Breaking News:

Berita Viral

Kisah Sabiq, Penyandang Disabilitas Pilih Jadi Guru Ngaji di Salatiga, Ratusan Anak Jadi Muridnya

Mengenal sosok Ahmad Sabiqul Umam alias Sabiq, penyandang disabilitas yang memilih jadi guru ngaji di Salatiga, ratusan anak jadi muridnya.

Editor: jonisetiawan
Kompas
Momen Sabiq, penyandang disabilitas tekun mengajar mengaji anak-anak di kampungnya. 

TRIBUNTRENDS.COM - Mengenal sosok Ahmad Sabiqul Umam, meski memiliki keterbatasan fisik berupa kaki yang lemah hingga tidak bisa berjalan, tak menyurutkan semangatnya untuk menularkan ilmu yang dimiliki.

Warga Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng) itu untuk terus mengajar mengaji untuk anak-anak di kampungnya dan sekitar Salatiga.

Setiap sore, Sabiq, begitu dia akrab disapa, mengajar mengaji anak-anak di Taman Pendidikan Al Quran (TPA) Hidayatul Al Quran yang dikelolanya.

Sabiq memiliki kekurangan fisik karena kakinya lemah hingga tak bisa digunakan untuk berjalan. 

Untuk melangkah, dia menggunakan tangan sebagai tumpuan.

Baca juga: Kisah Lil Jon Rapper Terkenal Amerika Pilih Jadi Mualaf, Ucap Syahadat di Awal Ramadhan Kemarin

Meski begitu, semangatnya untuk mengajar di TPA yang ada di belakang rumahnya di Kelurahan Mangungsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga sangat besar.

Bahkan di bulan Ramadhan ini, hari mengajar ditambah agar anak-anak di kampungnya semakin semangat belajar membaca Al Quran.

Sabiq mengatakan, dirinya sempat merasa minder saat awal-awal mengajar mengaji pada tahun 2000-an.

"Karena takut tidak diterima oleh anak-anak dengan kondisi saya seperti ini. 

Tapi ternyata mereka bisa menerima, karena saya mengajar dengan cara yang sesuai keinginan mereka. Sehingga merasa enjoy," ujarnya, Senin (18/3/2024).

Sabiq dengan tekun mengajar mengaji anak-anak di kampungnya.
Sabiq dengan tekun mengajar mengaji anak-anak di kampungnya.

Berharap ilmunya dapat bermanfaat

Seiring berjalannya waktu, rasa percaya dirinya terus tumbuh.

"Ini juga karena hasil didikan orangtua yang memerlakukan saya selayak orang normal. 

Seperti mencuci, makan, dan pekerjaan lain harus dilakukan secara mandiri," ungkapnya.

Baca juga: Kisah Tamin, Marbut Masjid Al-Jabr yang Dulunya Pemain Gaple, Tobat Gara-gara Ingat Kematian

Karena didikan tersebut, dia pun tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan semangat berjuangnya tinggi. Sabiq pun berani untuk mengajar mengaji di mushala dekat rumahnya.

"Lalu saya itu pernah keserempet motor, karena itu akhirnya membuka TPA di rumah. 

Murid yang ikut belajar mengaji ada 100-an anak, belajar hafalan dan baca tulis Al Quran serta fikih, mulai pukul 15.30 hingga 17.00 WIB," kata Sabiq.

Memasuki bulan Ramadhan, lanjutnya, jam belajar mengaji juga ditambah.

Semula jadwal Senin sampai Kamis, menjadi Senin sampai Sabtu.

"Harapannya anak-anak ini menjadi anak-anak yang soleh dan solehah, serta memiliki pondasi pemahaman terhadap agama yang baik," pungkasnya.

Kisah Lain: Dulunya Pemain Gaple, Pria Ini Kini Jadi Marbut Masjid Al-Jabr

Dulunya pemain gaple, Tamin (65) memutuskan tobat dan kini menjadi salah satu marbut di Masjid Al-Jabr.

Baru-baru ini, warga Pondok Labu itu bercerita mengenai sepenggal perjalanan hidupnya.

Dikatakan kini dirinya sudah menjadi marbut sejak 16 tahun terakhir.

Masjid Al-Jabr yang berlokasi di Jalan Bango II, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, itu telah menjadi “rumah kedua” Tamin.

Kendati demikian, Tamin mengaku sempat berprofesi sebagai kondektur bus milik Perusahaan Umum (Perum) Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD).

Baca juga: Banjir Tak Halangi Warga Jambi Salat Tarawih, Berangkat ke Masjid Naik Perahu

Dalam momen-momen tertentu, ia kerap bermain kartu bersama teman-temannya dengan taruhan uang. 

Alhasil, kegiatan ini menjadi kebiasaan lalu terbawa ke lingkungan lain.

“Waktu saya masih punya anak tiga, bandelnya saya itu bukan bandel yang enggak benar, bukan bandel yang begitu. Saya tuh main gaple, main remi, itu bandelnya,” kata Tamin saat ditemui Kompas.com di Masjid Al-Jabr, Senin (18/3/2024).

“(Main gaple dan remi itu) asal ada saja yang begadang,” imbuh dia.

Usai beberapa lama melakoni permainan gaple dan remi, kegiatan itu rupanya membuat Tamin berpikir tentang kematian.

Ayah empat anak itu khawatir tidak ada anggota keluarganya yang merapalkan doa saat Tamin telah tiada.

Dengan begitu, pria dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) di Pondok Labu ini menyuruh anak pertamanya untuk belajar mengaji.

Marbut bernama Tamin (65) saat ditemui di Masjid Al Jabr
Marbut bernama Tamin (65) saat ditemui di Masjid Al Jabr, Jalan Bango II, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (18/3/2024).

“Yang saya bilang tadi ke anak pertama, 'belajar ngaji gih. Kalau lu enggak bisa ngaji, kalau Baba mati, yang ngajiin siapa? Ya sudah, ngaji deh, nanti Baba yang anterin'. Ya orang saya main gaple mulu, enggak bisa ngaji,” ungkap Tamin.

Baca juga: Pria Dewasa Salat di Masjid Salah Arah Kiblat, Cara Anak Ini Menegur Dipuji, Sopan Tanpa Tertawa

Selama proses mengantar anak sulungnya yang saat itu masih berusia 10 tahun, sedikit demi sedikit Tamin mulai mendapatkan hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa.

“Iya (gara-gara ingat mati). Saat nunggu anak saya, saya tertarik saat dengar orang mengaji, 'enak banget orang ngaji ya’, gitu. Padahal enggak bisa mengaji,” kata Tamin.

Alhasil, sekitar tahun 1990-an, Tamin mencari guru yang bisa mengajarkannya huruf-huruf hijaiyah. Bersamaan dengan itu, ia juga belajar mengenai akidah Islam oleh guru lain.

“Belajar akidah di Citayam saya. Nah di situ, saya baru sadar di situ. 

Habis itu memperdalam lagi dan lagi. 

Tahun 1996, saya mulai mengajar ilmu tauhid,” imbuh Tamin.

Usai melepas profesi kondektur, Tamin menjadi petugas keamanan di salah satu SD yang satu yayasan dengan Masjid Al Jabr.

Baca juga: Mau Tobat, Mantan Waria Malah Ditipu Calon Istri, Dokter yang Mau Dinikahi Ternyata Sudah Bersuami

Namun, pekerjaannya itu tidak bertahan lama. Dia dipindahtugaskan menjadi marbut Masjid Al-Jabr.

Tak ada penolakan. Tamin justru menganggapnya sebagai garis kehidupan yang telah ditunjukkan oleh Sang Pencipta.

“Kan kita, maaf ya, kalau jiwa sudah tua, mau cari pekerjaan apa? 

Ya kita ibaratnya sambil ibadah saja di Masjid. Jadi, keuntungan jadi marbut ya beribadah. 

Enggak (ada penolakan), memang sudah tua, mau ngapain? Ikhlas saja,” ungkap Tamin.

Baca juga: Sikap Awan Berubah, Tobat dari Judi, Tepati Janji Kirim Gajinya ke Arzum Balli, Kini Batal Cerai?

“Lah iya. Saya juga enggak sangka bisa jadi marbut. Itulah rahasia Allah. Kalau sudah rahasia Allah, apa pun yang terjadi, itulah,” imbuh dia.

Untuk diketahui, istri Tamin dan dua anaknya telah menghadap Sang Pencipta. Namun, dua anak lainnya kini juga menjadi imam di Masjid Al Jabr.

***

(TribunTrends/Kompas)

Sumber: Kompas.com
Tags:
disabilitasguru ngajiSalatiga
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved