Berita Viral
Pengagum Kekerasan Global: Pelaku Ledakan SMAN 72 Mengidolakan Tokoh Neo-Nazi dan White Supremacy!
Pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta terpapar konten ekstrem dan mengidolakan enam pelaku kekerasan seperti tokoh Neo-Nazi dan White Supremacy
Editor: jonisetiawan
Ringkasan Berita:
- Densus 88 mengungkap bahwa pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta terpapar konten ekstrem di media sosial dan mengidolakan enam pelaku kekerasan dunia
- Pelaku diketahui aktif dalam komunitas daring internasional yang mengagungkan kekerasan dan menjadikan aksi brutal sebagai bentuk heroisme
- Polisi menemukan pelaku mengalami perasaan terisolasi dan kesepian
TRIBUNTRENDS.COM - Ledakan yang mengguncang lingkungan SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11/2025) akhirnya mulai menemukan titik terang.
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengungkap bahwa pelaku seorang anak berkonflik dengan hukum (ABH) terinspirasi dari enam tokoh pelaku kekerasan dunia yang dikenal karena aksi brutal dan ideologi ekstrem mereka.
Menurut penyelidikan, remaja tersebut terpapar konten ekstrem di media sosial dan bergabung dengan komunitas daring yang mengagungkan kekerasan.
Aksi yang dilakukannya di area masjid sekolah itu disebut bukan hasil dari satu ideologi tertentu, melainkan tiruan dari tokoh-tokoh yang dianggapnya heroik.
Baca juga: Bom Salah Sasaran: Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta Ternyata Adik Kelas, Pelaku Bullying Selamat
Terinspirasi Enam Tokoh Kekerasan Dunia
Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan bahwa pelaku mengidolakan enam sosok pelaku penembakan massal dan serangan brutal di berbagai negara.
“Ada beberapa yang menjadi inspirasi terkait figur.
Kita sebutkan ada kurang lebih enam tokoh yang tercatat,” ujar Eka dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Dua di antaranya adalah Eric Harris dan Dylan Klebold, pelaku penembakan di Columbine High School, Colorado, Amerika Serikat, pada 1999 yang dikenal beraliran Neo-Nazi.
Selain itu, pelaku juga menaruh kekaguman pada Dylann Roof, penembak di Gereja Charleston (AS, 2015), dan Alexandre Bissonette, pelaku serangan di Gereja Quebec (Kanada, 2017), keduanya berideologi White Supremacy.
Tokoh lain yang dijadikan panutan adalah Vladislav Roslyakov, pelaku serangan di Politeknik Kerch, Crimea (Rusia, 2018), serta Brenton Tarrant, pelaku tragedi penembakan di Masjid Christchurch, Selandia Baru (2019), yang dikenal dengan ideologi Fasis, Rasis, dan Etnonasionalis.
Sosok terakhir yang diidolakan adalah Natalie Lynn Rupnow, pelaku penembakan di sekolah Kristen Wisconsin, AS, pada 2024 juga beraliran Neo-Nazi.
Terpapar Komunitas Kekerasan di Dunia Maya
Densus 88 menemukan bahwa pelaku aktif di komunitas daring internasional yang menjadikan aksi kekerasan sebagai simbol heroisme.
Dalam grup tersebut, tindakan brutal para pelaku disanjung dan dianggap sebagai bentuk keberanian.
“Ketika pelaku di dunia nyata melakukan kekerasan dan mengunggahnya ke media sosial, komunitas itu justru mengapresiasi sebagai sesuatu yang heroik,” ujar Eka.
Baca juga: 7 Bom Dirakit Sendiri! Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Belajar dari Darkweb, Niat Balas Dendam
Ia menegaskan bahwa ABH tidak terikat ideologi tertentu, melainkan meniru pola ekstremisme yang ia temukan secara berurutan di dunia maya.
Temuan ini menjadi peringatan bagi publik tentang ancaman nyata kekerasan digital terhadap remaja.
Motif dan Kondisi Psikologis Didalami
Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya turut mendalami motif dan latar belakang sosial pelaku.
Menurut Kombes Pol Iman Imanuddin, pelaku mengalami perasaan terisolasi dan tidak memiliki tempat bercerita baik di sekolah maupun keluarga.
“Dorongannya seperti merasa sendiri, merasa tidak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya,” ujar Iman.
Selain memeriksa motif dan kondisi psikologis pelaku, penyidik juga memastikan pemulihan bagi para korban, termasuk dukungan psikologis pasca-ledakan.
Proses Hukum Tetap Junjung Hak Anak
Dari hasil penyelidikan, pelaku diduga melanggar sejumlah pasal dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, KUHP, serta Undang-Undang Darurat Republik Indonesia.
Namun, proses penyidikan dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi hak-hak anak.
“Kami bersama Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjamin bahwa proses penegakan hukum ini benar-benar memperhatikan hak mereka,” kata Iman.
Polisi kini berfokus mengungkap jaringan daring dan faktor pemicu aksi berbahaya ini, agar tragedi serupa tidak terulang di lingkungan pendidikan.
***
(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari Kompas)
| Penderitaan Bilqis saat Diculik, Ayah Menangis Dengar Anaknya Hanya Diberi Cemilan dan Mi Instan |
|
|---|
| Nasib Suku Anak Dalam Gegara Kasus Bilqis, Dipanggil Bupati Merangin, Dapat Peringatan Keras! |
|
|---|
| Heboh Kasus Bilqis: Ayahnya Ternyata Sudah Memaafkan Sebelum Anaknya Ditemukan, Doa Sepanjang Malam |
|
|---|
| Tas Jinjing Pembawa Teror: Polisi Periksa Keluarga Pelaku Bom SMAN 72 Jakarta, Ayah FN Anggota TNI? |
|
|---|
| Cerita Suku Anak Dalam: Percaya Bilqis Anak Keluarga Miskin, Dibohongi Surat Palsu Bermaterai |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Teman-kelas-ungkap-kebiasaan-FN-sebelum-ledakan-terjadi-di-SMAN-72-Jakarta.jpg)