Berikut ini kunci jawaban Modul 1 PPG 2025 dengan soal Bagaimana Merencanakan Pembelajaran Berdiferensiasi yang Relevan di Kelas
TRIBUNTRENDS.COM - Ini adalah kunci jawaban untuk Cerita Reflektif Modul 1 Pembelajaran Mendalam dan Asesmen (Umum) Topik 2: Merancang Pembelajaran Berdiferensiasi.
Kunci jawaban ini khusus ditujukan bagi Bapak/Ibu guru peserta Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kementerian Agama (Kemenag) mata pelajaran Umum.
Jika Bapak/Ibu guru peserta PPG Kemenag 2025 mata pelajaran Umum kesulitan dalam mengerjakan Cerita Reflektif Modul 1 Topik 2 ini, Anda bisa menggunakan kunci jawaban di bawah ini sebagai referensi.
Baca juga: Salah Satu Prinsip Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka, Kunci Jawaban Modul 1 Topik 2 PPG 2025
Cerita Reflektif
Sebelum mengakhiri sesi pada topik ini, ekspresikan pengalaman yang Bapak/Ibu miliki selama menjadi guru dalam merancang pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran berdiferensiasi melalui cerita reflektif. Ceritakan bagaimana merencanakan pembelajaran berdiferensiasi yang relevan di kelas Bapak/Ibu Guru, sehingga diyakini dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran?
Kunci Jawaban:
Merancang pembelajaran berdiferensiasi yang relevan di kelas harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik yang pastinya sangat beragam di setiap kelas.
Menurut saya, mata pelajaran Matematika lebih mudah dipahami apabila dilaksanakan diferensiasi konten, yang mana peserta didik dibedakan berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya.
Melalui observasi dan tes kemampuan awal, saya bisa memperoleh gambaran tentang kebutuhan serta kemampuan awal peserta didik saya.
Setelah itu saya akan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik yaitu melalui pembagian kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik, kemudian membuat kriteria penilaian (rubrik) sesuai dengan tingkat kognitif masing-masing yaitu tinggi, sedang, dan kurang.
Dengan metode seperti ini, diharapkan tujuan pembelajaran yang disusun akan tercapai sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing peserta didik.
Kunci Jawaban alternatif:
Sebagai guru di madrasah, pengalaman saya dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah perjalanan yang berharga. Awalnya, tantangan terbesar adalah menyadari bahwa satu metode tidak akan pernah cocok untuk semua siswa.
Di kelas saya, keragaman itu nyata: ada siswa yang cepat tangkap, ada yang butuh waktu lebih, ada yang suka visual, dan ada pula yang lebih suka praktik langsung.
Saya mulai merencanakan pembelajaran berdiferensiasi dengan melakukan pemetaan kebutuhan siswa. Bukan hanya dari nilai tes, tapi juga observasi di kelas, mendengarkan percakapan mereka, dan bahkan sesekali berbicara santai tentang hobi atau cara mereka belajar.
Misalnya, saat mengajar IPA tentang ekosistem, saya tahu beberapa siswa akan lebih paham lewat video atau gambar, sementara yang lain perlu melihat langsung di kebun madrasah.
Kemudian, saya mulai menyesuaikan konten, proses, dan produk. Untuk konten, saya siapkan bahan bacaan dengan tingkat kompleksitas berbeda atau video tambahan untuk yang visual.
Untuk proses, saya sering membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang fleksibel; ada yang bekerja mandiri dengan tantangan lebih, ada yang berdiskusi intensif, dan ada yang mendapat bimbingan langsung dari saya.
Misalnya, dalam matematika, siswa yang sudah mahir mengerjakan soal cerita yang lebih kompleks, sementara yang lain berlatih konsep dasar dengan alat peraga.
Puncaknya, dalam diferensiasi produk, saya memberikan pilihan. Saat proyek IPS tentang "Keanekaragaman Budaya", siswa bisa memilih membuat poster infografis, video pendek, atau presentasi di depan kelas.
Dengan begitu, mereka bisa menunjukkan pemahaman mereka melalui cara yang sesuai dengan kekuatan dan minat mereka.
Saya sangat yakin pembelajaran berdiferensiasi dapat diimplementasikan dan mencapai tujuan pembelajaran karena saya melihat langsung dampaknya: siswa menjadi lebih termotivasi, aktif bertanya, tidak takut salah, dan yang paling penting, mereka merasa dihargai dan diakui potensi uniknya.
Mereka belajar lebih bermakna karena materi disampaikan dengan cara yang relevan bagi mereka, bukan cuma satu jalan untuk semua.
Kunci Jawaban alternatif:
Sebagai guru madrasah pada mata pelajaran umum, saya menyadari pentingnya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi karena latar belakang, minat, dan kemampuan siswa sangat beragam.
Salah satu pengalaman yang membekas adalah saat saya mengajar materi “Sumber Energi” di kelas VII. Saya melihat beberapa siswa sangat cepat memahami materi, sementara yang lain memerlukan waktu dan pendekatan yang berbeda.
Dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi, saya memulai dengan memetakan kebutuhan belajar siswa melalui hasil asesmen awal dan pengamatan harian. Dari sana, saya mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kesiapan dan gaya belajar.
Untuk siswa yang cepat tangkap, saya sediakan proyek eksploratif seperti membuat presentasi atau model sederhana. Sedangkan untuk siswa yang butuh penguatan, saya berikan lembar belajar bertahap yang membimbing mereka memahami konsep dasar terlebih dahulu.
Saya juga mengatur ragam aktivitas dalam satu waktu: diskusi kelompok, pembelajaran mandiri, dan pendampingan khusus. Tujuannya agar setiap siswa tetap terlibat aktif sesuai kemampuannya. Evaluasi pun saya lakukan secara fleksibel, tidak hanya lewat tes, tapi juga melalui observasi, jurnal refleksi, dan produk karya siswa.
Meskipun tantangan seperti keterbatasan waktu dan jumlah siswa cukup besar, saya melihat bahwa pendekatan ini membuat siswa lebih termotivasi dan percaya diri. Mereka merasa dihargai dan didukung sesuai kebutuhan masing-masing.
Pengalaman ini menguatkan keyakinan saya bahwa pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya mungkin dilakukan di madrasah, tapi juga efektif dalam membantu semua siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang paling sesuai bagi mereka.
Kunci Jawaban alternatif:
Sebagai guru madrasah mata pelajaran umum, pengalaman merancang pembelajaran berdiferensiasi sangat menantang sekaligus bermakna. Dalam kelas IPA di Madrasah Tsanawiyah, saya menghadapi siswa dengan kemampuan beragam: ada yang cepat memahami, ada pula yang membutuhkan pendekatan lebih sederhana.
Untuk topik “Sifat Cahaya,” saya merancang pembelajaran berdiferensiasi agar semua siswa mencapai tujuan pemahaman konsep dasar dan penerapannya.
Saya mulai dengan mengidentifikasi kebutuhan siswa melalui kuis diagnostik sederhana. Hasilnya menunjukkan beberapa siswa memahami teori, tetapi kesulitan mengaplikasikannya, sementara lainnya butuh penjelasan dasar.
Berdasarkan ini, saya merancang tiga jalur kegiatan. Kelompok pertama, siswa dengan pemahaman baik, diberi tugas eksperimen mandiri, seperti membuat periskop sederhana dari bahan bekas.
Kelompok kedua, dengan pemahaman sedang, melakukan eksperimen terbimbing dengan panduan langkah-langkah. Kelompok ketiga, yang masih kesulitan, belajar melalui simulasi visual sederhana menggunakan senter dan cermin, diiringi diskusi kelompok kecil.
Penilaian juga dibedakan: kelompok pertama membuat laporan analitis, kelompok kedua menjawab pertanyaan terstruktur, dan kelompok ketiga menjelaskan konsep secara lisan.
Pendekatan ini memungkinkan setiap siswa belajar sesuai tingkat kemampuan, sambil tetap fokus pada tujuan pembelajaran, yaitu memahami sifat pemantulan dan pembiasan cahaya.
Tantangannya adalah waktu perencanaan yang cukup panjang dan keterbatasan alat. Namun, dengan memanfaatkan bahan sederhana dan kolaborasi dengan siswa, pembelajaran tetap efektif.
Refleksi ini mengajarkan saya bahwa diferensiasi membutuhkan kreativitas dan fleksibilitas, tetapi melihat siswa termotivasi dan berhasil memahami konsep membuat usaha ini sangat berharga.
*) Disclaimer:
- Kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 1 Pembelajaran Mendalam dan Asesmen (Umum) topik 2 Merancang Pembelajaran Berdiferensiasi di Ruang GTK dalam artikel ini hanya sebagai referensi bagi guru yang mengikuti PPG 2025 untuk mengerjakan di Ruang GTK.
- Beberapa kunci jawaban merupakan hasil olah AI sehingga bapak/ibu guru perlu memodifikasi.
(TribunTrends.com/Tribunnews.com/Sri Juliati/Disempurnakan dengan bantuan AI)