Breaking News:

Lebaran 2024

Beda dari Pemerintah, Jamaah Aboge di Magetan Baru Lebaran Jumat Kemarin, 'Ini Sudah Jadi Tradisi'

Jamaah Aboge yang berada di Magetan baru menyelenggarakan sholat Idul Fitri pada Jumat, 12 April 2024 kemarin, selisih 2 hari dari pemerintah

YouTube KompasTV
Jamaah Aboge yang berada di Magetan baru menyelenggarakan sholat Idul Fitri pada Jumat, 12 April 2024 kemarin, selisih 2 hari dari pemerintah 

TRIBUNTRENDS.COM - Tak sama dengan penetapan pemerintah, jamaah Aboge di Magetan baru sholat Idul Fitri pada Jumat (12/4/2024) kemarin.

Diketahui, pemerintah menetapkan Lebaran pada tanggal 10 April 2024 lalu.

Menurut pihak Tarekat Syattariyah atau Aboge, hal itu sudah menjadi tradisi setiap tahunnya.

Baca juga: Sosok Mbah Benu, Pimpinan Jemaah Aolia Ngaku Telepon Allah, Kini Rayakan Lebaran Lebih Cepat

Jamaah Tarekat Syattariyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Aboge di Kabupaten Magetan, baru rayakan Lebaran pada Jumat (12/4/2024).

Hal ini dikarenakan Jamaah Tarekat Syattariyah mempunyai acuan tersendiri, dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal.

Puluhan jamaah menggelar salat id bersama, di Desa Tapen, Kecamatan Lembeyan, Magetan. Tepatnya, mereka berkumpul di Mushola Al Muslimin.

Baca juga: Kebahagiaan di Wajah Napi Rutan Pakjo Palembang, Dapat Remisi Bebas Idul Fitri, Sholat Id Jamaah

Sebagaimana diketahui, pemerintah sendiri telah menetapkan Idulfitri pada tanggal 10 April 2024. Sedangkan versi Jamaah Tarekat Syattariyah adalah 2 hari setelah tanggal 10 April kemarin.

Puluhan Jamaah Tarekat Syattariyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Aboge b
Puluhan Jamaah Tarekat Syattariyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Aboge baru melaksanakan Shalat Idul Fitri, Jumat (12/4/2024), Mushola Al Muslimin, Desa Tapen, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan.

Selesai Shalat ID, para jamaah kemudian bersilaturahmi dan menggelar kenduri selamatan bersama. Momen ini menjadi ajang mempererat tali persaudaraan dan berbagi kebahagiaan di hari raya.

Salah Satu Tokoh Jamaah Tarekat Syattariyah Jarkasi mengungkapkan, Puasa Ramadhan wajib dijalankan selama 30 hari penuh.

Dalam penanggalan mereka, hari ini jatuh pada tanggal 1 Syawal. Meski berbeda, namun perayaan lebaran tidak kalah semaraknya. 

“Sesuai dengan patokan kalender Tarekat Syattariyah yang disebut Jim Awal dan Jim Akhir,” ujar Jarkasi. 

Menurutnya, perayaan Idulfitri yang jatuh pada hari Jumat ini merupakan hal istimewa karena hanya terjadi setiap delapan tahun sekali. 

“Setiap satu windu atau delapan tahun sekali, Hari Raya Idul Fitri bagi kami jatuh pada hari Jumat Wage. Ini sudah menjadi tradisi dan patokan dalam ilmu kalender Syattariyah," ucap Jarkasi.

Baca juga: Viral Video Jamaah Salat Tarawih di Lorong Minimarket, Terkuak Kejadian Sebenarnya, Penuh dan Padat

Jarkasi mengajak seluruh masyarakat untuk saling menghormati perbedaan waktu pelaksanaan Idulfitri ini. 

Baginya, perbedaan ini merupakan wujud keragaman dan kebebasan dalam memeluk agama Islam. Sehingga, jangan dijadikan persoalan satu sama lain.

“Jadikan sebagai bentuk keragaman dan kebebasan dalam beragama. Kita semua bersaudara dan sama-sama merayakan Idulfitri dengan penuh khusyuk dan kegembiraan," pungkas Jarkasi

Heboh Pimpinan Jemaah Aolia Ngaku Telepon Allah Buat Tentukan Idul Fitri, Kini Jelaskan Maksudnya

Sempat heboh potongan video Mbah Benu, pimpinan jemaah Aolia, mengaku telepon Allah untuk menanyakan kapan Idul Fitri 2024, kini ia jelaskan maksud sebenarnya.

Jemaah Masjid Aolia di Gunung Kidul, Yogyakarta menjadi sorotan lantaran telah melaksanakan salat Idul Fitri pada Jumat (5/4/2024).

Masjid Aolia yang telah melaksanakan Salat Idul Fitri tersebut berada di Dusun Panggang III, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.

Tak hanya perbedaan perayaan Idulfitri, sebelumnya jemaah Aolia juga melaksanakan ibadah puasa lima hari lebih cepat pada 7 Maret 2024 dibandingkan hari penetapan dari pemerintah.

KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu, Pimpinan Jemaah Aolia menyampaikan permohonan maaf terkait pernyataannya yang menyebut soal menelepon Allah
KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu, Pimpinan Jemaah Aolia menyampaikan permohonan maaf terkait pernyataannya yang menyebut soal menelepon Allah (Ist)

Jemaah Aolia dipimpin oleh KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu.

Mbah Benu sendiri mengatakan ditetapkannya Lebaran jatuh pada hari Jumat 5 April itu berdasarkan keyakinan dari perjalanan spiritualnya.

Baca juga: Viral Jemaah Aolia Rayakan Idul Fitri 5 Hari Lebih Awal, Keyakinan Mbah Benu, Kemenag & MUI Tanggapi

"Penetapan ini berdasarkan keyakinan. Dan, jemaah Aolia bukan hanya ada di sini tapi tersebar di seluruh Indonesia," kata dia.

Mbah Benu kemudian membeberkan cara ia menentukan jatuhnya 1 Syawal 1445 Hijriah.

"Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah Taala, Ya Allah kemarin tanggal 4 malam 4, ya Allah ini sudah 29, 1 Syawal kapan, Allah Taala bilang, tanggal 5 Jumat, lah makanya kalau disalahkan orang bagaimana, ya nggak apa-apa urusannya gusti Allah," ucap Mbah Benu menggunakan bahasa Jawa dalam sebuah video yang kemudian viral di media sosial.

Belakangan Mbah Benu mengklarifikasi ucapannya itu. Menurut dia, sebenarnya apa yang disampaikannya itu adalah sebuah istilah, bukan dalam arti sebenarnya bahwa dia menelepon Allah.

"Terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Gusti Allah SWT itu sebenarnya hanya istilah. Dan yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah SWT."

Mbah Benu meminta maaf apabila pernyataannya telah menyinggung pihak lain.

Potret jemaah Aolia yang akan melaksanakan salat Idul Fitri, Jumat (5/4/2024)
Potret jemaah Aolia yang akan melaksanakan salat Idul Fitri, Jumat (5/4/2024) (Istimewa)

"Apabila pernyataan saya yang menyinggung atau tidak berkenan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terima kasih," kata Mbah Benu.

Putra kelima Mbah Benu, Daud Mastein mengatakan pernyataan sang ayah merupakan kiasan semata.

Menurutnya, Mbah Benu mengaji dan melakukan amalan lainnya untuk menentukan awal dan akhir serta kedatangan bulan Syawal.

"Ya ngaji, ya amalan dan itu merupakan salah satu karomahnya beliau," kata Daud.

Baca juga: Lakukan Salat Idul Fitri Jumat 5 April, Ini Sumber Ajaran Jemaah Aolia, Siapa Pemimpinnya?

Daud menyadari pernyataan sang ayah telah menimbulkan kegaduhan dari pihak-pihak yang menelannya mentah-mentah.

Ia mewakili keluarga dan seluruh Jamaah Masjid Aolia tetap menyampaikan permintaan maaf untuk itu semua.

"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah menimbulkan kegaduhan, mari kita tetap jaga kerukunan antarsesama," ujarnya.

Lurah setempat, Sutarpan mengatakan, aktivitas puluhan warga yang tergabung dalam jemaah Aolia itu dilakukan sejak dulu. Warganya sudah terbiasa dengan penetapan hari raya idulfitri lebih awal yang ditentukan oleh jemaah Aolia.

SOSOK Mbah Benu Ngaku Telpon Tuhan Untuk Lebaran Lebih Cepat, Pimpinan Jemaah Masjid Aolia
SOSOK Mbah Benu Ngaku Telpon Tuhan Untuk Lebaran Lebih Cepat, Pimpinan Jemaah Masjid Aolia (Kompas.com/Markus Yuwono)

"Kami sudah terbiasa dengan ini, sehingga jika mereka merayakan lebih cepat, warga di sini hanya bisa toleransi dan menghormati," ucapnya dilansir dari TribunJogja.com.

Dia mengaku, selama ini hubungan antara jemaah Aolia dan warga yang bukan jemaah terjalin harmonis. Warga saling memahami.

"Tidak pernah ribut-ribut. Kami di sini ya damai saja. Mereka ibadah ya silakan. Tidak ada yang merasa terganggu,"ujarnya.

Hubungan harmonis itu, kata Sutarpan, dapat dilihat saat perayaan Lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah.

Wakil Ketua MUI, Anwar Abbas, mengatakan perayaan Idulfitri yang lebih awal dilakukan oleh ratusan jemaah Aolia merupakan keyakinan mereka dan harus dihormati.

"Itu keyakinan mereka dan kita harus hormati," ujarnya kepada Tribunnews.com, Jumat (5/4) malam.

Baca juga: Potret Jemaah Aolia Gunung Kidul Sudah Lebaran Duluan, Ada Makna Salat Idul Fitri di Hari Jumat

Sementara terkait pernyataan Mbah Benu yang menelepon Allah, Ketua MUI Asrorun Ni'am menilai pernyataan itu merupakan sebuah kesalahan sehingga perlu diingatkan.

Sosok Mbah Benu Pemimpin Jemaah Aolia Gunung Kidul, Rayakan Idul Fitri 2024 Lebih Cepat
Sosok Mbah Benu Pemimpin Jemaah Aolia Gunung Kidul, Rayakan Idul Fitri 2024 Lebih Cepat (Tribun)

"Kasus di sebuah komunitas di Gunungkidul itu jelas kesalahan, perlu diingatkan. Bisa jadi dia melakukannya karena ketidaktahuan, maka tugas kita memberi tahu, kalau dia lalai, diingatkan," kata Ni'am kepada wartawan, Sabtu (6/4).

Ni'am memandang praktik agama tersebut bisa dikatakan menyimpang jika dilakukan dalam kondisi kesadaran penuh. Menurutnya, jika mengikuti praktik tersebut hukumnya haram.

"Kalau praktik keagamaan itu dilakukan dengan kesadaran dan menjadi keyakinan keagamaannya, maka itu termasuk pemahaman dan praktik keagamaan yang menyimpang, mengikutinya haram," ujarnya.

Ni'am menyampaikan puasa termasuk dalam ibadah mahdlah. Penentuan awal dan akhir ibadah telah ditetapkan oleh syariah. Menurutnya, Pelaksanaannya mesti berlandaskan ilmu agama serta keahlian.

"Tidak boleh hanya didasarkan pada kejahilan. ⁠Bagi yang tidak memiliki ilmu dan keahlian, wajib mengikuti yang punya ilmu dan keahlian. Tidak boleh menjalankan ibadah dengan mengikuti orang yang tak punya ilmu di bidangnya," katanya.

 (TribunTrends.com/TribunJatim.com)

Tags:
Lebaran 2024AbogejamaahMagetan
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved