Breaking News:

Keluarga Cendana

Malam Jelang Soeharto Lengser, 14 Menteri Mundur, Kesaksian Sang Adik: Pukulan Hebat Bagi Presiden

Adik Soeharto ungkap kesaksiannya malam jelang sang kakak lengser, 14 menteri kompak mundur.

|
Kolase Wikimedia Commons
Adik Soeharto ungkap kesaksiannya malam jelang sang kakak lengser, 14 menteri kompak mundur. 

TRIBUNTRENDS.COM - Sudah 26 tahun Presiden Soeharto lengser dari jabatannya, sekaligus menandai lahirnya era Reformasi.

Adik Soeharto, Probosutedjo sempat mengungkapkan kesaksiannya malam jelang lengsernya Soeharto.

Kala itu, Soeharto sedang berada di kediamannya, Jalan Cendana, Jakarta.

Soeharto kecewa saat menerima surat pengunduran diri dari 14 menterinya pada 20 Mei 1998 malam.

Mereka menolak masuk Kabinet Reformasi yang menjadi upaya Soeharto untuk menyelamatkan rezim Orde Baru yang berada di ujung tanduk.

Baca juga: Jejak Karier Soeharto Sebelum Terjun ke Militer, Ternyata Pernah Jadi Pegawai Bank Setelah Lulus SMA

Presiden Soeharto mengawali karir sebagai militer
Presiden Soeharto (Kompas/Dudy Sudibyo)

Pengunduran diri para menterinya itu menyadarkan Soeharto bahwa tidak ada pilihan lain selain meletakkan jabatan.

Dilansir Kompas.com, suasana hati Soeharto pada malam menjelang pengunduran diri diungkapkan oleh Probosutedjo, adik Soeharto, dalam Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto.

Malam sebelum Soeharto lengser, Probosutedjo kembali ke rumah kakaknya itu sekitar pukul 18.30 WIB. Malam itu suasana di Cendana sangat sepi.

Namun, Probosutedjo memberanikan diri masuk dan melihat Soeharto bersama sang putri, Siti Hardijanti Rukmana, atau biasa dipanggil Mbak Tutut, duduk di ruang tamu.

Dia langsung duduk bergabung dan coba memberikan semangat untuk kakaknya.

Namun, Tutut memintanya untuk tidak lagi berupaya meluruskan keadaan.

Tutut pula, kata dia, yang menyodorkan surat pengunduran diri 14 menteri ke hadapannya.

Adapun 14 menteri yang mundur yakni Akbar Tandjung, AM Hendropriyono, Ginandjar Kartasasmita, Giri Suseno Hadinardjono, Haryanto Dhanutirto, dan Justika Baharsjah.

Kemudian, Kuntoro Mangkusubroto, Rachmadi Bambang Sumadhijo, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaja, Sanyoto Sastrowardoyo, Sumahadi, Theo L Sambuaga, dan Tanri Abeng.

Saat itu, ungkap Probosutedjo, Tutut mengatakan ayahnya sudah bulat untuk mundur.

"Ia sangat kecewa, itu jelas. Ditinggalkan para menterinya adalah pukulan hebat bagi presiden mana pun," kata Probosutedjo.

Kekecewaan Soeharto bertambah ketika mendengar kabar bahwa Wakil Presiden BJ Habibie menyatakan bersedia menggantikannya sebagai presiden.

Soeharto mengeluhkan sikap Habibie.

Ia tak habis pikir Habibie berubah dalam tempo singkat, padahal sebelumnya menyatakan tak sanggup menjadi presiden.

"Ini membuat kakak saya sangat kecewa. Hari itu juga dia memutuskan untuk tidak mau menegur atau bicara dengan Habibie," ungkapnya.

Malam itu, Habibie menelepon Soeharto. Namun, pemimpin Orde Baru itu enggan bicara.

Cerita Habibie menelepon Soeharto pada 20 Mei 1998 malam juga dikonfirmasi oleh mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, yang pada waktu itu ada di kediaman BJ Habibie.

Bagi Probosutedjo, suasana ruang tamu Cendana malam itu tak akan pernah ia lupakan.

Baca juga: Inilah Potret Cucu-cucu Soeharto yang Terjun ke Dunia Bisnis, Hiburan, hingga Desainer Kondang

Dengan wajah redup namun tenang, ungkapnya, Soeharto mengatakan dengan lirih, "Saya akan mengundurkan diri, baik."

Probosutedjo sempat menanyakan siapa yang akan menjadi presiden setelah Soeharto lengser, dengan singkat Soeharto menyebut nama Habibie.

Pemimpin 32 tahun Orde Baru itu mengatakan, "Sudahlah saya ikhlas."

Keesokan harinya, pada 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB, di Istana Merdeka, Jakarta, Soeharto mengumumkan berhenti dan Wakil Presiden BJ Habibie diangkat menjadi presiden.

Cerita Lucu Mandra Saat Menghibur Tien Soeharto Bersama Teman-temannya, Tegang Didatangi Tentara

Cerita lucu bahkan masih sangat terngiang-ngiang ditelinga hingga saat ini, saat Mandra dan teman-temannya diminta menghibur Tien Soeharto.

Cerita tersebut terjadi pada masa Orde Baru, sekitar tahun 1990-an.

Saat itu Mandra diminta melawak bersama pemain sinetron Si Doel Anak Sekolahan, di antaranya Benyamin Sueb, Rano Karno, dan Suti Karno.

Mandra ungkap cerita masa lalunya pernah diminta menghibur Tien Soeharto, tiap hari was-was lantaran kerap didatangi tentara.

Mandra berkisah ketika itu ia diminta melawak di depan Tien Soeharto bersama pemain Si Doel Anak Sekolahan yakni Benyamin Sueb, Rano Karno, dan Suti Karno.

Mandra dan teman-teman diminta tampil di acara yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

“Pada saat gua sama Babe Benyamin diundang Ibu Tien, bersejarah juga ini.

Presidennya Pak Harto, acaranya ini kumpulan ibu pejabat, diminta tampil di Taman Mini Indonesia Indah di gedung Sasono Langen Budoyo, kan dulu enggak semua orang bisa masuk situ dulu,” ucap Mandra, dikutip dari kanal YouTube Baba Mandra, Jumat (15/9/2023).

Aktor senior Mandra dan sang istri
Aktor senior Mandra dan sang istri (Instagram @till_ys)

Namun, setelah mendapat dan menerima permintaan tersebut, Mandra bukannya senang malah menjadi was-was.

Mandra mengakui dirinya menjadi ketar-ketir karena ternyata untuk menghibur Presiden Soeharto dan Ibu Tien saat itu, banyak sekali protokoler dan pantangan yang harus dipahami.

Bahkan, kata Mandra, dirinya jadi rutin didatangi tentara tiap dua hari sekali setelah menerima undangan tampil tersebut.

Setiap tentara yang datang menemui Mandra selalu memberi tahu tentang larangan, aturan, dan semacamnya untuk dipatuhi oleh Mandra.

“Dari setelah dapet undangan tampil itu, gue jadi tahu, ‘pantes semua pelawak kalau main di depan Ibu Tien, depan Pak Harto enggak ada yang lucu, coba perhatiin dah’, lah gimana enggak mau tegang, dua bulan sebelum acara kita sudah di-booking istilahnya, dari mulai di-booking sampai dua bulan ke depan sampai jelang acara itu kita enggak pernah lepas, setiap dua hari didatengin, didatengin tentara dikasih tahu, diarahin ‘nanti ngomongnya begini, nanti caranya begini,’ lah itu pelawak cepirit bisa, gimana mau melawak hayo,” tutur Mandra.

Semakin dekat jelang hari acara digelar, Mandra mengatakan, intensitasnya bertemu tentara semakin sering, bahkan sampai sesaat sebelum melucu di depan Ibu Tien.

Baca juga: TEGANG Cerita Mandra Pernah Diminta Hibur Tien Soeharto, Tiap 2 Hari Tentara Datang: Gimana Mau Lucu

Sadar gaya melawaknya yang ceplas-ceplos, Mandra semakin berpikir bagaimana bisa tampil dengan lucu tetapi tetap mengikuti semua aturan dan arahan yang sudah disampaikan sebelumnya.

Saat itu, Mandra dan Benyamin Sueb yang kedapatan bagian melawak kebingungan mencari cara.

Sementara, Rano Karno dan Suti Karno kebagian peran yang berbicara serius.

“Dari pertama dikasih tahu ‘enggak boleh ngomong begini, enggak boleh ngomong begitu’, makin lama, makin dekat acara makin rajin yang datengin, ntar dari sini, dari sini, protokolernya segala macem."

"Sampai pas datang di lokasi, ada sound tapi enggak boleh gede suaranya, kecil aja, biar enggak bikin ibu Tien kaget, pas sudah mau mulai masih aja dipaparin terus, kalau Rano Karno kali ya dia ngomong serius pantes, lah gue sama dia berdua-dua bingung, kita enggak melawak tapi emang tugas kita, mau melawak tapi juga bingung,” ucap Mandra mengenang.

Soeharto dan Tien Soeharto
Soeharto dan Tien Soeharto (Kolase Tribunnewsmaker)

Beruntung, Mandra saat itu berhasil melucu bersama Benyamin dan bisa membuat Ibu Tien terhibur.

Keberhasilan ini, kata Mandra, tak lepas dari ajakan Benyamin Sueb untuk berani mendobrak sedikit protokoler yang dirasa membebani tugasnya untuk melawak.

“Itu pas mau tampil, Babe Benyamin ngomong, ‘kita lawan aja yok (protokoler)’, ya gua mah ayok, tapi beneran, asal bareng ya, daripada gue diborgol dia kagak,” ucap Mandra.

“Akhirnya ujung-ujungnya, mulai dah ngomong, nah itu di tiap ujung itu paspampres itu kumisnya tebel-tebel, melotot semua, lah saya berdua sama Babe Benyamin udah takut, itu baru ngerasain ngelawak sama Babe Benyamin ngelawak nunduk,” imbuh Mandra.

Setelah berpikir panjang, Mandra akhirnya memberanikan diri mengikuti ajakan Benyamin Sueb.

Mandra dan Benyamin Sueb menyanyikan salah satu lagu khas Jakarta, yakni “Ondel-ondel”. Tanpa disangka dan diduga-duga, ternyata Ibu Tien ikut berdiri untuk turut bernyanyi meski hanya sebentar.

Mandra dan Benyamin Sueb akhirnya sedikit bernapas lega, meskipun sejumlah paspampres yang ada tiap sudut ruangan saat itu semakin tak henti memelototi dirinya dan Benyamin Sueb.

“Akhirnya kita nyanyi, lagunya ‘Ondel-ondel’ lagi, pas bagian ‘nyok kite nonton ondel-ondel’, gua diminta Benyamin sodorin mic-nya ke Ibu Tien, lah gua takut, akhirnya Benyamin yang deketin, itu akhirnya ternyata Ibu Tien mau bangun ikut nyanyi sebentar. Lah itu orang semua udah pada terhibur lihat Ibu Tien bangun, tapi semua paspamres itu yang diujung-ujung makin melotot, setelah itu kita udah kepikiran ini gimana nasibnya,” ucap Mandra.

Tribuntrends/Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Tags:
Soeharto
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved