Breaking News:

Kisah Soeharto saat Kunjungan ke Jerman, Dihadang Demo Anarkis, Begini Kesaksian Mantan Pengawal

Soeharto diganggu demo anarkis ketika kunjungan ke Jerman, sikap tak terduga sang presiden.

Kolase Sripoku.com
Cerita Soeharto diganggu demo anarkis ketika kunjungan ke Jerman 

TRIBUNTRENDS.COM - Soeharto merupakan Presiden RI dengan masa jabatan terlama yakni 32 tahun.

Selama 32 tahun menjabat, Soeharto sudah sering melakukan kunjungan ke berbagai negara.

Salah satunya adalah Jerman.

Ada cerita menegangkan ketika Soeharto melakukan kunjungan ke Jerman.

Saat berkunjung ke Jerman, Soeharto harus berhadapan dengan demo anarkis.

Di momen menegangkan tersebut, Soeharto justru menunjukkan sikap yang tak terduga.

Baca juga: Cerita Soeharto Merasa Khawatir saat Dielu-elukan Bocah SD, Ucapannya Terbukti Setelah Lengser

Kisah perjalanan karier Soeharto dari militer menuju tampuk kekuasaan, pernah jadi tentara Belanda hingga dilatik pasukan Jepang.
Soeharto (Kompas.com/JB Suratno)

Hubungan antara Indonesia dan Jerman sejak beberapa tahun lalu tentu saja sudah terjalin baik.

Meski demikianm tetapi tidak bisa menghindarkan juga kondisi yang tidak mulus seperti yang diharapkan.

Kunjungan Soeharto pada 1995 silam sempat menjadi perbincangan karena ternyata tidak berjalan mulus.

Sjafrie Sjamsoeddin, mantan pengawal Soeharto mengungkap hal itu di buku "Pak Harto The Untold Stories".

Sjafrie mengatakan, kunjungan itu terjadi pada tahun 1995 silam.

Tepatnya, pada tanggal 1 April 1995.

Saat itu, Soeharto berniat menghadiri Hannover Fair.

Hannover Fair adalah sebuah pameran dagang akbar yang diikuti sekitar 60 negara di dunia.

"Ternyata ada yang tidak menyukai tampilnya Pak Harto di panggung para pemimpin dunia di saat itu,"kata Sjafrie.

Alasannya, saat itu sejumlah orang menggelar demonstrasi di Jerman.

Mereka mengangkat beberapa isu yang sedang hangat di Indonesia.

Sjafrie melanjutkan, dia sebenarnya sudah melihat adanya gejala gangguan pada kunjungan Soeharto sejak mereka di Hannover.

Menurutnya, hal itu sebagai dampak dari adanya beberapa orang Timor Timur yang melompati pagar Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.

"Rupanya mereka lantas berkeliling ke sejumlah negara di Eropa,"ujar Sjafrie.

Meski demikian, mereka tidak mendapatkan peluang.

Karena pengamanan di Jerman terbilang ketat.

Namun, keesokan harinya Sjafrie melaporkan ke Soeharto terkait indikasi adanya sejumlah LSM internasional yang akan menggelar demonstasi.

"Saya melihat Pak Harto menyimak, tetapi tidak begitu menaruh perhatian secara fisik. Itu menunjukkan bahwa beliau tahu, tetapi tidak mau pikirannya terganggu,"lanjut Sjafrie.

Yang dikhawatirkan atau yang ditakutkan pun akhirnya terjadi.

Saat itu, Soeharto beserta rombongannya harus berjalan sejauh 75 meter menuju tangga gedung Museum Wright.

Ketika itu, rombongan tersebut melihat adanya sejumlah orang yang berkerumun.

Mereka seakan tahu ada seorang kepala negara yang akan datang.

Awalnya, Sjafrie menganggap hal itu lazim.

Namun, saat baru sepertiga jarak dilalui, mendadak orang-orang tersebut membuka baju mereka.

Sehingga, terlihat kaus-kaus mereka, dan bertuliskan "Fretilin".

"Ternyata mereka adalah demonstran yang menyamar sebagai kerumunan,"ungkap Sjafrie.

Mereka selanjutnya bertindak mulai anarkis.

Tak hanya mengacungkan poster, mereka juga mulai ada yang melempar telur, kertas, hingga mengibarkan bendera Fretilin.

"Pak, ini ada yang mengganggu,"kata Sjafrie.

Namun, Soeharto meresponnya tenang.

"Jalan saja terus,"kata Sjafrie sambil menirukan ucapan Soeharto.

Saat didemo para demonstran, Soeharto rupanya hanya dikawal oleh tiga pengawal resmi.

Baca juga: Lika-liku Percintaan Anak dan Cucu Soeharto, Titiek-Prabowo Didoakan Rujuk, Ari Sigit 4 Kali Nikah

Sjafrie sendiri mengaku sudah bersiap mengambil tindakan taktis.

"Kalau tangan saya sampai mereka sentuh, senjata saya harus digunakan,"kata Sjafrie.

Oleh karena itu, tangan kiri Sjafrie pun berusaha memberi batas.

Sedangkan, tangan kanannya sudah berada di sarung pistol.

Beruntung, saat itu dia mendapatkan bantuan dari para wartawan Indonesia yang meliput agenda Soeharto.

"Mereka ikut jadi bumper dan pembuka jalan sehingga lemparan benda-benda itu tidak sampai menjangkau Presiden, dan Ibu Negara yang hanya kami lindungi dengan payung beserta rombongannya," tandas Sjafrie. (TribunJatim.com./Januar)

Tribuntrends/TribunJatim.com 

Tags:
SoehartoJerman
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved