Pilpres 2024

Disurati DPC PDIP Solo Soal Pengunduran Diri & Pengembalian KTA, Gibran Tegas Tak Pernah Membalasnya

Editor: Monalisa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka akui sudah terima surat dari DPC PDIP Solo

TRIBUNTRENDS.COM - Gibran Rakabuming Raka mengaku mendapat surat dari DPC PDIP Solo. Namun blak-blakan anak Presiden Jokowi ini mengaku tak pernah membalas surat tersebut.

Surat tersebut diakui Gibran Rakabuming Raka sudah ia terima beberapa pekan lalu.

Surat yang ditujukan kepada Gibran Rakabuming Raja tersebut ternyata berisikan pengunduran diri dan pengembalian KTA PDIP.

Baca juga: Siapa Cawapres 2024 Terkaya? Cek Daftar Harta Cak Imin, Gibran, Mahfud MD, Nilai Terpantau Turun!

Pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming menjanjikan program makan siang gratis plus susu untuk anak-anak sekolah dan pesantren (Facebook Prabowo Subianto)

"Itu kapan ya, dah lama," ucap Gibran, Kamis (16/11/2023).

"Iya itu jadi satu lah (bersamaan dengan surat pengembalian KTA)," ujarnya.

Selain itu, ia juga menepis perkataan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebut Gibran telah berkirim surat kepada DPC PDIP Solo dan menyatakan telah tutup buku.

"Dari DPC mengirimkan surat ke saya," lanjutnya.

Gibran menegaskan tidak pernah membalas surat dari PDIP tersebut.

"Kalau saya tidak (tidak membalas), kalau Bobby (Nasution) saya tidak tahu," jelasnya.

Di sisi lain, Gibran Rakabuming Raka enggan membeberkan isi surat yang dirinya terima dari DPC PDIP Solo

"Iya, isi suratnya tidak bisa saya ekspos lah ya ke media, yang jelas sudah kami terima," paparnya.

Gibran dan Kaesang Sungkem ke Megawati, Gimmick Politik atau Adab? Pengamat: Wajar Mereka Minta Maaf

Sementara itu, momen Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep sungkem ke Megawati masih menyita perhatian publik.

Sederet pengamat memaknai momen salaman yang terjadi antara Kaesang, Gibran, dan Megawati.

Momen tersebut terjadi ketika tiga capres-cawapres menghadiri pengundian nomor urut di Kantor KPU, Selasa (14/11/2023).

Tiga capres-cawapres yaitu Anies-Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD telah memiliki nomor urut masing-masing.

Anies Muhaimin mendapat nomor urut 1, Prabowo-Gibran nomor urut 2 dan Ganjar-Mahfud nomor urut 3. 

Baca juga: Bobby Langsung Dipecat, Gibran Tanggapi soal Beda Perlakuan PDIP, FX Rudy: Sopan Santun Saya Pakai

Dari rangkaian acara yang juga dihadiri oleh berbagai elemen termasuk partai politik pengusung, ada momen menarik yang terjadi sebelum pengumuman nomor urut capres-cawapres.

Yaitu momen saat Gibran dan adiknya sekaligus Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep menyempatkan untuk sungkem kepada Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P), Megawati Soekarnoputri.

Mereka tampak menyalami Megawati yang duduk di sebelah Ketua Umum Partai Hanura, Oemar Sapto Odang (OSO).

Bahkan, Kaesang tampak bercengkrama singkat dengan Megawati.

Sementara Gibran, tampak mendampingi sang adik yang berada di belakangnya.

Seperti diketahui, kedua putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu 'membelot' ke kubu Prabowo.

Pembelotan itu diwujudkan dengan Gibran, yang merupakan kader PDIP, justru menjadi cawapres pendamping Prabowo dan adiknya yang secara terbuka turut mendukungnya.

Bahkan, Jokowi pun digadang-gadang turut mendukung Prabowo-Gibran dan diisukan hal itu direalisasikan lewat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batas usia capres-cawapres.

Lalu bagaimana memaknai sungkem yang dilakukan Gibran dan Kaesang ke Megawati?

Baca juga: Ternyata Tak Dicuekin! Momen Gibran & Kaesang Salim di KPU, Ini Reaksi Megawati, TKN: Adab yang Baik

Momen Gibran dan Kaesang menghampiri Megawati saat pengundian nomor capres-cawapres di kantor KPU, Selasa, (14/11/2023). (Tangkapan layar)

Antara Gimmick Politik atau Tulus sebagai Etika

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai sungkemnya Gibran dan Kaesang ke Megawati adalah wujud etika politisi junior ke seniornya.

Ujang juga menganggap peristiwa itu adalah wujud mengenang hubungan masa lalu antara Gibran yang dulu merupakan kader PDIP kepada Megawati.

"Ya itu bagus, positif lah buat Gibran dan Kaesang. Bagaimanapun Megawati kan bosnya Gibran, bosnya Jokowi ketika di PDIP. Jadi hubungan itu tidak bisa dilepas begitu saja."

"Hubungan dulu keakraban, kemesraan saat di PDIP ya dalam konteks tertentu, ya harus menyapa," katanya kepada Tribunnews.com, Rabu (15/11/2023).

Selain itu, Ujang juga melihat hal tersebut adalah wujud etika dan adab yang dilakukan Gibran dan Kaesang sebagai orang yang lebih muda dari Megawati.

"Ya kalau saya melihatnya sebagai adab, tata krama, penghormatan kepada Megawati yang mana sudah membesarkan Gibran. Dikatakan juga bersama-sama Jokowi menang dua kali di Pilpres," tuturnya.

"Justru kalau tidak menyapa nanti dikesankan sombong dan tidak mau menyapai yang muda (ke yang lebih tua). Itu adab umur orang-orang adat ketimuran lah," sambung Ujang.

Berbeda dengan Ujang, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai sungkemnya Gibran dan Kaesang hingga membungkukkan badan ke Megawati adalah gimmick politik.

Di era sekarang, Pangi menilai sosok dapat dinilai lewat perbuatan nyatanya apakah yang dilakukannya baik atau buruk.

Pernyataannya ini berkaca dari membelotnya Gibran dan Kaesang dengan mendukung Prabowo.

"Kalau hanya sekedar gimmick politik membungkukkan badan, cium tangan, lalu jalan seperti raja dulu sampai membungkuk, itu sebenarnya tidak terlalu penting."

"Tapi yang penting adalah perbuatan, bagaimana kita bersikap dan memperlakukan orang itu yang lebih penting daripada soal gimmick politik membungkukan badan atau cium tangan begitu," katanya kepada Tribunnews.com, Rabu (15/11/2023).

Baca juga: Capres dan Cawapres Manakah Paling Diuntungkan Nomor Urut? Sosok Kandidat Ini Yakin Menang 1 Putaran

Momen Gibran dan Kaesang datangi Megawati saat pengundian nomor urut Pilpres 2024 di KPU, Selasa (14/11/2023). (Kolase Tribun Trends/Ist)

Pangi juga menduga sungkemnya Gibran dan Kaesang ke Megawati demi pencitraan di dalam kontestasi Pemilu 2024

Dia mengatakan Gibran dan Kaesang diduga tengah membangun citra bahwa mereka adalah orang beretika dan berbudi pekerti.

Pangi pun menegaskan bahwa apapun yang dilakukan elite politik termasuk Gibran dan Kaesang pasti ada maksud untuk mendongkrak elektoral.

"Jadi itu bukan berdiri sendiri atau ruang kosong," tuturnya.

Kendati demikian, Pangi juga berprasangka baik kepada Gibran dan Kaesang yang sungkem ke Megawati.

Dia menganggap hal tersebut adalah wujud permintaan maaf kedua anak Jokowi itu ke Megawati karena 'membelot' ke Prabowo.

"Memang udah wajar mereka meminta maaf karena pergi tanpa kejelasan, membelot, dan juga Pak Jokowi berkhianat ke PDIP, dan Gibran juga yang mengkhianati PDIP ketika jelas-jelas PDIP punya jagoan capres yang sudah diputuskan di Kongres," katanya.

Di sisi lain, Pangi menilai Megawati tidak akan terlalu memikirkan momen Gibran dan Kaesang sungkem kepadanya.

Megawati, sambungnya, justru ingin meminta secara tidak langsung, khususnya Gibran, untuk berpikir bahwa dirinya dibesarkan oleh PDIP.

"Karena memang yang dilihat itu, ya tidak soal hanya sungkem meminta maaf dan datang. Tapi bagaimana orang-orang yang sudah dibesarkan oleh Bu Mega itu memperlakukan Bu Mega di akhir kekuasaan terakhir (Jokowi) saat ini," jelasnya.

Lebih lanjut, Pangi menilai membelotnya Gibran ke Prabowo dan Jokowi yang diisukan sama dengan anaknya itu hanya sebatas politik pragmatis tanpa ada unsur ideologis sama sekali.

Dia mengatakan peristiwa politik semacam ini hanya dilakukan Jokowi untuk melanggengkan dinasti politik yang dibangunnya.

"Hanya lebih keputusan pribadi, kepentingan dinasti, mungkin Presiden ingin berpikir ke depan membangun Kaesang menjadi Ketua Umum, Gibran menjadi wakil presiden. Jadi hanya kepentingan personal (Jokowi)," pungkasnya.

Artikel ini diolah dari TribunSolo.com dan Tribunnews.com