Breaking News:

Berita Viral

SOSOK Sungadi, Pria Obesitas Berbobot 165 Kg di Sragen, Sehari Makan 8 Porsi, Rajin Bantu Tetangga

Mengenal sosok Sungadi, warga Sragen yang mengidap obesitas berat badan mencapai 165 kilogram, rajin bantu tetangga, makan sehari 8 porsi.

Editor: jonisetiawan
Tribun Solo
Mengenal Sungadi, pemuda asal Desa Sono, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen yang mengidap obesitas, ditemui di rumahnya, Kamis (10/8/2023). 

TRIBUNTRENDS.COM - Mengenal sosok Sungadi, warga Sragen yang mengidap obesitas dengan berat badan mencapai 165 kilogram dengan tinggi badan 149 cm.

Sungadi mengalami obesitas sejak dirinya masih kecil atau bahkan dapat dikatakan seusai lahir.

Mempunyai kekurangan, pria berusia 25 tahun asal Desa Sono, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen itu enggan berdiam diri di rumah.

Dia justru dikenal sebagai sosok yang aktif.

Baca juga: TAK Sadarkan Diri, Pria Obesitas 200 Kg di Surabaya Dievakuasi, Panik Bangun Tidur Sesak Napas

Sungadi, pemuda asal Desa Sono, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen yang mengidap obesitas
Sungadi, pemuda asal Desa Sono, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen yang mengidap obesitas, ditemui di rumahnya, Kamis (10/8/2023).

Sungadi merupakan putra bungsu dari pasangan Suwarno (63) dan Tukiyem (61).

Dalam salah satu kesempatan, Suwarno menceritakan Sungadi sudah mengidap obesitas sejak ia lahir.

Dimana, Sungadi lahir dengan barat badan 5 kilogram kurang 2 ons.

Sejak kecil, Sungadi memang suka makan, bahkan dalam sehari ia bisa makan 6-8 porsi.

Sungadi suka makan apa saja yang disajikan orang tuanya, selama sudah matang dan tidak suka makanan atau minuman manis.

Meski tumbuh dengan obesitas, Sungadi nampak sehat dan ceria.

Sungadi suka berjalan-jalan dan bersosialisasi dengan tetanganya.

Bahkan, menurut Suwarno, Sungadi suka membantu warga yang sedang membangun rumah.

"Anaknya memang rajin, kuat mendorong angkong yang diisi adonan semen itu, membantu menaikkan genting, ikut membantu membangun talut itu sampai selesai," kata Suwarno kepada TribunSolo.com (grup TribunTrends.com), Kamis (10/8/2023).

"Kalau diajak bekerja keras mau, dia tidak pernah sakit, hanya paling batu pilek," sambungnya.

Sungadi mulai rajin membantu warga sekitar ketika baru bisa berjalan sekitar 3 tahun yang lalu.

Sungadi juga mempunyai keterbatasan dalam berbicara, serta ia juga tidak pernah mencicipi bangku sekolah, baik SD hingga SMA, karena kondisinya yang susah melakukan mobilitas.

Kini, Sungadi hanya makan dua kali sehari ketika di rumah.

Sungadi sering bermain keluar rumah, dan lebih banyak membeli makanan dari luar rumah.

Sementara itu, Kepala Desa Sono, Parjiyo mengatakan hanya bisa memantau kondisi kesehatan Sungadi dari jauh.

Karena setiap datang petugas dengan membawa ambulans, Sungadi selalu kabur tidak mau diperiksa.

"Kalau dari desa, ketika mau dicek kesehatannya, dia susah, lari, tahu ada mobil ambulans datang, dia lari, jadi hanya pantauan saja," kata Parjiyo.

"Tapi, dia jarang sakit, suka beraktivitas, hubungan sosialnya bagus, setiap ada keramaian dia selalu datang," pungkasnya.

Baca juga: KEBIASAAN Cipto Pria Obesitas 200Kg, Hobi Bergadang, Porsi Makan Normal: Es Gak Pernah Ketinggalan

--

Kisah Serupa: Juwanto Obesitas hingga 200 kg, Impikan Berat Badan Normal, Ingin jadi Dokter

Kisah pria mengalami obesitas kali ini menghampiri pemuda bernama Juwanto.

Di usianya yang baru 19 tahun, Ahmad Juwanto memiliki berat badan yang mencapai 200 kilogram.

Ahmad Juwanto yang merupakan warga jalan SMP 160, Kelurahan Ceger, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, ini tak bisa beraktivitas normal.

Akibat obesitas yang diderita seluruh aktivitas sehari-harinya terganggu dan harus dibantu orang lain.

Bobot tubuhnya sekarang membuat Juwanto tidak memungkinkan untuk berjalan.

Seluruh waktunya dihabiskan dengan berbaring dan duduk di ruang tamu rumah.

Tak hanya itu, Juwanto juga kerap mengalami insomnia atau sulit tidur.

Baca juga: MIRIP Kisah Fajri, Pria Obesitas 200 Kg Dievakuasi dari Lantai 2, Pintu Dijebol : Terbaring 3 Tahun

Ahmad Juwanto, pemuda 19 tahun di Cipayung, Jakarta Timur, mengalami obesitas
Ahmad Juwanto, pemuda 19 tahun di Cipayung, Jakarta Timur, mengalami obesitas (TribunJakarta)

Juwanto baru bisa tidur lelap saat dini hari, selama tak bisa tidur dia hanya bermain HP.

Mirisnya lagi Juwanto kini putus sekolah, dia dan keluarganya sangat berharap bantuan dari pemerintah.

Juwanto Remaja di Jakarta Timur Obesitas 200 Kg Harap Bantuan Pemerintah

Ahmad Juwanto (19), warga Jalan SMP 160, Kelurahan Ceger, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur tidak bisa beraktivitas dengan normal akibat obesitas diderita.

Pemuda yang karib disapa Juwanto tersebut memiliki berat lebih dari 200 kilogram sehingga mengakibatkan seluruh aktivitas sehari-harinya terganggu dan harus dibantu orang lain.

Bobot tubuhnya sekarang membuat Juwanto tidak memungkinkan untuk berjalan.

Seluruh waktunya dihabiskan dengan berbaring dan duduk di ruang tamu rumah.

"Sejak umur 10 tahun (mulai obesitas). Waktu itu masih bisa beraktivitas sampai umur 17 tahun. Naik drastis (berat badan) umur 18 tahun," kata Juwanto di Jakarta Timur, Rabu (5/7/2023).

Sudah Dibawa ke 3 RS Tapi Tak Ada Hasil

Sebelum beratnya lebih dari 200 kilogram pihak keluarga sebenarnya sudah berupaya membawa Juwanto ke sejumlah fasilitas kesehatan untuk mendapat penanganan medis.

Sudah tiga rumah sakit di wilayah Jakarta Timur didatangi, tapi karena tidak membuahkan hasil dan pihak keluarga terbebani dengan biaya akomodasi pengobatan pun terpaksa terhenti.

Keterbatasan ekonomi pihak keluarga dan obesitas diderita juga membuat Juwanto terpaksa putus sekolah, hal ini diperburuk dengan minimnya perhatian pemerintah.

Setelah sekolah swasta tempat Juwanto belajar tutup karena kekurangan murid, hingga kini Juwanto belum melanjutkan pendidikan ke jenjang kelas 2 sekolah menengah pertama (SMP).

"Inginnya seperti teman-teman lain, mau sembuh," ujar Juwanto.

Baca juga: FAKTA Fajri Pria 300 kg Meninggal, Pemakaman Dibantu Damkar, Alami Obesitas Sejak Usia 11 Tahun

Ahmad Juwanto, pemuda 19 tahun di Cipayung, Jakarta Timur, mengalami obesitas
Ahmad Juwanto, pemuda 19 tahun di Cipayung, Jakarta Timur, mengalami obesitas (TribunJakarta.com/ Bima Putra)

Pihak keluarga sendiri tidak mengetahui pasti penyebab obesitas yang diderita Juwanto, sehingga mereka tidak dapat berbuat banyak untuk memulihkan kondisi Juwanto.

Nenek Juwanto, Lina (54) menuturkan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) cucunya tersebut memang sudah mengalami obesitas dan bobotnya terus bertambah hingga dewasa.

"Memang badannya gede dari kecil sih, dari SD juga sudah besar badannya. Sudah kelihatan gede," tutur Lina.

Pada Jumat (30/6/2023) lalu petugas medis dan jajaran Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur sempat hendak mengevakuasi Juwanto ke rumah sakit.

Namun karena pihak keluarga belum mendapat jaminan pembiayaan selama Juwanto menjalani perawatan di rumah sakit dari Pemprov DKI Jakarta, tawaran tersebut sempat ditolak.

"Ntar masalah biaya bagaimana. Dua tahun lalu sudah pernah berobat selama enam bulan, dapat bantuan. Tapi enggak ada perubahan. Cuman dibilang pola makan diatur," lanjut Lina.

Lina mengatakan pihak keluarga tidak menolak Juwanto dirawat di rumah sakit, dengan catatan pemerintah menjamin menanggung seluruh biaya pengobatan dan akomodasi.

Pasalnya keterbatasan ekonomi pihak keluarga membuat pihak keluarga bingung untuk memenuhi ongkos perjalanan dari rumah di Kelurahan Ceger menuju rumah sakit.

"Kita enggak ada duit, duit dari mana," tandasnya.

(*)

Artikel ini diolah dari TribunSolo

Sumber: Tribun Solo
Tags:
SungadiobesitasSragenmakantetangga
Berita Terkait
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved