Breaking News:

'Hanya Diajak, Tidak Tahu Apa-apa', Pengakuan Mahasiswa Terseret Penculikan Maut Ilham Pradipta

Salah satu pelaku penculikan Ilham Pradipta mengaku tak tahu tujuan penculikan, hanya diajak.

Editor: Suli Hanna
YouTube Tribunnews
PENCULIK ILHAM PRADIPTA - Tangkapan layar diolah dari YouTube Tribunnews, Jumat (29/8/2025). Salah satu pelaku penculikan Ilham Pradipta mengaku tak tahu tujuan penculikan, hanya diajak. 

TRIBUNTRENDS.COM - Dalam bayangan seorang mahasiswa, pagi yang tenang biasanya dimulai dengan rutinitas: bangun, sarapan, lalu menghadiri kelas atau mengerjakan tugas kampus.

Tapi bagi RAH, pemuda 23 tahun yang namanya kini tercatat sebagai tersangka, pagi itu berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia duga.

RAH tidak pernah menyangka bahwa langkah kakinya mengikuti seseorang yang ia kenal sebagai keluarga jauh, justru akan menjerumuskannya ke dalam pusaran tragedi yang merenggut nyawa Mohamad Ilham Pradipta,  Kepala Cabang salah satu bank BUMN di Cempaka Putih.

“Mohon maaf dan turut belasungkawa untuk keluarga korban, klien kami adalah korban,” ucap Maksimus Hasman, pengacara RAH, dengan suara berat di hadapan para wartawan di Polda Metro Jaya.

Bagi Maksimus, kliennya tidak pernah tahu bahwa proyek yang ditawarkan oleh EW alias Eras, akan berujung pada penculikan, bahkan lebih jauh, pada kematian.

Berawal dari Kedai Kopi, Berakhir di Jeruji Besi

Pagi itu, RAH baru saja bangun tidur ketika diajak oleh EW.

Tanpa banyak pertanyaan, ia ikut.

Mereka bertemu dengan sosok misterius yang hanya disebut sebagai F, di sebuah kedai kopi di Jalan Percetakan Negara, Salemba, Jakarta Pusat.

Tak ada percakapan yang menunjukkan bahaya, tak ada tanda bahwa hari itu akan jadi titik balik hidupnya.

Dari sana, mereka bertiga naik mobil menuju sebuah minimarket.

Di sinilah RAH mendapat tugas pertama: membeli lakban, rokok, handuk, dan masker.

Barang-barang itu tampak biasa.

Tapi di balik kegunaannya yang tampak wajar, ternyata menyimpan maksud jahat.

Dan RAH, menurut kuasa hukumnya, tidak tahu-menahu tentang niat sebenarnya.

“Dalam perjalanan menuju lokasi, klien kami baru menyadari bahwa tujuannya menculik seseorang,” jelas Maksimus.

Perjalanan Kelam Melintasi Kota

Aksi penculikan dilakukan di parkiran Lotte Mart, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Setelah korban berhasil diamankan, mobil yang mereka tumpangi terus berpindah-pindah lokasi.

Dari Pasar Rebo, ke Kemayoran, hingga akhirnya ke Cempaka Putih.

“Setelah melakukan penculikan itu, mereka berpindah, bergeser ke Kemayoran diarahkan saudara E,” terang Maksimus.

Ia juga menambahkan bahwa koordinasi penuh dilakukan oleh E, yang kerap berkomunikasi dengan F, sosok yang diduga kuat sebagai otak di balik kejadian ini.

“Yang intens komunikasi dengan seseorang yang patut diduga F itu adalah saudara E,” lanjutnya.

Hanya dalam beberapa menit, di kawasan Kemayoran, korban dipindahkan ke mobil lain, sebuah Toyota Fortuner, dan dibawa pergi.

RAH dan tiga orang lainnya kemudian melanjutkan perjalanan ke Arcici, Cempaka Putih.

Baca juga: Ketua RT Bongkar Rahasia Pelaku Penculikan Ilham Pradipta Kepala Bank BUMN, Bos Ada di Surabaya

PENCULIKAN KEPALA CABANG BANK - Foto TKP temuan mayat dan CCTV penculikan. Dugaan penyebab kematian kepala cabang bank BUMN Mohammad Ilham Pradipta yang diculik mulai terjawab, Jumat (22/8/2025).
PENCULIKAN KEPALA CABANG BANK - Foto TKP temuan mayat dan CCTV penculikan. Dugaan penyebab kematian kepala cabang bank BUMN Mohammad Ilham Pradipta yang diculik mulai terjawab, Jumat (22/8/2025). (Kolase Kompas TV, istimewa)

“Dia Tidak Bisa Menolak”: Potret Ketidakberdayaan Anak Muda

RAH, mahasiswa muda yang sedang menapaki masa depannya, kini terjerat hukum.

Maksimus menyebut bahwa kliennya bukan bagian dari rencana jahat itu. Bahkan dia tidak diberi penjelasan apa-apa.

“Dia hanya diajak pagi-pagi setelah bangun tidur dan tidak dalam posisi bisa menolak, dia juga tidak dalam kehendak bebas karena berada dalam satu rombongan mobil,” katanya.

Usai peristiwa tragis itu, para pelaku kembali ke rumah E di Johar Baru. Di sana, uang tunai Rp 8 juta diberikan sebagai ‘bayaran’. Bukan sebagai kesepakatan awal, melainkan hadiah pasca-aksi.

“Bayaran itu dibagikan setelah kejadian, bukan ditawarkan sejak awal,” jelas Maksimus.

Kini, RAH ditetapkan sebagai salah satu tersangka.

Tak hanya masa mudanya yang tergadaikan, tapi juga reputasinya yang baru saja mulai tumbuh. Mahasiswa biasa itu, yang sebelumnya hidup dalam dunia akademik dan pertemanan kampus, kini terjebak dalam kasus kriminal yang menyita perhatian publik.

“Kami berharap polisi segera menangkap aktor utama pembunuhan ini,” tutup Maksimus, dengan harapan keadilan tak hanya menjerat yang lemah.

Satu proyek yang dijanjikan sebagai pekerjaan biasa, justru berubah menjadi tragedi yang mencoreng masa depan dan mengakhiri nyawa. Kisah RAH mengingatkan kita bahwa keputusan yang diambil dalam sekejap, bisa membawa konsekuensi seumur hidup.

(TribunTrends.com/ WartaKotalive.com/ Disempurnakan dengan bantuan AI)

Sumber: Warta Kota
Tags:
Ilham PradiptaBUMN
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved