Breaking News:

Kunci Jawaban

Kode Etik Guru, Hal Baru yang Saya Pahami setelah Mempelajari Modul, Kunci Jawaban Modul 3 PPG 2025

Berikut ini kunci jawaban Modul 3 PPG 2025, 3 Contoh Jurnal Kode Etik Guru, Hal Baru yang Saya Pahami setelah Mempelajari Modul

Ilustrated by AI
Berikut ini kunci jawaban Modul 3 PPG 2025, 3 Contoh Jurnal Kode Etik Guru, Hal Baru yang Saya Pahami setelah Mempelajari Modul 

Berikut ini kunci jawaban Modul 3 PPG 2025, 3 Contoh Jurnal Kode Etik Guru, Hal Baru yang Saya Pahami setelah Mempelajari Modul

TRIBUNTRENDS.COM - Berikut adalah tiga contoh jurnal modul 3 PPG 2025 topik Kode Etik Guru yang dirancang agar cepat divalidasi.

Contoh-contoh ini ditujukan bagi Bapak/Ibu guru peserta program Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2025 yang sedang mengikutinya.

Setelah menyelesaikan Latihan Pemahaman, Cerita Reflektif dan Post Test Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN), Bapak/Ibu guru perlu segera membuat jurnal pembelajaran.

Modul 3 ini memiliki tiga topik yang bisa dipilih untuk pembuatan jurnal, dan salah satunya adalah Kode Etik Guru.

Bagi Bapak/Ibu guru yang memilih topik Kode Etik Guru untuk membuat jurnal pembelajaran modul 3 PPG 2025, contoh-contoh di bawah ini dapat dijadikan referensi agar proses validasinya lebih cepat.

Tiga contoh jurnal ini telah dirangkum dari berbagai sumber.

Baca juga: Apa Peran Pendidik Menurut Ki Hadjar Dewantara? Kunci Jawaban Modul 3 Topik 1 FPPN PPG 2025

Contoh Jurnal Modul 3 PPG 2025 Kode Etik Guru

KODE ETIK GURU

Hal Baru Yang Saya Pahami Setelah Mempelajari Modul

Profesi guru bukan sekadar pekerjaan mengajar, lebih dari itu, guru punya tanggung jawab moral yang melekat dalam setiap kata, sikap, dan keputusan di dalam maupun di luar kelas. Komitmen untuk memahami dan menjaga marwah profesi guru akan mengantarkan kita menuju pembuktian bahwa etika bukan sekedar teori, tapi bagian dari napas profesi yang kita jalani sehari-hari melalui sebuah pedoman yang disebut kode etik guru. 

Kode Etik Guru adalah seperangkat norma dan prinsip moral yang menjadi pedoman perilaku profesional guru dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini tidak hanya berlaku dalam konteks pembelajaran, tetapi juga mencakup hubungan guru dengan peserta didik, rekan sejawat, masyarakat, serta diri sendiri sebagai insan pendidik.

Dalam modul yang telah saya pelajari, saya menemukan bahwa Tomlinson dan Little membagi etika profesi guru ini ke dalam tiga kelompok besar yang saling berkaitan. Ketiganya memberi gambaran utuh tentang bagaimana seharusnya seorang guru bersikap dan bertindak dalam menjalankan amanah profesinya, kode etika profesi mengajar tersebut sebagai berikut:

1. Etika terhadap ilmu pengetahuan.

Di sini guru dituntut untuk memiliki integritas intelektual, artinya jujur dalam berpikir dan menyampaikan ilmu, serta tidak berhenti belajar demi pengembangan wawasan. Guru juga harus punya integritas kejuruan, yaitu terus mengasah keterampilan dan profesionalisme sesuai perkembangan zaman. Dan yang tak kalah penting, guru perlu memiliki keberanian moral, yakni keberanian untuk tetap bersikap dan mengambil keputusan yang benar, meskipun terkadang tidak populer atau bertentangan dengan arus umum.

2. Etika terhadap peserta didik.

Ini menyangkut bagaimana guru harus mengutamakan kepentingan Peserta Didik di atas kepentingan pribadi, bersikap adil dan tidak memihak, serta memiliki wawasan kemanusiaan, artinya guru peka terhadap latar belakang sosial dan kondisi tiap anak. Di samping itu, guru juga harus menyadari tanggung jawab pengaruhnya, karena segala ucapan dan tindakan kita bisa melekat dalam ingatan anak-anak hingga dewasa.

3. Etika terhadap profesi.

Dalam bagian ini, guru diharapkan bersikap rendah hati, mampu bekerja sama dan saling menghargai dalam semangat kolegalitas, serta membangun kemitraan yang sehat baik dengan peserta didik, sesama guru, maupun orang tua. Tak kalah penting, guru juga harus punya tanggung jawab dan aspirasi profesi, yakni mau terus terlibat aktif dalam perbaikan sistem pendidikan melalui suara, karya, dan kontribusi nyata. Tiga aspek etika ini bukan hanya teori semata, tapi menjadi bekal saya dalam membenahi diri, membangun relasi yang lebih baik, dan menjadi guru yang bukan sekadar mengajar, tapi benar-benar mendidik.

Pengaruh Kode Etik Terhadap Proses Pembelajaran

Bagi saya pribadi, menjalankan kode etik guru bukan hanya soal menjaga nama baik profesi, tapi juga berdampak langsung pada bagaimana saya mengelola pembelajaran di kelas. Saat guru benar-benar memegang teguh nilai-nilai etikanya, maka proses belajar bukan hanya berjalan, tapi tumbuh dan berkembang dalam suasana yang sehat dan menyenangkan.

Memperbaiki kualitas pembelajaran

Saya menyadari bahwa komitmen pada kode etik mendorong saya untuk terus memperbaiki kualitas pembelajaran. Baik dari segi penyusunan rencana ajar yang matang, pemilihan strategi mengajar yang sesuai dengan kebutuhan Peserta Didik, sampai pada pengembangan kompetensi diri agar bisa memberikan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan.

Relasi dengan Peserta Didik jadi lebih positif

Ketika saya bersikap adil, menghargai perbedaan, dan benar-benar hadir untuk mendukung mereka, maka mereka pun lebih terbuka, lebih percaya, dan lebih aktif di kelas. Suasana kelas jadi terasa hangat dan aman, tempat di mana mereka bisa tumbuh tanpa rasa takut atau tertekan.

Menegakkan aturan dan disiplin dengan cara yang bijak dan konsisten

Dari sisi manajemen kelas, penerapan kode etik juga membantu saya menegakkan aturan dan disiplin dengan cara yang bijak dan konsisten. Saya tidak lagi sekadar memberi hukuman, tapi lebih menekankan pada proses membangun kesadaran dan tanggung jawab. Hal ini membuat kelas jadi lebih tertib tanpa kehilangan rasa kebersamaan.

Hubungan baik dengan orang tua Peserta Didik

Saya juga semakin sadar bahwa hubungan baik dengan orang tua Peserta Didik adalah bagian dari etika profesi. Dengan menjaga komunikasi yang jujur dan terbuka, saya merasa peran orang tua dalam mendukung pembelajaran anak semakin kuat. Kami jadi satu tim yang saling mendukung demi kebaikan anak-anak.

Menjalankan kode etik guru ada tantangan yang umum ditemui di lapangan.

  • Kurangnya pemahaman. Masih banyak rekan guru yang belum benar-benar memahami isi dan makna dari kode etik ini. Bisa jadi karena belum pernah mendapat pelatihan khusus atau sosialisasi yang memadai.
  • Penegakan yang masih lemah. Kadang ada pelanggaran, tapi tidak diikuti dengan tindakan atau sanksi yang jelas. Akhirnya, kode etik hanya jadi formalitas yang kurang terasa dampaknya. Ditambah lagi dengan
  • Perubahan lingkungan pendidikan yang sangat cepat, baik dari sisi teknologi maupun kurikulum. Ini membuat guru harus terus belajar dan menyesuaikan diri, yang tentu tidak mudah bagi semua orang.

Namun di balik tantangan itu, saya juga melihat ada peluang besar dalam implementasi kode etik guru:

  • Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan semakin meningkat. Orang tua, masyarakat, bahkan Peserta Didik sendiri mulai memahami betapa pentingnya peran guru yang beretika.
  • Dukungan dari pemerintah juga makin terasa, melalui berbagai program peningkatan kompetensi dan penguatan karakter guru.
  • Organisasi profesi juga bisa jadi motor penggerak. Mereka punya peran besar dalam menyelenggarakan pelatihan, sosialisasi, bahkan advokasi terhadap guru. Kalau kolaborasi ini berjalan baik, saya percaya implementasi kode etik akan semakin kuat dan membudaya, bukan cuma jadi slogan semata.

Tindakan yang Dilakukan Untuk Menanamkan Kode Etik Dalam Proses Pembelajaran

Kode etik guru secara langsung memengaruhi berbagai aspek dalam proses pembelajaran. Dengan mematuhi kode etik, guru menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan akademik dan karakter peserta didik, yang dapat ditanamkan melalui tindakan berikut:

Aspek Deskripsi Contoh
Kualitas Pembelajaran Guru berusaha meningkatkan kompetensi profesional dan menggunakan metode pembelajaran yang efektif. Guru mengikuti pelatihan, menyusun RPP yang terstruktur, dan menggunakan media pembelajaran yang menarik.
Hubungan dengan Peserta Didik Guru membangun hubungan yang saling percaya, menghargai, dan mendukung. Guru memberikan pujian, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan mendengarkan keluhan peserta didik.
Disiplin dan Tata Tertib Guru menegakkan disiplin secara adil dan konsisten. Guru memberikan sanksi yang sesuai jika peserta didik melanggar aturan, dan memberikan contoh perilaku yang baik.
Hubungan dengan Orang Tua Guru menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua. Guru mengadakan pertemuan orang tua, memberikan laporan perkembangan peserta didik, dan melibatkan orang
tua dalam kegiatan sekolah.

Tindakan yang saya lakukan Bersama rekan sejawat untuk menanamkan kode etik dalam pembelajaran:

1. Kegiatan Refleksi

Kami mulai dengan melakukan refleksi rutin terhadap praktik pembelajaran yang sudah dijalani. Tidak hanya soal materi yang disampaikan, tapi juga cara kita berkomunikasi dengan Peserta Didik, bagaimana kita memberi ruang untuk mereka berkembang, dan bagaimana kita memastikan proses belajar yang adil dan bermakna.

Refleksi ini bisa dibarengi dengan mengevaluasi hasil belajar Peserta Didik, misalnya lewat tes atau tugas proyek, untuk melihat sejauh mana mereka bisa menerapkan pengetahuan dan keterampilannya secara nyata.

2. Kegiatan Kolaboratif

Mengembangkan program pembelajaran secara kolaboratif bersama rekan sejawat. Kami bisa duduk bersama, mendiskusikan apa yang sebenarnya ingin kita capai dalam pembelajaran, lalu menyusun langkah-langkahnya. Termasuk
juga melakukan analisis kebutuhan Peserta Didik dan kondisi sekolah agar program yang disusun benar-benar menjawab tantangan nyata di lapangan, bukan sekadar formalitas di atas kertas.

Melalui dua pendekatan ini, nilai-nilai kode etik seperti tanggung jawab, keadilan, dan profesionalisme bisa lebih terasa dan tertanam dalam praktik mengajar sehari-hari.

REFLEKSI

Setelah mempelajari materi tentang Kode Etik Guru, akhirnya membuka kesadaran saya bahwa menjadi guru bukan hanya soal bagaimana kita mengajar, tetapi juga bagaimana kita menjaga integritas dan menjadi teladan dalam setiap tindakan. Kode etik bukan sekadar aturan, tapi merupakan fondasi moral yang membentuk identitas dan arah sikap kita sebagai pendidik. 

Dari modul ini, saya terinspirasi untuk lebih melihat profesi guru sebagai bentuk pengabdian yang melibatkan hati, pikiran, dan nilai-nilai kemanusiaan. Saya merasa bahwa selama ini, mungkin tanpa disadari, ada sikap-sikap atau kebiasaan kecil yang luput dari perhatian, padahal sangat berkaitan dengan etika profesi, Untuk menjadi guru yang profesional saya akan membuat sebuah komitmen dalam memperhatikan kode etik guru.

Saya akan berhenti melakukan pembelajaran yang hanya fokus pada pencapaian akademik semata. Dulu, saya sering terpaku pada target kurikulum, sampai terkadang lupa bahwa peserta didik butuh perhatian, keadilan, dan rasa dihargai. Saya juga ingin berhenti membiarkan ketidakkonsistenan saya dalam menegakkan tata tertib, karena itu berdampak pada keteladanan saya sebagai guru. Mulai sekarang, saya ingin lebih sadar bahwa setiap tindakan saya punya dampak jangka panjang bagi peserta didik.

Saya akan mulai melakukan refleksi secara rutin, tidak hanya untuk mengevaluasi capaian peserta didik, tapi juga mengevaluasi sikap, cara komunikasi, dan kehadiran saya di kelas. Saya juga akan mulai lebih aktif membangun komunikasi dua arah dengan orang tua, karena saya sadar, pendidikan yang efektif tak bisa berjalan tanpa dukungan dan keterlibatan mereka. Bersama rekan sejawat, saya akan mulai menyusun program pembelajaran yang lebih kolaboratif, bukan berjalan sendiri-sendiri.

Saya akan terus melakukan pembelajaran yang mengedepankan nilai empati, keadilan, dan profesionalisme. Saya ingin terus hadir secara utuh untuk peserta didik, baik dalam mendampingi proses belajarnya maupun membentuk
karakter mereka. Saya juga akan terus memperkaya diri dengan pelatihan dan diskusi dengan rekan sejawat, karena menjadi guru yang beretika adalah proses belajar yang tidak pernah selesai.

Karena bagi saya, menjadi guru bukan sekadar profesi, tapi panggilan untuk mendidik dengan hati, akal, dan etika.

DOKUMENTASI KEGIATAN

Sertakan sejumlah foto dokumentasi kegiatan.

UMPAN BALIK DARI REKAN SEJAWAT

Sertakan umpan balik dari rekan sejawat.

Contoh Jurnal Modul 3 PPG 2025 Kode Etik Guru

Jurnal Pembelajaran PPG 2025 - Modul 3 FPPN: Kode Etik Guru

Nama Mahasiswa: [Nama Lengkap Anda]
Nomor Mahasiswa: [Nomor Mahasiswa Anda]
Topik: Kode Etik Guru

Hal Baru yang Saya Pahami Setelah Mempelajari Modul

Sebelumnya, pandangan saya tentang Kode Etik Guru cenderung sebatas pada kumpulan aturan formal yang harus ditaati untuk menghindari sanksi. Namun, setelah menyelami modul ini, saya menyadari bahwa pemahaman tersebut sangatlah dangkal. Hal baru yang saya pahami adalah bahwa Kode Etik bukan hanya sekadar "daftar larangan," melainkan landasan filosofis dan moral yang membentuk identitas sejati seorang pendidik. Ia adalah kompas yang menuntun setiap tindakan dan keputusan guru, memengaruhi kualitas interaksi di kelas, dan pada akhirnya, membentuk karakter peserta didik.

Saya juga sangat terkesan dengan keterkaitan erat Kode Etik dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, khususnya konsep "Ing Ngarsa Sung Tuladha" (di depan memberi teladan). Etika seorang guru ternyata adalah kurikulum tersembunyi yang paling efektif. Apa yang guru praktikkan, bukan hanya apa yang ia ajarkan, akan menjadi cerminan bagi siswa. 

Pemahaman ini memperkuat keyakinan saya bahwa profesionalisme guru tidak hanya diukur dari kompetensi akademik, tetapi juga dari integritas dan budi pekerti luhur. Modul ini juga menegaskan bahwa kode etik mencakup tanggung jawab guru dalam mengakomodasi kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik, serta pentingnya kolaborasi dengan catur pusat pendidikan lainnya (keluarga, sekolah, masyarakat, organisasi pemuda) untuk mencapai tujuan pendidikan yang holistik.

Pengaruh Kode Etik Terhadap Proses Pembelajaran

Kode etik memiliki pengaruh yang sangat signifikan dan transformatif terhadap proses pembelajaran.

Pertama, Kode Etik menjadi fondasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif, aman, dan inklusif. Ketika guru secara konsisten menerapkan prinsip keadilan, kejujuran, dan rasa hormat, siswa merasa dihargai dan bebas untuk berekspresi, bertanya, dan berkreasi tanpa takut dihakimi. Ini secara langsung mendukung konsep "merdeka belajar" dari Ki Hadjar Dewantara, di mana siswa dapat berkembang sesuai potensi kodratnya.

Kedua, Kode Etik secara fundamental memengaruhi kualitas interaksi antara guru dan peserta didik. Guru yang menjunjung tinggi etika akan mendengarkan aktif, memberikan umpan balik yang konstruktif dan empatik, serta menjauhkan diri dari segala bentuk diskriminasi atau favoritisme. Interaksi semacam ini membangun kepercayaan, mendorong partisipasi aktif, dan secara efektif mengembangkan kepercayaan diri serta keterampilan sosial-emosional peserta didik.

Ketiga, ketaatan pada kode etik mendorong profesionalisme dan pengembangan diri guru yang berkelanjutan. Guru yang beretika akan termotivasi untuk terus memperbarui pengetahuan dan strategi pengajaran agar relevan dengan kodrat zaman (misalnya, etika dalam penggunaan teknologi, penanganan cyberbullying). Ini memastikan bahwa pembelajaran yang diberikan tidak hanya relevan secara akademik, tetapi juga relevan dengan tantangan sosial dan global yang dihadapi peserta didik di era modern.

Tindakan yang Dilakukan untuk Menanamkan Kode Etik dalam Proses Pembelajaran

Untuk menanamkan kode etik secara konkret dalam proses pembelajaran, saya akan menerapkan beberapa tindakan yang terintegrasi:

  • Menjadi Teladan Konsisten (Ing Ngarsa Sung Tuladha): Ini adalah pondasi utama. Dalam setiap interaksi di kelas, saya akan memastikan perkataan dan perbuatan saya selaras. Misalnya, saat mengajarkan materi kejujuran, saya akan memastikan diri saya transparan dalam penilaian dan janji, serta terbuka mengakui kesalahan jika ada. Ini menciptakan model perilaku yang jelas bagi siswa.
  • Membangun Komunikasi Empati dan Adil: Saya akan secara aktif mendengarkan pandangan dan kekhawatiran siswa, terutama saat ada perbedaan pendapat atau konflik. Saya akan memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam belajar dan berpartisipasi, serta menerima perlakuan yang adil tanpa pilih kasih, sesuai prinsip keadilan dalam kode etik.
  • Mendorong Tanggung Jawab dan Integritas Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Proyek: Dalam setiap proyek pembelajaran (seperti proyek membuat video tutorial atau diorama), saya akan menekankan pentingnya kejujuran dalam data, tanggung jawab individu dalam kelompok, dan etika kolaborasi. Rubrik penilaian akan mencakup aspek integritas dan kerja sama. Ini menanamkan bahwa etika adalah bagian tak terpisahkan dari kualitas pekerjaan mereka.
  • Menjaga Kerahasiaan dan Privasi Siswa: Saya akan sangat berhati-hati dalam menangani informasi pribadi siswa, baik di kelas maupun di platform digital. Saya akan memastikan tidak ada informasi pribadi siswa yang disebarluaskan tanpa izin, serta memberikan edukasi tentang privasi digital kepada mereka, sesuai prinsip kerahasiaan dalam kode etik.

REFLEKSI

Proses mempelajari dan merancang implementasi kode etik guru ini telah secara signifikan mengubah perspektif saya tentang profesi guru. Saya kini lebih memahami bahwa guru adalah arsitek moral dan pembentuk karakter bangsa, bukan hanya penyalur ilmu. Kode etik memberikan kerangka yang kuat untuk menjalankan peran tersebut dengan integritas dan tanggung jawab. 

Saya merasa lebih termotivasi untuk tidak hanya fokus pada pencapaian akademik siswa, tetapi juga pada perkembangan budi pekerti dan etika mereka. Ini juga menguatkan keyakinan saya pada filosofi Ki Hadjar Dewantara, bahwa pendidikan sejati harus memerdekakan dan mengembangkan kodrat anak secara utuh, dengan guru sebagai penuntun utama. Modul ini telah menjadi pengingat yang kuat akan mulianya profesi guru dan pentingnya setiap tindakan kecil dalam membentuk generasi masa depan.

Aksi Nyata

Sebagai aksi nyata untuk mengimplementasikan dan mempromosikan kode etik guru di lingkungan kerja saya, saya akan berfokus pada pendekatan yang saya rancang sebelumnya, terutama untuk promosi umum:

Penerapan Konsep "Duta Etika Guru"

Saya akan mengusulkan kepada kepala sekolah atau tim kurikulum untuk membentuk "Duta Etika Guru" di setiap jenjang. Mereka adalah guru-guru teladan yang bisa menjadi peer support dan agen promosi kode etik di lingkungan guru, membantu rekan lain memahami dan mengaplikasikan kode etik dalam keseharian.

Kampanye "Etika dalam Aksi":

Saya akan membuat video pendek animasi atau infografis dengan pesan-pesan utama kode etik guru seperti "Jujur dalam Perkataan, Setia dalam Perbuatan" (Integritas) atau "Semua Anak Istimewa, Semua Punya Hak yang Sama" (Keadilan). Video ini akan diputar saat rapat guru bulanan atau di layar monitor sekolah (jika tersedia).

Saya juga akan menyisipkan jingle singkat tentang etika guru di awal atau akhir pengumuman sekolah melalui pengeras suara, sebagai pengingat yang catchy dan non-formal.

Melalui aksi nyata ini, saya tidak hanya mempromosikan kode etik secara teoritis, tetapi juga mengintegrasikannya dalam praktik pembelajaran dan lingkungan kerja, sehingga nilai-nilai etika dapat dihayati dan diwujudkan secara konkret oleh seluruh komunitas sekolah.

DOKUMENTASI KEGIATAN

Sertakan sejumlah foto dokumentasi kegiatan.

UMPAN BALIK DARI REKAN SEJAWAT

Sertakan umpan balik dari rekan sejawat.

Contoh Jurnal Modul 3 PPG 2025 Kode Etik Guru

JURNAL PEMBELAJARAN

KODE ETIK PROFESI GURU

1. PENDAHULUAN

Profesi apapun, yang mengharuskan seseorang untuk mengambil tanggungjawab terhadap aspek kehidupan orang lain atas dasar pengetahuan dan keahlian khusus, maka masalah etika akan selalu muncul sehingga diperlukan suatu bentuk panduan untuk bertindak, terutama ketika harus mengambil tanggung jawab atas individu yang masih berusia di bawah 20 tahun. Termasuk di dalamnya adalah profesi guru, diperlukan Prinsip Etis Pengajaran untuk kalangan pendidik/guru, terlepas dari apakah guru tersebut mengajar di lembaga pendidikan formal atau tidak, guru mau tidak mau dan selayaknya harus menyampaikan gagasan dan prinsip moral.

Guru didefinisikan sebagai setiap orang yang mempunyai hubungan ikatan dengan negara atau pemilik sekolah di sektor swasta dan/atau klien yang menjadi objek utama untuk memberikan instruksi pengajaran. Dengan definisi ini maka orang tua dan pihak lain yang mungkin juga terlibat dalam layanan pendidikan negeri dan swasta, termasuk tenaga kesehatan yang mungkin terlibat, tidak dapat dikategorikan sebagai guru.

Pendidikan tidak hanya berkaitan dengan membekali anak dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mencari nafkah, tapi juga membantu mereka untuk: menggunakan waktu luang secara kreatif; memiliki rasa hormat terhadap orang lain orang, budaya lain, dan kepercayaan lain; menjadi warga negara yang baik; memikirkan menyelesaikan masalah mereka sendiri; menerapkan gaya hidup sehat; dan, yang tidak kalah pentingnya, menghargai diri dan pencapaian mereka sendiri (Tomlinson dan Little, 2000).

2. TUJUAN SEKOLAH

Tujuan sekolah menekankan perlunya memenuhi sisi kognitif, afektif dan psikomotorik dalam mendidik anak-anak. Artinya, pengetahuan, pemahaman dan keterampilan pada satu sisi; dan sikap pribadi, sikap sosial, perkembangan emosional dan keyakinan serta perilaku di sisi lain. Kesemuanya dirancang secara implisit dalam kurikulum yang terdokumentasi dengan baik dan mencakup tiga unsur: pengembangan intelektualitas, pengembangan kekuatan tubuh dan kesadaran diri, serta pembinaan akhlak yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal terakhir inilah yang membawa perdebatan lebih lanjut mengenai nilai yang harus diajarkan.

3. KODE ETIK PRINSIP UNTUK PROFESI MENGAJAR

1. Integritas intelektual (intellectual integrity)

Menghormati hakikat ilmu; dan batang tubuh pengetahuan; hal ini mencakup metodologi 'subjek yaitu bagaimana pengetahuan diperoleh, proses penyelidikan, pembuktian, pengujian kebenaran, yang berbeda untuk setiap bidang pengetahuan, dan catatan 'subjck' yaitu catatan kumulatif praktik metodologi yang telah dilakukan.

2. Integritas kejuruan (vocational integrity)

Menghormati pengetahuan, keterampilan dan pengalaman profesional; hal ini mencakup tuntutan untuk tetap mengikuti perkembangan pengetahuan terkini, untuk memperluas wawasan dan repertoar keterampilan serta memadupadankan agar menjadi efektif secara pedagogis sejalan dengan keberagaman peserta didik dalam hal konteks dan latar belakang.

3. Keberanian Moral (moral courage)

Menunjukkan kemandirian pikiran dan tindakan; hal ini mencakup kesediaan untuk mengajarkan materi pelajaran atau menggunakan metode yang tidak populer atau secara resmi tidak disukai, jika secara integritas intelektual dan/atau integritas kejuruan sangat dibutuhkan.

Etika terhadap peserta didik, guru harus:

4. Mendahulukan kepentingan orang lain (altruism) 

Membedakan dan menghormati kepentingan orang yang diajar, hal ini berarti menempatkan kepentingan-kepentingan tersebut di atas kepentingan mereka sendiri, menumbuhkan harga diri yang sesuai pada orang-orang tersebut, dan mengenali bahwa pendidikan adalah proses interaktif, bergantung pada kontribusinya peserta didik dan juga guru.

5. Tidak berpihak (Impartiality) 

Mengakui saling ketergantungan sosial; hal ini berarti menghindari dan mencegah eksploitasi terhadap satu individu atau kelompok.

6. Memiliki Wawasan Kemanusiaan (Human Insight)

Menghormati keluarga dan keadaan sosial orang yang diajar; hal ini melibatkan kepekaan terhadap keberagaman, terhadap keberagaman pengaruh dan menghindari stereotip; serta berusaha untuk memastikan kesetaraan kesempatan pendidikan

7. Memikul Tanggung Jawab Pengaruh (the Responsibility of Influence)

Melaksanakan dan menerima tanggung jawab atas pengaruh yang mungkin bersifat jangka panjang. Hal ini berarti menyadari bahwa pengalaman di kelas akan membekas dalam ingatan anak-anak, sehingga guru perlu berhati-hati untuk meninggalkan jejak positif dalam kehidupan anak yang diajar.

Etika terhadap profesi, guru harus memiliki:

8. Kerendahan Hati (Humility)

Menyadari kekurangan diri sendiri; termasuk bersedia mengakui bahwa seseorang mungkin salah dalam kaitannya dengan pengetahuan dan perilaku.

9. Kolegialitas (Collegiality)

Menghormati dan bekerja sama dengan rekan kerja profesional; hal ini mencakup mendengarkan dan belajar dari orang lain, serta menyadari bahwa setiap disiplin ilmu memiliki kesamaan dan perbedaan menerima tugas untuk bekerja sama demi kepentingan mereka yang diajar.

10. Kemitraan (Partnership)

Mengakui dan menerima kontribusi mereka yang diajar dan rekan dalam mengajar; hal ini mencakup mempertimbangkan dan memanfaatkan sejauh mungkin, bakat dan keahlian mereka yang diajar, serta situasi sosial dan keluarga mereka.

11. Tanggung jawab dan aspirasi profesi (Professional Responsibilities and Aspirations)

Bersedia mengedepankan nilai-nilai profesional, keahlian dan minat, dengan cara memberikan tanggapan secara terbuka mengenai kebijakan pendidikan; hal ini berarti berbicara dan menulis secara terbuka tentang dampak kebijakan publik untuk praktik pendidikan.

4. TANTANGAN DALAM PENEGAKAN KODE ETIK GURU

Prinsip-prinsip dalam kode etik adalah nilai-nilai dalam wujud tindakan. Jika seperangkat prinsip tersebut ingin tepat dan berguna, maka hal tersebut harus mampu menjawab dan membantu penyelesaian dilema etika yang timbul selama ini dalam praktik profesional. Dalam praktik di lapangan, adakalanya terjadi pertentangan prinsip.

Hakikat dari profesionalisme yang terletak pada kemampuan guru untuk memahami hubungan dinamis antara prinsip dan kemauan untuk menerima tanggung jawab serta memilih panduan yang paling relevan pada situasi tertentu. Para pendidik yang berusaha melatih guru untuk memperjelas nilai-nilai dan mendorong kepatuhan terhadap prinsip-prinsip di dalamnya baik melalui peraturan maupun melalui keteladanan.

AKSI NYATA - KODE ETIK GURU

1. MEDIA

Media yang saya gunakan untuk mempromosikan kode etik guru adalah dengan menggunakan infografis tentang kode etik guru dan menyampaikannya kepada rekan sejawat dalam kegiatan kombel di sekolah.

2. DOKUMENTASI

Penyampaian/promosi kode etik guru kepada rekan sejawat dalam kegiatan kombel.

Sertakan sejumlah foto dokumentasi kegiatan.

3. REFLEKSI

Pembelajaran yang Didapatkan Selama Proses Promosi Kode Etik Guru

  • Saya belajar bahwa komunikasi visual yang sederhana dan menarik sangat penting agar pesan kode etik mudah dipahami dan diterima oleh rekan-rekan guru.
  • Saya juga menyadari bahwa melibatkan guru secara aktif dalam diskusi dan refleksi bersama membuat mereka merasa memiliki dan lebih terbuka terhadap penerapan kode etik.
  • Selain itu, pentingnya menyampaikan kode etik secara kontekstual, disesuaikan dengan tantangan dan dinamika masing-masing satuan pendidikan.

Tantangan dalam Mempromosikan Kode Etik Guru & Cara Mengatasinya

  • Kurangnya waktu dan perhatian guru, karena fokus pada beban administrasi dan pembelajaran.

Solusi: Menyisipkan promosi kode etik dalam kegiatan rutin seperti rapat guru atau pengembangan diri.

  • Adanya anggapan bahwa kode etik hanya formalitas.

Solusi: Memberikan contoh konkret dampak pelanggaran kode etik dan bagaimana kepatuhan dapat meningkatkan iklim positif di sekolah.

Langkah Selanjutnya untuk Meningkatkan Kesadaran & Kepatuhan

  • Melakukan refleksi berkala, misalnya triwulanan, tentang pelaksanaan kode etik melalui forum guru atau asesmen diri.
  • Mengembangkan poster, banner, atau media digital yang terus diperbarui agar tetap relevan dan mudah diakses.

4. UMPAN BALIK 

Sertakan umpan balik dari rekan sejawat.

*) Disclaimer: contoh jurnal pembelajaran Modul 3 PPG 2025 Kode Etik Guru dalam artikel ini hanya sebagai referensi bagi guru yang mengikuti PPG 2025 untuk mengerjakan di Ruang GTK.

Contoh jurnal pembelajaran ada yang merupakan hasil olah AI sehingga bapak/ibu guru perlu melakukan modifikasi.

(TribunTrends.com/Tribunnews.com/Sri Juliati/Disempurnakan dengan bantuan AI)

 

 

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
kunci jawabanModul 3PPG
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved