Berita Viral
Nasib Bocah Lumpuh yang Tinggal di Gubuk Reyot, Dapat Bantuan dari Mensos Risma, Rumah Dibangun
Menteri Sosial Tri Risma Harini prihatin dengan kondisi seorang bocah yang tinggal di rumah yang sudah tidak layak dihuni di Pamekasan.
Editor: jonisetiawan
TRIBUNTRENDS.COM - Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Risma Harini prihatin dengan kondisi seorang bocah yang tinggal di rumah yang sudah tidak layak dihuni di Desa Murtajih, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
Bocah itu bernama Nadila (7) yang merupakan anak angkat dari pasangan suami istri Mohammad Ikhwan dan Ummi Kalsum.
Keluarga itu diketahui telah mengajukan bantuan perbaik rumah namun belum mendapatkan respon.
Syukurnya kabar terbaru, Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Risma Harini bergerak cepat beri bantuan.
Baca juga: Kisah Mbah Semi, Lansia Sebatang Kara Tak Dapat Bansos, Mensos Risma Nangis di DPR: Ya Allah
Tri Risma merobohkan rumah yang ditempati oleh keluarga Nadila pada (12/5/2024).
Ia memantau langsung di lokasi, memerintahkan sejumlah anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), untuk mengosongkan rumah milik keluarga Ummi Kalsum.
Setelah isi rumah dikosongkan, rumah langsung dirobohkan.
Ummi Kalsum pun tampak menetaskan air mata.
Ia terharu dan tidak mengira bahwa rumahnya dirobohkan untuk dibangun kembali.
Dan yang akan membangun, langsung dari Kementerian Sosial.
"Terima kasih kepada media yang sudah menyuarakan keresahan saya. Akhirnya rumah saya dibangun," ucap Ummi, dikutip dari Kompas.com.

Tak hanya rumah yang dibangun, pengobatan anaknya juga akan ditanggung oleh pemerintah.
"Anak saya yang lumpuh, yang epilepsi, juga akan diobati dengan biaya dari pemerintah," imbuh dia.
Baca juga: Susah Bayar Kontrakan, Pasutri Tidur di Gerobak Pemulung, Kini Dapat Rumah Besar dari Mensos Risma
Sementara itu, Risma tak banyak berkomentar kepada media.
Rumah milik Ummi Kalsum akan dibangun sampai selesai. Anggota Tagana dan Kemensos akan mengawal dari awal sampai selesai.
"Kita bangun sampai tuntas. Relawan Tagana akan terlibat di dalamnya," kata Risma, sambil tergesa-gesa meninggalkan lokasi.
Sebelumnya diberitakan, Ummi Kalsum dan suaminya, merawat anak angkatnya Nadila di dalam gubuk reyot yang nyaris roboh.
Atapnya sudah bolong karena sebagian gentingnya berjatuhan. Kayu-kayunya banyak yang lapuk.
Saat panas, cahaya masuk menembus celah-celah lubang yang bolong.
Bahkan saat hujan, air membanjiri kamarnya. Di saat hujan disertai angin kencang, rumah tersebut bergoyang-goyang hendak roboh.
Pasutri Tidur di Gerobak Pemulung, Kini Dapat Rumah dari Mensos
Sepasang suami istri lansia penjual buah di Kramat Jati, Jakarta Timur punya kehidupan yang memperihatinkan.
Di masa tua, pasangan suami istri Pak Puji dan Ibu Jun masih harus bekerja keras.
Sehari-hari pasangan suami istri ini berjualan buah.
Baca juga: Kepergok Jual Duku Pakai Gerobak, Ruri Repvblik Ungkap Faktanya, Dulu Sempat Jualan Es Kelapa

Ketika malam tiba, keduanya tidur hanyadi dalam gerobak bercampur dengan barang dagangan.
Diketahui, kisah Pak Puji dan Ibu Jun viral setelah diunggah oleh akun TikTok @donnyrapu, Minggu (21/4/2024).
Dalam unggahan video tersebut, Pak Puji dan Ibu Jun terlihat masih berjualan salak hingga malam hari.
Mereka mengaku tinggal di gerobak yang dipakainya untuk berjualan buah.
Gerobak tersebut dibeli dengan harga Rp 200.000.
"Ini kita emang pake gerobak pemulung, tapi kita sehari-hari jualan di Induk, Kramat Jati, berdua aja jalan kaki," ujar Pak Puji, dikutip dari TikTok @donnyrapu.
Dalam gerobak itu tampak baju dan tempat tidur untuk keduanya.
"Iya (tidur) di gerobak, pinggir jalan. Gak punya kontrakan," ujar Pak Puji.
Pria lanjut usia itu juga mengaku memiliki seorang anak yang sudah berumah tangga, namun ia tidak tega untuk menyusahkannnya.
"Udah gede, udah rumah tangga, kan gak enak," ujarnya lagi.
Ia juga mengaku berencana ingin mengontrak rumah namun terkendala dengan biaya.
Sambil membungkus salak pondoh yang diborong oleh pengunggah, Pak Puji mengaku dirinya menolak keras untuk mengemis.
"Gak mau (ngemis) diajarin mbak saya lebih baik tangan di atas daripada di bawah," katanya.
Baca juga: Kakek Penjual Es Kemong Meninggal di Sepeda, Kepala Tertunduk di Gerobak, Sempat Curhat Ingin Pulkam
Sementara itu, Ibu Jun mengaku dirinya tidak cape setiap hari keliling bersama suaminya untuk berjualan.
Keduanya pun semangat membagikan salak pondoh yang diborong itu kepada warga sekitar.
Di unggahan terbarunya Selasa (23/4/2024), Donny Ramadhan pun kembali menemui pasutri tersebut.
Kali ini, Pak Puji dan Ibu Jun berjualan jambu merah dan pepaya.
Pak Puji mengaku kini telah mendapatkan rumah bantuan dari Menteri Sosial.
"Kami udah dapet rumah tapi di daerah Cipayung dari Menteri Sosial, satu rumah gede, kemarin ada yang survei 4 orang," ujarnya.
Pak Puji pun mengaku akan segera pindah malam ini dan dijemput oleh pihak yang memberikan bantuan.
Sementara itu, salah satu penjual minuman sekitar yang mengenal pasutri itu memang menyebut keduanya tinggal di gerobak.
"Gak ada (rumah) emang tinggal di gerobak aja. Dia emang jualan sama tinggal di gerobak," ujarnya.
Donny Ramadhan pun menitipkan rezeki sebesar Rp 5 juta dari dr Richard.
Sebelumnya, nasib serupa juga dialami Sukadi (49).
Gerobak dorongnya menjadi tempat tinggalnya selama merantau di Yogyakarta
Saat ditemui oleh Tribun Jogja, Sukadi sedang beristirahat di pinggir jalan sisi selatan Stadion Kridosono.
Ia sedang mengistirahatkan kakinya dengan wajahnya yang tampak lelah.
Kali ini Ia tidak sendiri, Sukadi ditemani istrinya Romlah (46) beserta anaknya Pujib (23) dan cucunya, Rina (9).
Keluarga ini sedang beristirahat setelah seharian mencari rongsokan keliling kota. Sukadi mengatakan, hari itu sedang sepi karena pengepul rongsokannya sedang libur jelang Lebaran.
"Ya beberapa hari kedepan cuma begini saja, dipinggir jalan menunggu kalau ada yang memberi makan," ujar Sukadi kepada Tribun Jogja, Sabtu (2/7/2016).
Baca juga: Kelewat Kaya! Bos di Ponorogo Sulap Mobil Alphard Jadi Gerobak Nasi, Per Bungkus Dijual 15 Ribu
Setiap harinya, sejak pukul tujuh pagi, Sukadi mencari rongsokan dari Pasar Beringharjo menuju Umbulharjo, Stadion Mandala Krida, hingga kembali ke Beringharjo melalui Stadion Kridosono.
Selama di Yogyakarta, Sukadi tinggal di dalam gerobaknya yang diparkir di timur Pasar Beringharjo. Gerobak berukuran panjang 1,5 meter dan lebar tidak satu meter berisikan baju-baju untuk hidup sehari-hari.
Selama 20 tahun tinggal di gerobak, Ia berpindah-pindah tempat berteduh.
Sebelum menetap di emperan Pasar Beringharjo, Sukadi pernah tinggal di Terminal bis lama Umbulharjo dan bak sampah di daerah Bausasran, Danurejan, Yogyakarta.
Diakuinya, Ia tidak mempunyai apa-apa lagi selain gerobak sehingga Ia menarik sendiri gerobak dari kampung halamannya di Tegalrejo, Magelang.
"Banyak yang tidak percaya kalau saya narik sendiri gerobak dari Magelang, ya padahal cuma pakai gerobak saya bisa membawa cucu saya ke Yogyakarta," ujar Sukadi.
Ia mengaku merantau ke Yogyakarta untuk mengais rezeki. Istri dan keempat anaknya menjadi buruh tani di Magelang, namun saat Ramadan istri dan satu anaknya ikut membantu Sukadi mengais rongsokan untuk dijual kembali.
Sehari-hari Ia mendapat upah Rp 40 ribu.
Uang tersebut hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Karena statusnya sebagai manusia gerobak, tidak jarang dirinya menjadi incaran dari satpol PP. Sudah berkali-kali Sukadi harus kejar-kejaran dengan petugas hingga menjadi warga binaan di panti sosial.
Ia mengaku jengah dengan hal tersebut lantaran seusai ditampung, Ia tidak pernah mendapatkan solusi untuk bekerja dari petugas yang menampungnya.
"Ya sudah sering kalau sampai ditampung di panti cuma ya abis itu dilepas lagi dan tidak mendapat solusi apa-apa, karena itu saya kembali mengais rongsokan lagi," ungkapnya.
Ia mengaku tidak mempunyai keahlian apapun selain mengumpulkan rongsokan. Pekerjaan yang digelutinya selama bertahun-tahun tersebut adalah cara tercepat mendapatkan uang baginya.
Menjelang waktu Lebaran, Sukadi dan keluarga berencana akan mudik ke kampung halamannya, Magelang. Ya, mereka akan pulang dengan menarik gerobak.
"Nanti ya cucu saya yang didalam gerobak, nanti kita jalan kaki bersama sampai ke rumah," ucapnya.
Ia sudah terbiasa berjalan kaki dengan gerobak pulang pergi Magelang-Yogyakarta sehingga Ia tidak merasa terlalu berat.
Terlebih ada kehadiran cucunya yang bisa meringankan bebannya menarik gerobak.
***
Sumber: Kompas.com
Sakit Hati Ditinggal Suami, Wanita di Lubuklinggau Bakar Rumahnya yang Ternyata Sudah Dibeli Orang |
![]() |
---|
Viral Sosok Siswa Pamerkan Porsi Semangka 'Setipis Tisu' di MBG, Langsung Banjir Komentar |
![]() |
---|
Dari Antar Pesanan ke Maut: Kronologi Ojol Terlindas Rantis, Roda Besi Brimob Hentikan Napas Affan |
![]() |
---|
Roda Besi Brimob Renggut Nyawa Ojol, Teriakan Berubah Tangisan, Kapolri Tunduk Meminta Maaf |
![]() |
---|
Malam Mencekam di Jakarta, Ojol Terlindas Rantis Brimob saat Demo, Video Amatir Viral di Medsos |
![]() |
---|