Breaking News:

Berita Viral

Skandal Keracunan Mengguncang Program Makan Bergizi Gratis: Antara Niat Baik dan Masalah di Lapangan

Lagi-lagi kasus keracunan makan bergizi gratis menjadi viral, sehingga antara niat baik Presiden dengan masalah di lapangan jadi gunjingan rakyat.

Editor: Sinta Darmastri
Kolase Kompas.com
Lagi-lagi kasus keracunan makan bergizi gratis menjadi viral, sehingga antara niat baik Presiden dengan masalah di lapangan jadi gunjingan rakyat. 

TRIBUNTRENDS.COM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang merupakan inisiatif utama dan menjadi andalan Presiden Prabowo Subianto, kini tengah berada di bawah sorotan tajam publik. 

Sorotan ini muncul karena frekuensi kasus keracunan yang menimpa peserta setelah mengonsumsi makanan dari program tersebut kian meningkat. 

Kasus terbaru yang sangat memprihatinkan bahkan memaksa ribuan siswa di sebuah sekolah di Bandung Barat dilarikan ke rumah sakit karena keracunan massal.

Tentu saja, situasi ini sangat disayangkan. Sebab, tujuan utama dari MBG begitu mulia: Presiden Prabowo bertekad menghilangkan masalah stunting dan kekurangan gizi yang dialami anak-anak di Indonesia. 

Namun, niat baik tersebut berbenturan dengan realita di lapangan. Bukannya berjalan lancar, program MBG justru memunculkan berbagai masalah serius.

Kasus yang paling parah dan menjadi perhatian utama terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, di mana total korban keracunan mencapai angka fantastis, yaitu 1.035 siswa hanya dalam kurun waktu beberapa hari. 

Besarnya jumlah korban ini bahkan membuat Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang terkejut dan tak habis pikir.

Baca juga: Kasus Keracunan MBG Mencekam, Bima Arya Desak Kepala Daerah Turun Gunung Lakukan Evaluasi Mendalam

Nanik S Deyang memaparkan temuan BGN di balik insiden massal tersebut. 

Berdasarkan penelusuran tim, petugas dapur (SPPG) setempat didapati menyediakan bahan baku yang sudah tidak segar.

Ia mengungkapkan bahwa ayam yang seharusnya diolah menjadi lauk untuk MBG ternyata sudah dibeli sejak hari Sabtu. Masalahnya, ayam itu baru dimasak pada hari Rabu, atau empat hari setelah pembelian.

"Saya juga tidak mentolerir bahan baku, bahan baku yang dipakai bila tidak fresh. Karena kejadian di Bandung ini sungguh di luar nalar," ujar Nanik di Gedung BGN, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).

Ia menegaskan kejanggalan pola kerja ini: "Bagaimana bahan baku dalam kondisi tidak fresh, ayam dibeli di hari Sabtu, baru dimasak di hari Rabu."

Nanik menjelaskan bahwa penyimpanan ayam dalam jumlah kecil—misalnya dua ekor di freezer rumah—mungkin tidak akan menjadi masalah. Namun, dalam kasus ini, petugas dapur menyimpan 350 ekor ayam di dalam satu freezer.

"Memang kalau di rumah ya enggak apa-apa itu dua ayam kita nyimpannya. Tapi, kalau 350 ayam, freezer mana yang kuat menyimpan? Jadi ada berbagai hal, kami sudah mengeluarkan tindakan-tindakan," ujar Nanik sambil menyatakan permohonan maaf atas maraknya kasus keracunan yang terjadi.

Di tengah isu keracunan, muncul pula pertanyaan publik mengenai dugaan adanya "dapur fiktif" dalam pelaksanaan program MBG. 

Baca juga: MBG Seharusnya Bergizi, Malah Jadi Tragedi: Guru Ikut Terbaring Akibat Keracunan, Ironi Makan Gratis

Menanggapi hal ini, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menegaskan bahwa tidak ada dapur fiktif dalam program tersebut.

"Saya katakan di BGN tidak ada yang fiktif," tegasnya usai menerima Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa di Kantor BGN, Jakarta, Jumat, (26/9/2025).

Menurut Dadan, isu tersebut berawal dari mitra yang dianggap tidak serius dalam menjalani proses pendaftaran dan persiapan program. 

Ia kemudian menjelaskan prosedur ketat untuk menjadi mitra dapur MBG, yang meliputi pendaftaran dan harus menunjukkan bukti legalitas lahan, legalitas yayasan, hingga data geospasial.

"Kalau lengkap, kita verifikasi dan masuk ke proses persiapan,” jelas Dadan.

Pada tahap persiapan, mitra diberikan waktu antara 30 hingga 45 hari untuk membangun dapur baru atau melakukan renovasi. 

Sayangnya, banyak mitra tidak menunjukkan aktivitas berarti, bahkan setelah 20 hari masa persiapan berjalan. 

"Nah kasus yang banyak terjadi, banyak yang sudah dapat dan sudah masuk dalam proses persiapan tidak menunjukkan aktivitasnya selama 20 hari," katanya.

Untuk menyikapi calon mitra yang terindikasi tidak serius, BGN menerapkan kebijakan rollback, yaitu mengembalikan status mitra dari proses persiapan kembali ke tahap pengajuan awal. 

"Mereka membangun saja belum, kemudian secara proses persiapan tidak serius kita rollback ke belakang," ujarnya.

Baca juga: Dampak Keracunan MBG di Jawa Barat: Gubernur Dedi Mulyadi Ancam Ganti Vendor yang Tak Becus

Berdasarkan temuan BGN, ada lebih dari 6.000 mitra yang dinilai kurang serius. Setelah diberi kesempatan melalui layanan pengaduan, sekitar 2.100 mitra kembali menunjukkan aktivitas aktif.

"Sehingga sekarang lebih dari 3.900 mitra yang tidak serius sebentar lagi akan hilang dari sistem dan akan membuka kuota baru,” kata Dadan.

Dadan menyimpulkan, istilah "fiktif" sebenarnya kurang tepat. Fiktif baru bisa dikatakan terjadi apabila sebuah dapur sudah disetujui, ditempatkan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), diberikan virtual account, namun dapur tersebut sama sekali tidak beroperasi.

"Jadi tidak ada yang di fiktif. Kalau fiktif itu kami sudah setujui SPPG, sudah kita tempatkan ke SPPG, sudah kasih virtual account, sudah mau harus running, kemudian tidak running. Kemudian mungkin tidak jelas, nah itu namanya fiktif," pungkasnya.

(TribunTrends.com/WartaKota.com)

Sumber: Warta Kota
Tags:
MBGPrabowo SubiantoMakan Bergizi Gratiskeracunan
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved