Kabar Duka Solihin GP Alias Mang Ihin Mantan Gubernur Jawa Barat Meninggal Dunia, Usia 97 Tahun
Kabar duka dari Jawa Barat, Solihin GP alias Mang Ihin mantan gubernur Jawa Barat meninggal dunia di Rumah Sakit Advent Kota Bandung, Jawa Barat
Editor: Galuh Palupi
TRIBUNTRENDS.COM - Kabar duka dari Jawa Barat, Solihin GP alias Mang Ihin mantan gubernur Jawa Barat meninggal dunia di Rumah Sakit Advent Kota Bandung, Jawa Barat pada Selasa (5/3/2024) pagi.
Solihin GP meninggal dunia dalam usia 97 tahun.
Informasi meninggalnya Solihin GP alias Mang Ihin ini pertama kali disampaikan oleh Kabid Infokom DPKLTS di akun Deden Hilga Safari.
DPKLTS atau Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup tempat Solihin GP berkiprah.

"Innalillahi Wainnailaihi Rojiun
Telah berpulang ke Rahmatullah Letnan Jenderal TNI Purn. H. Solihin GP (Mang Ihin), Sesepuh Jawa Barat dan Siliwangi, Pejoang Lingkungan dan pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), di usia 97 tahun, pada hari Selasa 5 Maret 2024, jam 03.09 WIB di RS Advent Bandung.
Semoga Almarhum Husnul Khotimah dan keluarga yang ditinggalkannya diberikan ketabahan, Aamiin YRA..
Wassalam,
Kabid Infokom DPKLTS," tulis akun tersebut.
Apabila masyarakat ingin bertakziah atau melayat bisa mendatangi MAKO II KODAM III Siliwangi:
Rumah Duka:
1. Jam 07:00 s/d 09:00 WIB:
Jl. Cisitu Indah VI No. 1 Dago,
Bandung (Khusus Keluarga Besar )
2. Jam 09:30 s/d 12:30 WIB:
MAKO II KODAM III Siliwangi
Jl. Sumbawa No. 22 Bandung
Pemakaman: TMP Cikutra Bandung Jam 13:30 WIB
Beberapa hari sebelum meninggal dunia, Solihin GP dibesuk oleh capres nomor 2, Prabowo Subianto.
Informasi soal kedatangan Prabowo ini beredar di grup-grup WA pendukung 02 yang memperlihatkan kedatangan Prabowo ke RS Advent pada 29 Februari 2024.
Saat itu Prabowo Subianto baru dari Cimahi usai berkunjung ke Kedai Bakso dan Soto Mang Uka milik mantan KSAD Jenderal TNI Purn Dudung Abdurahman.
Profil Solihin GP

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Solihin Gautama Purwanegara (lahir 21 Juli 1926) adalah mantan perwira Tentara Nasional Indonesia yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dari 1970 sampai 1975.
Ia mengawali karier militer ketika masa revolusi sebagai Komandan Tentara Keamanan Rakyat Kabupaten Bogor, kemudian bergabung dengan Divisi Siliwangi.
Solihin terkenal dengan gagasannya dalam mengatasi krisis pangan di Indramayu dengan memasyarakatkan padi yang disebut sebagai gogo rancah.
Di zaman Orde Baru, Solihin GP dikenal pula sebagai Sesdalopbang, Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan, yang mendampingi Soeharto ke desa-desa.
Dilansir dari wikipedia, Penyerahan mesin Huller untuk mantan pejuang pembantu logistik.
Presiden Soeharto menyerahkan mesin Huller (penggiling padi) kepada Hudori dari desa Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Hudori adalah bekas pejuang pembantu logistik yang memberikan makanan kepada pasukan yang dipimpin oleh Gubernur Solihin dan Pangdam Siliwangi, Mayjen. A.J. Witono, dalam perang kemerdekaan.
Hudori kini menjadi petani, dan ketika ditemui Presiden dalam kunjungan incognito-nya beberapa waktu lalu, keadaannya sangat menyedihkan.
Penyerahan dilakukan melalui Gubernur Jawa Barat, Solichin GP, di Bina Graha hari Rabu, 6 Mei 1970, Sementara itu sebuah “padi traktor” akan diserahkan kepada desa Karang Luas Lor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah melalui Residen Banyumas.
Kisah petani Jawa Barat tidak mengenal Presiden Soeharto
Presiden Soeharto memulai kunjungan incognito ke Jawa Barat dan Jawa Tengah tanggal 06 April 1970. Kunjungan yang diadakan bertepatan dengan awal pelaksanaan tahun kedua Pelita I ini, merupakan inspeksi langsung Presiden Soeharto di daerah pedesaan.

Tempat-tempat yang ditinjau adalah desa-desa Binong, Subang, Sindang, dan Kertasmaya, semuanya di Provinsi Jawa Barat.
Di tempat-tempat tersebut Jenderal Soeharto berdialog dengan para petani, di samping melihat secara langsung pembangunan jalan, pengairan dan irigasi di pedesaan Jawa Barat itu.
Satu hal yang perlu dicatat, tak satu pejabat pun di setiap tempat yang ia kunjungi, yang mengetahui kehadiran Pak Harto.
Entah dari mana informasinya, keesokan paginya ketika Pak Harto sedang berdialog dengan salah seorang petani, muncul Gubernur Jawa Barat Solihin G. P.
Sesaat setelah berdialog, petani mempersilahkan rombongan Pak Harto untuk singgah di rumahnya.
Setiba di rumah petani, Pak Solihin menanyakan, siapa yang sedang berbicara dengan dirinya itu?
Petani menjawab, petugas pertanian.
Pak Solihin kemudian menunjukkan gambar Presiden Soeharto yang kebetulan dipasang di dinding rumah petani.
Dengan perasaan malu, kikuk dan salah tingkah, petani memohon maaf, karena tidak mengenali wajah Presiden Soeharto.
Tim Pemberantasan Korupsi dan Laporan BIMAS

Presiden Soeharto memanggil Gubernur Jawa Barat, Solihin G.P., untuk menghadap dan melaporkan masalah Bimas di daerahnya tanggal 18 Februari 1970. Solihin telah melaporkan kepada Presiden bahwa dari jumlah Rp. 5,8 miliar untuk kredit Bimas di Jawa Barat, telah dapat dikembalikan sebanyak Rp. 4,5 miliar. Sedangkan sisanya yang Rp. 1 miliar lebih itu masih diusut oleh pemerintah daerah Jawa Barat.
Dalam hubungan ini Presiden menginstruksikan agar para pejabat yang terlibat dalam penyalahgunaan uang bimas diajukan ke pengadilan.
Keesokan harinya, tanggal 18 Februari 1970 Presiden Soeharto telah memutuskan untuk mempertemukan Team Pemberantasan Korupsi dengan Komisi Empat.
Ajak Soeharto mandi di Sungai
Solihin bercerita bahwa saat menjadi Gubernur Jawa Barat, ia pernah mengajak Presiden Soeharto mandi di sungai.[12]
Suatu ketika, Presiden Soeharto mengadakan kunjungan bersama Solihin ke pemukiman suku Baduy.
Solihin yang memang dikenal spontan, mengajak Soeharto untuk mandi di sungai.
"Mandi di sungai?" Presiden terkejut, tapi senyum. "Iya dong kita mandi di sungai, Pak. Tidak ada tempat lain," kata Solihin.
Presiden Soeharto menuruti kemauan Solihin.
Mereka kemudian turun dan mandi di sungai.
Berjongkok, bermain air, bahkan hingga buang air di sungai itu.
Semuanya tanpa pengawalan dan berlangsung aman-aman saja.

Selesai mandi dan sarapan, presiden menonton pertunjukan debus yang memperlihatkan kekebalan orang Baduy.
Sayangnya, pada saat produksi minyak Indonesia sedang tinggi-tingginya kala itu menjadikan Indonesia surplus minyak, dan menyebabkan investasi luar negeri membaik.
"Negara kita saat itu menjadi negara yang banyak uang. Lalu, ketika keuangan negara berlimpah, beliau (Soeharto) mulai berpikir apa yang beliau anggap tidak tepat. Yaitu seolah-olah segalanya bisa dicapai dengan uang," kata Solihin.
Mulailah Solihin merasa memiliki perbedaan pendapat.
Orang-orang yang punya uang bisa langsung menjadi tokoh, tanpa tahu dari mana uangnya. "Pahamlah saya bahwa kami sudah berbeda pola pikir.
Saya yang pernah berpikir bahwa beliau adalah Presiden terbaik, seketika itu juga lalu merasa ia adalah the worst president in the world," tuturnya.
Masa tua
Mang Ihin pada tahun 2014 Terkena stroke
Solihin terbaring sakit dan dilarikan ke RS Advent, Bandung pada 4 Juni 2017.[13]
Diagnosa dokter, beliau terkena serangan stroke.
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil menjenguk pria yang akrab disapa Mang Ihin pada 9 Juni 2017.
Kisah cinta dengan istri
Kisah cinta Solihin dengan istrinya, Maryam Harmain terbilang mirip dengan kisah cinta Habibie Ainun.[14]
Hal ini dibuktikan saat mereka berdua dirawat di RS Borremus Bandung, mereka berdua tampak bermesraan dan Solihin juga tampak menggenggam tangan istri.
Pendidikan
- Europeesche Lagere School (ELS).
- Meer Uitgebreid Lager Oderwijs (MULO) Bogor.
- Sekolah Menengah Pertama.
- Sekolah Menengah Tinggi.
- Sekolah Staf Komandan Angkatan Darat, 1954.
- US Army Infantry School, 1957.
- Sekolah Staf dan Komando TNI AD, 1969.[3]
Jabatan[sunting | sunting sumber]
- Guru SSKAD, 1954-1956, Bandung
- Panglima Kodam XIV/Hasanuddin, 1964-1968, Makassar
- Gubernur Akabri Umum dan Darat, 1968-1970, Magelang.[4]
- Gubernur Jawa Barat, 1970-1975
- Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan, 1977-1992
- Anggota Dewan Pertimbangan Agung, 1992-1997.
- Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, 1998.
- Pangkat terakhir: Letnan Jenderal, 1978.[5]
(Tribun Priangan)
Diolah dari artikel di Tribun Priangan
Diduga Sembunyikan Mobil Mewah, Anak Immanuel Ebenezer Berpeluang Diperiksa KPK: Enggak Kita Umpetin |
![]() |
---|
Dikira Menjarah Patung Iron Man Milik Ahmad Sahroni, Eko Purnomo Justru Kebanjiran Pesanan |
![]() |
---|
Aksi Nekat Sopir Bank Jateng Wonogiri, Gondol Uang Nasabah Rp 10 M, Tinggalkan Pegawai di Toilet |
![]() |
---|
Diduga Hasut Massa Bakar Mabes Polri, Laras Faizati Ditangkap Polisi, Sosoknya Jadi Sorotan |
![]() |
---|
Uya Kuya Ikhlas AC Rumah Diambil Wanita Tua, Hidup Kekurangan Suami Juru Parkir, Ini Sosoknya |
![]() |
---|