan, pulp, kertas, dan pembangkit tenaga listrik.
Hingga kelompok Royal Garden Eagle International (RGEI), bergerak dalam berbagai bidang industri seperti Industri Kertas dan Pulp oleh (Asia Pacific Resources International Holding Ltd atau APRIL), dan Industri Perkebunan Kelapa Sawit (Asian Agri dan Apical), Rayon dan Pulp Khusus (Sateri International), serta energi (Pacific Oil & Gas).
Asian Agri dan Apical dalam laman web resminya mengatakan bahwa perusahaan memiliki 30 perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Provinsi Riau, Jambi, dan Sumatera Utara seluas 100.000 hektar.
Sedangkan dalam situs resmi Apical tercatat perusahaan memiliki 6 kilang pemurnian, 3 pabrik biodiesel, satu pabrik pengolahan inti sawit dan satu pabrik oleokimia.
Sukses dalam bisnis, raja minyak ini terinspirasi untuk memberikan bantuan Pendidikan kepada masyarakat Indonesia yang di khususkan untuk masyarakat kurang mampu untuk meneruskan pendidikan yang bernama Tanoto Foundation tahun 1981.
Dikutip melalui laporan Majalah Forbes, nama Sukanto Tanoto berada di rangking ke-21 orang tajir di Tanah Air yang tercatat memiliki kekayaannya mencapai 2 miliar dollar AS dan merupakan urutan 1.561 dalam orang paling tajir sedunia di 2021.
2. Martua Sitorus
Martua Sitorus atau dikenal dengan Thio Seeng Haap lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara (6 Februari 1960), adalah sosok dibalik gurita bisnis Wilmar.
Martua Sitorus alumni dari SMA Budi Mulia Pematangsiantar, melanjutkan pendidikan ke Universitas HKBP Nommensen Medan dengan gelar ekonomi dan Ia mencoba peruntungan dengan memulai jualan kelapa sawit.
Martua Sitorus berhasil masuk dalam jajaran orang yang terkaya versi Forbes pada tahun 2020 lalu yang dijuluki sebagai “raja minyak sawit Indonesia”, Ia merupakan pendiri perusahaan sawit terbesar di Indonesia, seperti Wilmar Internasional.
Perjalanan bisnisnya sebelum menjadi “Raja Minyak”, dia pernah berjualan udang dan ikan serta loper koran.
Martua alumni dari Universitas HKBP Nomensen di Kota Medan, setelah lulus dia memulai bisnis minyak sawit di Indonesia dan Singapura.
Martua Sitorus mendirikan Wilmar bersama dengan Kuok Khoon Hong pada tahun 1991, awal merintis perusahaan ini memiliki kurang dari 10 ribu hektar kebun sawit di Sumatera Utara yang dikenal dengan minyak goreng fortune dan sania.
Wilmar merupakan singkatan dari nama keduanya, yaitu panggilan Kuok Khoon Hong dengan Martua Sitorus dengan berbagi tugas sehingga perusahaan dapat berkembang.
Kuok K Khoon Hong menjabat sebagai CEO, sedangkan Martua didapuk sebagai chief operating officer (COO) Wilmar International Ltd.
Perusahaan ini telah memproduksi minyak goreng kemasan dengan merek Fortune dan Sania, dengan penjualannya pada kuartal 1 tahun 2021 sekitar Rp. 49,06 miliar dengan total kekayaannya mencapai Rp. 40,75 triliun.
Perusahaan yang berbasis di Singapura ini menyumbang DMO minyak sawit sebesar 99226 juta liter.
Laman resmi perusahaan mengatakan Wilmar merupakan satu diantara pemiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan total luas tanam 232.053 hektar (ha) per Desember 2020, yang tersebar di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Dikutip melalui laporan Majalah Forbes, Martua Sitorus memiliki kekayaan bersih sebesar 2,9 miliar dollar AS dan menempatkan Namanya menjadi urutan 1.150 orang terkaya di dunia.
3. D.L Sitorus
Darianus Lungguk Sitorus lahir di Parsambilan, Kecamatan Silaen, Kabupaten Tobasa (12 Maret 1938), adalah seorang pengusaha asal Medan yang dikenal dengan julukan “Raja Sawit” dan “Tuan Takur”.
Dia kemudian pindah dan besar di Siantar, D.L Sitorus pindah dan besar di Siantar, lalu menikah dengan Boru Siagian dan dikaruniai 5 orang anak diantaranya dua perempuan dan tiga laki-laki.
Dia dikenal sebagai pengusaha sukses asal Toba, Sumatera Utara yang memiliki sawit yang sangat luas dan juga memiliki Yayasan Pendidikan.
PT. Torganda adalah perusahaan yang punya konsesi lahan mencapai puluhan ribu hektare, tersebar di daratan Sumatera bagian Timur hingga ke Sumatera bagian Utara.
Sebagai pemimpin perusahaan kelapa sawit PT. Torganda memiliki perkebunan sawit seluas 47.000 hektar dan setiap tahunnya mendapatkan penghasilan setidaknya Rp 600 milyar.
Berkat kerja kerasnya dia memiliki rumah sakit dan klinik pelayanan Kesehatan seperti Klinik Pengobatan 24 Jam yang tersebar di daerah Jabotabek, dan memiliki Yayasan Pendidikan sebagai Ketua Yayasan Abdi Karya (YADIKA) yang berdiri sejak 1976.
Dia juga mendirikan Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) di Jakarta, memiliki gedung-gedung besar yang diberi nama “Rumah Gorga” untuk menyelenggarakan resepsi pernikahan Suku Batak yang tersebar di Jakarta dan Bekasi.
Sebagai putra daerah yang disebut paling sukses di perantauan dan selalu memberikan perhatian dalam membantu membangun kampung halaman (Bona Pasogit).
Sehingga namanya diabadikan menjadi nama sepanjang jalan 12 kilometer Kabupaten Toba yang diresmikan nama Jalan DR Sutan Raja DL Sitorus, mulai dari simpang Sibisa di Aek Natolu Kecamatan Lumban Julu sampai simpang Kantor Kelurahan Parsaoran Ajibata melintasi Sibisa, Bandara Sibisa, Simarata dan Motung Kecamatan Ajibata, Toba Samosir, Sumut.
Dikutip melalui laporan Majalah Forbes, Darianus Lungguk Sitorus termasuk 1.426 dalam deretan orang terkaya di dunia tahun 2013.
Kini setelah DL Sitorus telah berpulang, kerajaan bisnis sawitnya diteruskan oleh anak-anaknya dan juga istrinya.
4. Bachtiar Karim
Bachtiar Karim lahir di 5 November 1957, adalah seorang pengusaha asal Medan yang miliki peringkat kedua produsen minyak goreng terbesar di Tanah Air.
Bachtiar adalah anak sulung dari empat bersaudara, ayahnya menjadi penerus kedua dari perusahaan Musim Mas.
Bachtiar alumni dari Hwa Chong Junior Collage dan melanjutkan pendidikan di Universitas Nasional Singapura jurusan teknik mesin.
Di tahun 1972, Anwar Karim mulai mengikuti jejak ayahnya menjadi penerus ketiga dari Musim Mas, lalu mengembangkan usahanya ke perkebunan tahun 1988.
Wilmar selain kelapa sawit juga memiliki Hotel Mikie Holiday di Brastagi, Sumatera Utara di tahun 2000 yang juga memiliki PT. Megasurya Mas yang memproduksi berbagai produk sabun seperti Harmony, Medicare, Lervia, Lark dan Champion.
Bachtiar Karim Bersama dengan saudaranya, Burhan dan Bahari yang merupakan pemilik Grup Musim Mas yang menyumbang DMO sebesar 65,32 juta liter dengan penjualan mencapai 6,6 miliar dollar AS.
Produk minyak goreng terkenal dari Musim Mas adalah Sanco, Amago, dan Voila.
Selain itu, dia melebarkan sayap dengan berbisnis bidang properti seperti kepemilikan Darby Park Executive Suites yang ada di Singapore, yang menyediakan apartemen eksklusif yang menyediakan berbagai fasilitas berlokasi di 12 Orange Grove Road, Singapura.
Dikutip melalui laporan Majalah Forbes, Bactiar Karim termasuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia dengan urutan kesepuluh dengan memiliki total kekayaan sebesar 3,1miliar dollar AS. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul 4 Raja Kelapa Sawit di Indonesia, Ternyata The Real Crazy Rich Medan