Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNTRENDS.COM, KLATEN - Pengajian akbar yang digelar di Klaten tak hanya menjadi ajang ibadah, namun juga dimanfaatkan sebagai ruang edukasi publik oleh Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo.
Itu dilakukan salah satunya saat ribuan warga memadati Grha Bung Karno di Kelurahan Buntalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, pada Jumat (9/5/2025) dalam acara Pengajian Tarjih Muhammadiyah Klaten.
Acara ini diselenggarakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Klaten, bekerja sama dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Klaten Tengah.
Kegiatan ini terbuka untuk semua kalangan, baik laki-laki maupun perempuan, dari berbagai usia.
Di hadapan ribuan jamaah, Bupati menyampaikan dua pesan penting yang menyentuh isu sosial dan lingkungan, yakni persoalan sampah dan kenakalan remaja.
"Bicara masalah sampah, yang menghasilkan sampah kan ya kita masing-masing (sampah rumah tangga). Sehingga kedepan pola yang paling tepat ya kita harus sadar diri dari masing-masing tentang tertib mengolah dan membuang sampah," jelasnya.
Ia menekankan pentingnya pengolahan sampah berbasis rumah tangga sebagai langkah awal menekan beban di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Troketon.
Baca juga: Klaten Resmikan Mini Soccer Bertaraf Internasional, Bupati Hamenang: Memasyarakatkan Olahraga
Menurutnya, kesadaran kolektif dalam pengelolaan sampah harus dibangun dari ruang-ruang publik seperti pengajian.
“Kegiatan besar seperti ini bisa kita jadikan tolok ukur. Apakah para peserta sudah tidak buang sampah sembarangan? Kalau ini bisa dijalankan, maka kita sudah satu langkah lebih maju,” katanya.
Tak hanya soal lingkungan, Bupati juga menyinggung pentingnya menjadikan forum keagamaan sebagai ruang inklusif bagi anak muda.
Ia menyampaikan kekhawatiran terhadap meningkatnya kenakalan remaja dan menyarankan lebih banyak pengajian yang melibatkan generasi muda.
“Kalau remaja sudah ikut ngaji, sudah aktif di kajian, Insyaallah kenakalan remaja bisa ditekan. Ini bukan hanya urusan orang tua, tapi juga urusan kita bersama,” ucapnya.
Hamenang berharap momentum pengajian tidak berhenti sebagai agenda rutin ibadah semata, tetapi juga sebagai media membangun kesadaran sosial.
Menurutnya pengajian ini bukan hanya soal agama, tapi juga soal membangun akhlak sosial dan kepedulian terhadap lingkungan. (*)