Sosok Achmad Siswanto, Penantian 15 Tahun Terbayar, Kini Diangkat Dosen ASN PPPK "Seperti Mimpi"
Ini sosok Achmad Siswanto yang kini diangkat menjadi dosen Aparatur Sipil Negara PPPK setelah menanti selama 15 tahun
Penulis: Nafis Abdulhakim
Editor: Nafis Abdulhakim
Ringkasan Berita:
- Achmad Siswanto akhirnya diangkat menjadi dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) PPPK.
- Perjuangan panjangnya membuahkan hasil setelah menanti selama 15 tahun.
- Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak tenaga pendidik di Indonesia.
TRIBUNTRENDS.COM - Achmad Siswanto akhirnya resmi diangkat menjadi dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Perjalanan panjangnya selama 15 tahun menunggu kepastian status kini terbayar tuntas.
Selama bertahun-tahun, Achmad terus mengabdi di dunia pendidikan dengan penuh dedikasi, meski belum berstatus sebagai ASN.
Tekad dan kesabarannya dalam meniti karier akademik akhirnya berbuah manis ketika ia dinyatakan lulus seleksi dan resmi diangkat sebagai dosen PPPK.
Kisah perjuangan Achmad menjadi sumber inspirasi bagi banyak tenaga pendidik di Indonesia bahwa ketekunan, komitmen, dan semangat pantang menyerah pada akhirnya akan membuahkan hasil yang indah.
Baca juga: Segini Nominal Gaji PPPK Paruh Waktu di Kalimantan Selatan, Benarkah Masih Macet?
Setelah 15 tahun menanti kepastian, perjuangan panjang Achmad Siswanto akhirnya membuahkan hasil.
Pada Rabu, 5 November 2025, ia resmi diangkat sebagai dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Achmad menjadi satu dari 343 pegawai Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang mengikuti pelantikan di Gelanggang Olahraga lantai 3 Kampus B UNJ.
Momen Haru Pelantikan
Suasana haru menyelimuti acara tersebut, terutama bagi Achmad yang telah mengabdikan diri di dunia pendidikan tinggi lebih dari satu dekade.
“Rasanya campur aduk. Antara haru, lega, dan bersyukur.
Perjalanan panjang ini akhirnya berujung pada sebuah pengakuan yang saya harap bisa membuat saya lebih bermanfaat untuk UNJ,” ujarnya penuh rasa syukur, dikutip dari laman resmi UNJ, Minggu (9/11/2025).
Langkah Achmad di dunia akademik dimulai pada tahun 2010, ketika ia dipercaya menjadi asisten dosen Prof. Suriani, yang pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNJ periode 1998–2004. Fakultas tersebut kini telah bertransformasi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH).
Selama bertahun-tahun, Achmad mendampingi mahasiswa dalam memahami dinamika masyarakat dan perubahan sosial.
Ungkap Sosok Inspiratif Baginya
Ia mengaku banyak belajar dari Prof. Suriani, sosok yang dianggapnya bukan hanya guru dalam ilmu, tetapi juga teladan dalam kepribadian.
“Prof. Suriani bukan hanya guru bagi saya dalam bidang ilmu, tapi juga teladan tentang bagaimana seorang pendidik harus berjiwa besar dan rendah hati,” katanya penuh hormat.
Perjalanan akademiknya dimulai ketika Achmad menempuh studi S1 di Jurusan Sosiologi – Program Studi Pendidikan Sosiologi FIS UNJ, dan menjadi bagian dari angkatan pertama program tersebut.
Tak lama setelah lulus, ia mendapat panggilan untuk kembali ke kampus, kali ini sebagai pengajar muda.
“Saya masih ingat, dulu setiap kali masuk kelas rasanya seperti mimpi.
Dulu saya duduk di kursi mahasiswa, sekarang saya berdiri di depan mereka,” kenangnya sambil tersenyum.
Tetap Belajar Meski Sibuk
Kesibukannya mengajar tak menghalanginya untuk terus belajar.
Pada tahun 2014, ia berhasil meraih gelar magister (S2) dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).
Di sana, ia memperdalam analisis sosial dan memperluas wawasan akademiknya.
Namun perjalanan kariernya tidak selalu mulus.
Selama bertahun-tahun, Achmad menjalani profesinya sebagai dosen dengan status DPK (Dosen Pegawai Kontrak).
Status tersebut sering membuatnya berada dalam posisi menunggu—antara harapan dan ketidakpastian.
Meski begitu, ia memilih tetap bertahan dan mengajar dengan sepenuh hati.
Mendampingi mahasiswa bimbingan skripsi, melakukan penelitian, hingga terlibat dalam berbagai kegiatan akademik menjadi rutinitas yang ia jalani dengan tulus.
“Saya belajar untuk tidak mengeluh. Yang penting saya tetap mengajar dengan hati, tetap berkontribusi, karena saya yakin setiap usaha akan ada waktunya untuk dihargai,” ujarnya dengan nada tenang.
Bagi Achmad, pendidikan adalah bentuk pengabdian pada ilmu dan kemanusiaan.
Ia memandang profesi dosen bukan sekadar pekerjaan, melainkan perjalanan spiritual yang memberi makna dalam hidupnya.
“Saya tidak pernah berpikir menjadi dosen untuk mengejar status. Saya hanya ingin terus belajar dan berbagi. Itu saja sudah cukup membuat saya bahagia,” katanya lirih.
Momen Penting dalam Hidup
Kini, setelah resmi menjadi dosen ASN PPPK, Achmad mengaku momen ini menjadi titik balik penting dalam hidupnya.
Ia menilai pencapaian ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal yang baru untuk terus berkontribusi.
“Ini bukan akhir, tapi awal yang baru.
Saya ingin terus berbuat yang terbaik untuk mahasiswa, untuk UNJ, dan untuk masyarakat,” tuturnya penuh tekad.
Kisah Achmad Siswanto menjadi cermin keteguhan dan dedikasi seorang pendidik, bahwa pengabdian yang tulus pada ilmu dan pendidikan pada akhirnya akan menemukan jalannya menuju penghargaan yang layak.
(TribunTrends.com/Kompas.com)
Sumber: TribunTrends.com
| Kunci Jawaban IPAS Kelas 3 Halaman 197 Pengaruh Bentang Alam dengan Keberagaman Budaya |
|
|---|
| Kunci Jawaban IPAS Kelas 3 Halaman 200 Hal Baru Apa Yang Kalian Pelajari Mengenai Daerah Kalian? |
|
|---|
| Kunci Jawaban PAI Kelas 4 Halaman 114 Ceritakan Pengalamanmu Bersilaturahmi Dengan Sahabat Saudara |
|
|---|
| Jawaban PAI Kelas 4 Halaman 116 Apa Tujuan Manusia Diciptakan Dengan Bentuk Yang Sebaik-baiknya |
|
|---|
| Kunci Jawaban PAI Kelas 4 Halaman 127 Iman Artinya Percaya Berikan Contoh Perbedaan Percaya Dan Tahu |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Sosok-Achmad-Siswanto-dosen-Fakultas-Ilmu-Sosial-dan-Hukum.jpg)