'Hanya Diajak, Tidak Tahu Apa-apa', Pengakuan Mahasiswa Terseret Penculikan Maut Ilham Pradipta
Salah satu pelaku penculikan Ilham Pradipta mengaku tak tahu tujuan penculikan, hanya diajak.
Editor: Suli Hanna
TRIBUNTRENDS.COM - Dalam bayangan seorang mahasiswa, pagi yang tenang biasanya dimulai dengan rutinitas: bangun, sarapan, lalu menghadiri kelas atau mengerjakan tugas kampus.
Tapi bagi RAH, pemuda 23 tahun yang namanya kini tercatat sebagai tersangka, pagi itu berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia duga.
RAH tidak pernah menyangka bahwa langkah kakinya mengikuti seseorang yang ia kenal sebagai keluarga jauh, justru akan menjerumuskannya ke dalam pusaran tragedi yang merenggut nyawa Mohamad Ilham Pradipta, Kepala Cabang salah satu bank BUMN di Cempaka Putih.
“Mohon maaf dan turut belasungkawa untuk keluarga korban, klien kami adalah korban,” ucap Maksimus Hasman, pengacara RAH, dengan suara berat di hadapan para wartawan di Polda Metro Jaya.
Bagi Maksimus, kliennya tidak pernah tahu bahwa proyek yang ditawarkan oleh EW alias Eras, akan berujung pada penculikan, bahkan lebih jauh, pada kematian.
Berawal dari Kedai Kopi, Berakhir di Jeruji Besi
Pagi itu, RAH baru saja bangun tidur ketika diajak oleh EW.
Tanpa banyak pertanyaan, ia ikut.
Mereka bertemu dengan sosok misterius yang hanya disebut sebagai F, di sebuah kedai kopi di Jalan Percetakan Negara, Salemba, Jakarta Pusat.
Tak ada percakapan yang menunjukkan bahaya, tak ada tanda bahwa hari itu akan jadi titik balik hidupnya.
Dari sana, mereka bertiga naik mobil menuju sebuah minimarket.
Di sinilah RAH mendapat tugas pertama: membeli lakban, rokok, handuk, dan masker.
Barang-barang itu tampak biasa.
Tapi di balik kegunaannya yang tampak wajar, ternyata menyimpan maksud jahat.
Dan RAH, menurut kuasa hukumnya, tidak tahu-menahu tentang niat sebenarnya.
“Dalam perjalanan menuju lokasi, klien kami baru menyadari bahwa tujuannya menculik seseorang,” jelas Maksimus.
Perjalanan Kelam Melintasi Kota
Aksi penculikan dilakukan di parkiran Lotte Mart, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Setelah korban berhasil diamankan, mobil yang mereka tumpangi terus berpindah-pindah lokasi.
Dari Pasar Rebo, ke Kemayoran, hingga akhirnya ke Cempaka Putih.
“Setelah melakukan penculikan itu, mereka berpindah, bergeser ke Kemayoran diarahkan saudara E,” terang Maksimus.
Ia juga menambahkan bahwa koordinasi penuh dilakukan oleh E, yang kerap berkomunikasi dengan F, sosok yang diduga kuat sebagai otak di balik kejadian ini.
“Yang intens komunikasi dengan seseorang yang patut diduga F itu adalah saudara E,” lanjutnya.
Hanya dalam beberapa menit, di kawasan Kemayoran, korban dipindahkan ke mobil lain, sebuah Toyota Fortuner, dan dibawa pergi.
RAH dan tiga orang lainnya kemudian melanjutkan perjalanan ke Arcici, Cempaka Putih.
Baca juga: Ketua RT Bongkar Rahasia Pelaku Penculikan Ilham Pradipta Kepala Bank BUMN, Bos Ada di Surabaya

“Dia Tidak Bisa Menolak”: Potret Ketidakberdayaan Anak Muda
RAH, mahasiswa muda yang sedang menapaki masa depannya, kini terjerat hukum.
Maksimus menyebut bahwa kliennya bukan bagian dari rencana jahat itu. Bahkan dia tidak diberi penjelasan apa-apa.
“Dia hanya diajak pagi-pagi setelah bangun tidur dan tidak dalam posisi bisa menolak, dia juga tidak dalam kehendak bebas karena berada dalam satu rombongan mobil,” katanya.
Usai peristiwa tragis itu, para pelaku kembali ke rumah E di Johar Baru. Di sana, uang tunai Rp 8 juta diberikan sebagai ‘bayaran’. Bukan sebagai kesepakatan awal, melainkan hadiah pasca-aksi.
“Bayaran itu dibagikan setelah kejadian, bukan ditawarkan sejak awal,” jelas Maksimus.
Kini, RAH ditetapkan sebagai salah satu tersangka.
Tak hanya masa mudanya yang tergadaikan, tapi juga reputasinya yang baru saja mulai tumbuh. Mahasiswa biasa itu, yang sebelumnya hidup dalam dunia akademik dan pertemanan kampus, kini terjebak dalam kasus kriminal yang menyita perhatian publik.
“Kami berharap polisi segera menangkap aktor utama pembunuhan ini,” tutup Maksimus, dengan harapan keadilan tak hanya menjerat yang lemah.
Satu proyek yang dijanjikan sebagai pekerjaan biasa, justru berubah menjadi tragedi yang mencoreng masa depan dan mengakhiri nyawa. Kisah RAH mengingatkan kita bahwa keputusan yang diambil dalam sekejap, bisa membawa konsekuensi seumur hidup.
(TribunTrends.com/ WartaKotalive.com/ Disempurnakan dengan bantuan AI)
Sumber: Warta Kota
Pilu Suwardi, Dagangan Keripiknya Dijarah saat Kerusuhan Demo di Solo, Kini Dapat Donasi Jutaan |
![]() |
---|
Pakai Baju Serba Pink, Ibu-ibu Unjuk Rasa Lempar Sampah ke Gedung DPRD Jawa Barat: Tempat Sampah |
![]() |
---|
Wajah Nenek yang Ambil AC Uya Kuya, Menangis Minta Maaf, Astrid Auto Beri Ampun: Penting Jujur |
![]() |
---|
Diduga Sembunyikan Mobil Mewah, Anak Immanuel Ebenezer Berpeluang Diperiksa KPK: Enggak Kita Umpetin |
![]() |
---|
Dikira Menjarah Patung Iron Man Milik Ahmad Sahroni, Eko Purnomo Justru Kebanjiran Pesanan |
![]() |
---|