TRIBUNTRENDS.COM - Pasangan suami istri ini sempat diremehkan lantaran cuma petani, tapi memiliki anak 10 orang.
Namun siapa sangka, berkat kegigihan mereka berdua, 10 anak petani ini kini berhasil menjadi orang sukses.
Anak suami istri petani ini berhasil menjadi guru, TNI hingga pelaut.
Baca juga: 5 Tahun Kerja Pria Ini Pilih Resign, Jadi Petani Modal Rp 1,2 Juta, Kini Penghasilannya Rp 26 Juta
Kisah pasutri petani ini diungkap oleh salah satu anaknya, Leonardo lewat unggahan media sosial Instagram.
Dalam unggahan di akun @leornardorl_, Leonardo menceritakan kehidupan orang tuanya yang memiliki 10 anak terdiri dari 5 anak perempuan dan 5 anak laki-laki.
“Inilah kami yang terlahir dari keluarga sederhana, orang tua kami hanyalah seorang petani yang memiliki 5 anak perempuan dan 5 anak laki-laki,” tulisnya.
Dulu orangtuanya diejek karena dinilai tak akan mampu membesarkan 10 anaknya.
Mengingat, penghasilan sebagai petani yang tak seberapa
Namun, pada kenyataannya tidak ada yang mustahil berkat usaha dan doa.
Orang tua Leonardo berhasil menyekolahkan kesepuluh anaknya.
Leonardo mengungkapkan, sempat ada yang mengira orang tuanya memiliki puluhan hektar tanah, lantaran bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang tinggi.
Padahal, orangtuanya tersebut hanya petani biasa.
Baca juga: SUKSES Jadi Sarjana, Gadis Tak Malu Foto Depan Rumah Gubuk, Bangga Ayah Buta Berjuang Kuliahkan Anak
“Banyak yang mengira orang tua kami memiliki tanah berhektar, petani sawit, dll tapi kenyataannya tidak seperti itu orang tua kami hanyalah petani biasa,” tulis sang anak.
Untuk makan sehari-hari, mereka hanya menyantap ubi dan masakan seadanya.
Perjuangan Hidupi 10 Anak
Menurut Leonardo, bermula ketika menyekolahkan kakak pertamanya.
“Singkat cerita kenapa kami rata-rata berhasil karena itu diawali dari kakak pertama yang mana orang tua kami bersusah payah menyekolahkan anak pertama,” paparnya.
Rupanya orangtua petani tersebut sempat berutang dibantu dengan hasil perkebunan dan hasil taninya.
Setelah anak pertama sukses di situlah sang kakak menjadi jembatan untuk adik-adiknya untuk melanjutkan sekolah.
Kini kesepuluh anak dari petani tersebut ada yang berprofesi sebagai tentara, guru, pekerja di tambang, ibu rumah tangga, pelaut, lulusan magister hingga lulusan farmasi.
Dengan kisah tersebut, Leonardo berharap, bisa menginspirasi orang lain yang memili pekerjaan serupa orang tuanya.
“Jadi saya posting foto ini bukan karena saya sombong atau pengen pamer, tapi dengan postingan ini saya berharap bisa menginspirasi anak-anak muda khususnya yang anak petani bahkan yang kurang mampu untuk dijadikan contoh dalam meraih masa depan."
“Jadi janganlah mudah menyerah selagi ada niat dan dukungan dari orang tua percayalah kalian juga pasti bisa,” ungkapnya.
Kini, kisah orangtua petani yang sukses membesarkan 10 anak itu viral dan menyita perhatian warganet.
Tak sedikit warganet memuji keberhasilan orangtua tersebut meski hanya bekerja sebagai petani.
Masya Allah! Anak Petani Asal Klaten Kuliah di Austria, Baru Saja Lulus S3, Dulu Nyantri di Ponpes
Inilah sosok Imam Fitri Rahmadi (32), anak petani yang baru saja lulus S3 di Austria.
Imam Fitri Rahmadi merupakan anak petani asal Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten yang mendapat beasiswa untuk kuliah di Austria.
Kini Imam Fitri Rahmadi berhasil menyelesaikan pendidikan S3 Department of Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) Education, Linz School of Education (LSEd), di Johannes Kepler Universität Linz, Austria.
Kepada TribunSolo.com, ia menceritakan perjuangannya sebelum mendapat beasiswa.
Baca juga: Ingat Raeni? Dulu Viral Wisuda Diantar Ayah Naik Becak, Kini Makin Membanggakan Lulus S3 di Inggris
Lahir dari pasangan Sugiarto dan Sudiyem, yang bekerja sebagai petani dan guru.
Imam Juga anak pertama dari 3 bersaudara.
"Ibu saya guru SD, dulu ibu juga minta anaknya jadi guru juga," ujar Imam.
Dia sebelumnya menempuh pendidikan pesantren di Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo pada 2002 – 2005.
Kemudian ia memilih mengambil S1 jurusan pendidikan agama Islam.
"Saat itu saya lihat peluang guru pendidikan agama Islam masih sedikit, jadi kalau lulus masih bisa diangkat (PNS)," ucapnya.
Namun, sesaat sebelum lulus Imam kepikiran untuk menempuh pendidikan lebih tinggi lagi.
"Saya tertantang untuk melebihi ekspektasi orang tua, dan juga terinspirasi dari dosen saya yang kuliah di luar negeri. Kok pinter-pinter, jadi saya kuliah lagi S2," kata dia.
"Setelah itu ada niatan pengen pendidikan lebih tinggi sampai puncak," tambahnya.
Baca juga: INNALILLAHI! Anak Petani Baru Saja Lulus Jadi Dokter Tewas Terbakar Sehari Setelah Diterima Kerja
Ia lalu berkeinginan melanjutkan S3 di luar negeri, hingga dia mencoba mencari informasi terkait beasiswa.
Imam akhirnya mendapat informasi adanya beasiswa dari Kementerian Pendidikan di Indonesia yang bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan Austria.
"Ada teman dosen yang kuliah di luar negeri kasih informasi beasiswa itu, sebelumnya juga ikut program talent scouting dari Dikti.
Lalu di prioritaskan ikut Peningkatan Keterampilan Bahasa Inggris (PKBI) selama 3 bulan," jelasnya.
Berangkat ke Austria tahun 2019, Ia merampungkan studi di Department of Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) Education tahun 2023.
Disertasinya berjudul Exploratory Studies of User-generated Micro games for Supporting Learning (Studi Eksplorasi Game Mikro Buatan Pengguna untuk Mendukung Pembelajaran), membuatnya meraih gelar PhD.
"Tesis saya tentang game kecil untuk mendukung pembelajaran, singkat namun penuh makna dan menyenangkan," kata Imam.
Ketersediaan game mikro buatan pengguna Internet (user-generated microgames) yang semakin banyak dan mudah ditemukan pada platform pembelajaran terbuka (open learning platform), namun masih minim digunakan untuk mendukung pembelajaran.
“Riset yang saya lakukan didasari atas keprihatinan akan kondisi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar di Indonesia,” tuturnya.
Temuan penelitian sendiri berimplikasi kepada para pengguna (users) platform pembelajaran terbuka untuk memperhatikan tujuan pembelajaran, karakter terbaru, dan kemungkinan bermain bersama dalam mengembangkan game mikro.
Bagi pengajar sendiri, mereka dapat memanfaatkan game mikro buatan pengguna secara kreatif baik untuk menyampaikan materi pembelajaran, menguasai keterampilan, atau meningkatkan literasi.
Penelitiannya pun melibatkan 4 guru Sekolah Dasar di Indonesia dimana tersebar di Jakarta, Depok, Pangkal Pinang, dan Madura.
Imam saat ini bekerja sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung dan juga founder Akademik Ekselen Indonesia (Akselensia), selesai menempuh pendidikannya ia ingin meningkatkan kualitas akademik di Indonesia dalam makna seluas-luasnya.
Baik keterampilan berfikir, menulis, penelitian, maupun publikasi ilmiah.
"Ke depan saya terpikir mengembangkan edukasi STEM, baik di Klaten maupun di Bangka Belitung tempat asal Istri," pungkasnya.
TribunTrends.com/Surya.co.id/TribunSolo.com