Breaking News:

Kalut Ditinggal Istri Pulang Kampung, Pengantin Baru Nekat Gantung Diri di Kamar Mandi, Ibu Histeris

Seorang pria di Muara Enim gantung diri di kamar mandi usai ditinggal istri pulang ke Palembang, ibu histeris.

Editor: jonisetiawan
Kolase TribunTrends/Ist
Seorang pria gantung diri usai ditinggal istrinya pulang ke kampung halaman. 

TRIBUNTRENDS.COM - Warga Desa Lingga Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim dihebohkan dengan kabar salah satu warganya bunuh diri.

Adapun warga yang nekat bunuh diri itu adalah Rezki Agustino (25).

Dia ditemukan sudah tak bernyawa dengan cara gantung diri di rangka atap kamar mandi rumah kontrakannya, Senin (19/2/2023) pukul 15.00 kemarin

Jasat warga Desa Lingga Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim itu pertama kali ditemukan oleh ibu Korban bernama Niraya.

Baca juga: Kendarai Mobil, Wanita Ini Syok Terjebak di Jembatan Gantung, Apes Percaya GPS, Disuruh Nyebrang

Ilustrasi gantung diri
Ilustrasi gantung diri (Tribun Bali)

Niraya awalnya mencoba menghubungi korban via telpon berkali-kali, namun tidak kunjung ada jawaban.

Karena curiga ibunya langsung berinisiatif mendatangi rumah kontrakan korban yang kebetulan berada di belakang rumahnya sendiri.

Setelah masuk ke kontrakan anaknya tadi, langsung memanggil anaknya dan mencari ke dalam kamar dan ruang dapur.

Betapa kagetnya sang ibu ketika melihat sehuntal tali ke rangka atap kamar mandi yang sudah mengikat di bagian leher korban.

Melihat hal tersebut, ibu korban langsung berteriak meminta tolong sehingga warga sekitar berdatangan ke lokasi kontrakan tersebut.

Atas kejadian tersebut, masyarakat langsung melaporkan ke Polsek Lawang Kidul.

Mendapatkan laporan tersebut, Kapolsek Lawang Kidul, Iptu Kms Erwin bersama anggota langsung memeriksa ke tempat kejadian perkara (TKP).

Ketika tiba di lokasi ternyata benar adanya laporan tersebut, sehingga langsung dilakukan visum.

petugas sedang melakukan evakuasi korban gantung diri di dalam rumah kontrakan
Tampak petugas sedang melakukan evakuasi korban gantung diri di dalam rumah kontrakan, karena ditinggal istri pulang ke Palembang.

Namun ketika akan dilakukan pemeriksaan lebih pihak keluarga tidak bersedia untuk dilakukan proses otopsi.

Kapolres Muara Enim AKBP Jhoni Eka Putra melalui Kapolsek Lawang Kidul Iptu Kms Erwin membenarkan, adanya kejadian tersebut.

Dan dari pemeriksaan para saksi, bahwa korban sebelum meninggal dunia korban diduga mengalami depresi.

Baca juga: Petugas KPPS di Jember Bunuh Diri Usai Dilantik, Lompat ke Sumur Sedalam 30 meter, Banjir Air Mata

Sebab korban masih tergolong pengantin baru, namun ditinggal istrinya pulang ke Palembang karena ada permasalahan keluarga yang membuatnya stres dan depresi.

Kemudian, keluarga korban tidak berkenan untuk membawa jenazah ke rumah sakit untuk dilakukan visum et repertum.

"Korban sebelumnya sudah dinasehati ibunya untuk tabah dan bersabar karena ditinggal oleh istrinya.

Korban juga sudah dikebumikan di TPU Banko Barat Desa Lingga," pungkasnya.

Kasus Lain: Pengawas TPS di Maluku Nekat Gantung Diri, Sedih Fisik Dihina

Sementara itu di lain sisi, seorang pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) di Maluku nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Pengawas TPS tersebut bernama Kaspar Metintomwat berusia 31 tahun.

Warga Desa Alusi Kelaan, Kecamatan Kormomolin, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku itu bunuh diri karena tak tahan dengan bullying atau perundungan berupa kata-kata negatif yang sering dilontarkan kepadanya.

Ketua Bawaslu Kabupaten Tanimbar, Mathias Alubwaman membenarkan kejadian tersebut.

Baca juga: Parah! Petugas yang Lain Sibuk Penghitungan Suara di TPS, Pria Diduga KPPS Asyik Cari Cewek Open BO

Ilustrasi gantung diri
Ilustrasi gantung diri (Tribun Bali)

"Iya benar, Kaspar Metintomwat ini petugas Adhoc di Tanimbar.

Ia meninggal bunuh diri karena tidak tahan bullyan," kata Ketua Bawaslu Kabupaten Tanimbar, Mathias Alubwaman, Senin (19/2/2024).

Dia menjelaskan, berdasarkan informasi dari Panwaslu Kormomolin, peristiwa itu terjadi di rumahnya sendiri, pada Kamis, 15 Februari 2024 lalu.

Awalnya, Kaspar mengikuti proses pungut hitung di lokasi tempatnya mengawas.

Ketika perhitungan selesai, ada yang datang untuk mendokumentasi hasil C-1 menggunakan handphone (HP).

Mereka yang hendak mengambil dokumentasi mendapat ijin dari Kelompok Pemungutan Perhitungan Suara (KPPS) yang ada di TPS. Namun, Kaspar melarangnya.

Mungkin merasa jengkel karena dilarang, ada warga yang kemudian menyerang Kaspar dengan kata-kata negatif yang diduga mengarah pada fisiknya.

"Korban ini punya sedikit kekurangan di bagian bibir, seperti sumbing gitu.

Tapi soal ucapan bullyan itu seperti apa, Panwaslu masih membuat kronologis kejadiannya," jelasnya.

Kaspar yang mendapat ucapan tak sedap hanya memilih diam.

Ia lalu menemui Panwaslu untuk memasukan laporan pengawasannya dan meminta pulang kerumah untuk makan.

"Tiba-tiba dengar kabar kalau yang bersangkutan sudah meninggal karena gantung diri," ucap Mathias.

Ilustrasi mayat, petugas TPS bunuh diri karena sering dibully.
Ilustrasi mayat, petugas TPS bunuh diri karena sering dibully. (via Tribunnews.com)

Dia mengaku, bullyan terhadap Kaspar ini bukan sekali, tapi sudah sering kali sejak proses pungut hitung suara dimulai hingga selesai.

"Tapi soal kepastian apakah korban dibully berkaitan dengan proses Pemilu, itu yang masih sementara kita tunggu kronologis resmi dari panwaslu," ungkapnya.

Baca juga: Pria Ungkap Gaji KPPS di Belanda, Nominalnya 5 Kali Gaji KPPS di Tanah Air, UMR Jakarta Lewat

Ditanya soal apakah Kaspar Metintomwat akan mendapat santunan meninggal dunia?

Mathias menyatakan, Bawaslu harus mendapatkan kronologis resmi untuk disampaikan ke Bawaslu Provinsi.

"Harus buat kronologis resmi supaya disampaikan ke Bawaslu Provinsi sehingga diupayakan untuk dapat santunan meninggal dunia," pungkasnya.

***

Artikel ini diolah dari Sripoku

Sumber: Sriwijaya Post
Tags:
pulang kampungPalembanggantung dirikamar mandi
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved