TRIBUNTRENDS.COM - Kecelakaan tunggal terjadi di Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan, mobil ambulans tabrak tiang telepon, tewaskan satu pasien lansia yang berusia 109 tahun.
Saat kejadian, mobil ambulans membawa lima penumpang, tiba-tiba hilang kendali lalu terguling dan menabrak tiang telepon.
Kecelakaan tersebut menyebabkan pasien yang bernama Zubaidah (109) tewas di lokasi kejadian.
Sementara itu, sopir, Majda Himran (34) dan empat penumpang lain mengalami luka-luka.
Baca juga: Detik-detik Truk Pengangkut Orkes Keliling Alami Kecelakaan, Oleng Tak Kuat Nanjak, 1 Orang Tewas
Awal mula kecelakaan
Insiden tersebut terjadi di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Desa Lubuk Kemang, Kecamatan Rawas Ulu pada Minggu (7/5/2023).
Kasat Lantas Polres Muratara, AKP Saharudin mengatakan, awalnya, ambulans hendak mendahului sepeda motor yang ada di depannya.
Namun, ambulans mendadak hilang kendali dan oleng ke kiri hingga akhirnya terguling dan menabrak tiang telepon.
“Ambulans tersebut dari puskesmas hendak menuju ke Rumah Sakit Rupit karena pasien lansia itu mengalami sakit.
Namun, ketika melintas ambulans mendadak hilang kendali dan menabrak tiang telepon,” kata Saharudin, Senin (8/5/2023).
Setelah kejadian itu, seluruh penumpang dan pengemudi dievakuasi warga di sekitar lokasi.
Namun, kondisi Zubaidah tak dapat tertolong karena tewas di tempat.
“Keluarga pasien saat itu ikut mengantar dan berada di dalam mobil, mereka juga mengalami luka-luka,” ujarnya.
Mobil pecah ban
Selanjutnya, mobil ambulans yang mengalami kecelakaan dievakuasi petugas.
Sedangkan kondisi sopir ambulans mengalami luka di bagian kepala dan masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Kuat dugaan, penyebab kecelakaan itu dikarenakan mobil ambulans yang mendadak pecah ban.
“Sopir akan kami mintai keterangan lagi untuk mengetahui kronologi kecelakaan tersebut.
Untuk pasien yang meninggal sudah diserahkan ke pihak keluarga,” jelasnya.
Begini Cara Menyembuhkan Trauma Kecelakaan
Trauma akibat kecelakaan membuat seseorang mengalami depresi.
Bayangan mengerikan dari kejadian yang dialami, sulit disembuhkan, dan butuh waktu lama untuk pulih.
Selain, penyembuhan luka, korban kecelakaan perlu memulihkan kondisi psikologis.
Korban kecelakaan biasanya akan mengalami kecemasan, berhalusinasi, dan gangguan mental yang menggangu. Aktivitas sehari-hari akhirnya terganggu dan dapat mengalami stress.
Baca juga: MUATAN Boks Ayam Terlempar ke Pejalan Kaki, Kecelakaan Maut di Yogyakarta Tewaskan 1 Orang
Proses memulihkan kondisi psikologis akibat trauma.
Korban harus bangkit, tidak menyalahkan diri sendiri dan orang lain terus-menerus. Ada korban 1-2 minggu pulih, dan sampai berbulan-bulan," kata Psikolog RS UNS Rahmah Saniatuzzulfa, kepada Kompas.com, belum lama ini.
Menurut dia, fase penyembuhan trauma itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu untuk menghapus ingatan terhadap kejadian dan terapi yang memaparkan kejadian.
Korban kecelakaan, perlu didampingi orang-orang terdekat selama masa pemulihan.
Saat itu, korban menjalani karantina untuk mampu menghapus ingatan terhadap peristiwa kecelakaan yang terjadi.
Trauma kecelakaan itu akan sembuh jika di dalam dirinya ada semangat untuk pulih, yang ditunjukkan perubahan perilaku.
"Terapisnya dari anggota keluarga sendiri. Korban harus dijauhkan dari pikiran-pikiran negatif, ketakutan dan putus asa. Perilakunya sehari-hari dipantau, jangan dibiarkan jika dia melamun sendiri.
Bisa diajak curhat, dihibur biar tertawa lepas, untuk menutupinya perasaan traumatis," ucap Zulfa.
Aktivitas sehari-hari yang dapat mempercepat waktu pemulihan contohnya, menonton film, dan mendengarkan musik.
"Biarkan ingatan memori kelam kejadian itu hilang sendiri.
Aktivitas sehari-hari, sementara dijauhkan dari kendaraan.
Baik sebagai pengemudi atau penumpang. Itu bisa mengembalikan ingatan korban," katanya.
Founder & Training Director Jakarta Defensive (JDDC) Driving and Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, seseorang yang pernah mengalami trauma karena kecelakaan tidak disarankan untuk berkendara atau mengemudi sampai kondisi psikologis pulih kembali.
"Takut untuk memulai dari nol lagi itu lebih berbahaya.
Mental si korban laka itu biasanya depresi selama waktu tertentu.
Kalau dia tertekan kondisinya tambah drop, jangan sampai.
Saat bepergian seperlunya, dan biarkan adaptasi dengan kendaraan," kata Jusri.
Diolah dari artikel Kompas.com