Sang ibu biasanya berjualan es campur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Motivasi menjadi anggota polisi muncul karena ingin membantu perekonomian keluarga dan meneruskan tugas sang ayah sebagai tulang punggung keluarga.
"Ibu saya hanyalah penjual es campur di pasar baru,"
"Motivasi saya menjadi anggota Polri untuk membantu perekonomian keluarga saya dan meneruskan tugas bapak saya sebagai tulang punggung keluarga," ucap Pandi.
Sang ibu yang mendengar kabar anaknya diterima menjadi polisi sangat bangga.
Dirinya berterima kasih kepada seluruh jajaran Polri yang telah memberikan kesempatan untuk anaknya.
"Saya sangat berterima kasih kepada bapak Kapolri, bapak Kapolda Papua, dan bapak Karo SDM Polda Papua karena telah memberikan kesempatan kepada anak saya untuk menjadi anggota Polri. Terima kasih," katanya.
Baca juga: SOSOK Hikmawansa, Buruh Gudang Tani Lolos Bintara Polri, Ibu Nangis Haru Andai Bapak Masih Ada
Pandi mengaku bahwa selama mengikuti proses seleksi dirinya tidak mendapat tarikan biaya sepeserpun.
Pandi hanya perlu membayar kerja keras selama mengikuti pendidikan Bintara Polri.
"Alhamdulillah saya bisa sampai dinyatakan untuk mengikuti pendidikan Polri dan lulus tanpa uang sepeserpun," pungkasnya.
Anak Yatim Asal Gunungkidul Lolos Masuk Bintara Polri
Selain itu, ada juga sosok Dani Triyanto yang berhasil menembus seleksi masuk bintara Polri.
Dani bukanlah dari keluarga yang mampu.
Ayah Dani sudah meninggal dunia, sedangkan ibunya cuma buruh tani.
Tapi pemuda asal Gunungkidul, Yogyakarta itu berhasil mewujudkan mimpinya menjadi seorang polisi.