Politik Viral
Momen Canggung di Rumah Try Sutrisno: Wapres Gibran Buka Sepatu, Ajudan Kena Semprot
Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming canggung saat berkujung ke rumah Try Sutrisno, ajudan wapres kena tegur.
Editor: jonisetiawan
TRIBUNTRENDS.COM - Letnan Kolonel Devy Kristiono, ajudan dari Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming Raka, menerima teguran dari mantan Wakil Presiden Try Sutrisno.
Teguran tersebut muncul karena Gibran melepaskan sepatunya ketika berkunjung ke kediaman pribadi Try.
Meskipun Gibran berniat menjaga kebersihan rumah, tindakan tersebut dianggap tidak sesuai oleh tuan rumah.
Momen Kunjungan ke Rumah Try Sutrisno
Kunjungan Gibran ke kediaman mantan Wapres Try Sutrisno dilakukan dalam rangka bersilaturahmi serta menyampaikan undangan resmi untuk menghadiri upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat pada Rabu, 13 Agustus 2025, Gibran disambut oleh Try Sutrisno, istrinya Tuti Try Sutrisno, serta putri mereka, Nora Tristyana.
Kehadiran tokoh lintas generasi ini menjadi simbol kesinambungan antar pemimpin bangsa, sekaligus memperkuat rasa hormat antara pejabat aktif dan senior mereka.
Silaturahmi semacam ini mencerminkan budaya politik santun yang tetap relevan di tengah dinamika demokrasi modern.
Baca juga: Relawan Jokowi Bongkar Tujuan Orang Besar di Balik Isu Pemakzulan Gibran: Mau Diganti Anaknya!
Insiden Sepatu dan Teguran yang Mengandung Makna
Dalam suasana kekeluargaan itu, istri Try Sutrisno, Tuti, menyadari bahwa Gibran tidak mengenakan sepatu di dalam rumah.
Ia pun menanyakan alasan di balik hal tersebut. Gibran menjelaskan bahwa ia melepas sepatunya agar tidak mengotori lantai rumah.
Namun, Try Sutrisno segera menanggapi tindakan tersebut dengan mengatakan bahwa rumahnya bukanlah masjid, sehingga tidak perlu melepas sepatu.
Teguran tersebut bukan sekadar soal etika berpakaian, tetapi menyiratkan nilai penghormatan terhadap protokol dan simbol status kenegaraan.
Sebab, sebagai Wakil Presiden, Gibran dianggap tetap harus menjaga citra dan tata krama kenegaraan, bahkan dalam suasana yang terlihat santai.

Respons Ajudan dan Sikap Gibran
Try Sutrisno kemudian secara langsung menegur Letkol Devy Kristiono karena membiarkan atasannya melepas sepatu. Menurutnya, tindakan seperti itu tidak semestinya dilakukan dalam rumah pribadi yang bukan tempat ibadah.
Gibran sendiri mencoba meredam situasi dengan tetap rendah hati dan menyampaikan bahwa dirinya tidak merasa keberatan melepas sepatu.
Devy Kristiono, sebagai ajudan, memberikan respons dengan sikap sopan; ia mengangguk dan menunduk sebagai bentuk penghormatan terhadap senior.
Momen ini menjadi pembelajaran tersendiri mengenai pentingnya perhatian terhadap detail dalam protokoler kenegaraan, bahkan dalam konteks kunjungan informal.
Baca juga: Gestur Gibran di Upacara Kopassus, Lewati Para Menteri, Tanda Politik Terselubung atau Salah Kamera?
Maksud dan Hikmah Pertemuan
Melalui akun media sosialnya, Gibran menjelaskan bahwa kunjungannya ke rumah mantan Wapres tersebut adalah bagian dari agenda silaturahmi serta penyampaian undangan resmi upacara HUT RI.
Ia menyampaikan bahwa dirinya mendapatkan banyak pelajaran berharga dari Try Sutrisno, khususnya mengenai pentingnya sektor pendidikan dan kesehatan dalam pembangunan nasional.
Pernyataan ini menegaskan bahwa Gibran tidak hanya sekadar bertamu, tetapi juga menggali wawasan dari pengalaman tokoh senior yang pernah menjabat di era transisi penting dalam sejarah bangsa.
Kedatangan Gibran juga dibalas dengan kesediaan Try Sutrisno untuk hadir dalam acara veteran, sebagai wujud penghormatan pada perjuangan bangsa.
Insiden kecil terkait sepatu dalam pertemuan antara Gibran dan Try Sutrisno menyiratkan pesan lebih besar: pentingnya menghargai nilai, tradisi, dan etika dalam interaksi antar pejabat negara lintas generasi.
Di balik teguran tersebut, tersimpan niat baik untuk mengingatkan pentingnya menjaga martabat dan simbol jabatan dalam setiap kesempatan.
Sementara itu, sikap terbuka Gibran dan kerendahan hatinya menunjukkan bahwa proses belajar dan mendengar dari senior masih menjadi bagian dari kepemimpinan yang bijak.
***
(TribunTrends/Sebagian artikel tayang di Tribunnews)