Breaking News:

DULU Eksis Jadi YouTuber, Deretan Konten Kreator Ini Bikin Platform Video Streaming, Saingi YouTube?

Deretan konten kreator ini dulu jadi YouTuber, namun kini bikin platform video streaming sendiri. Siap saingi YouTube?

Editor: Suli Hanna
freepik.com
Ilustrasi YouTube 

TRIBUNTRENDS.COM - Ada banyak platform berbagi video di dunia.

Sebenarnya, tak hanya YouTube saja lho yang menyediakan 'tempat' untuk berbagi video.

Namun memang tak dimungkiri, YouTube masih populer.

YouTube saat ini menjadi platform berbagi video paling terkemuka.

Tidak sedikit kreator konten yang menjadikan YouTube sebagai sumber penghasilan mereka.

Namun, hal ini tidak menghentikan sejumlah kreator konten YouTube untuk mengembangkan platform berbagi video mereka sendiri.

Siapa saja mereka?

Baca juga: Cegah Plagiarisme, YouTube Bisa Deteksi Pelanggaran Hak Cipta sebelum Video Diunggah Lewat Checks

Baca juga: Cegah Akun YouTube Hilang, Jangan Sampai Channel-mu Kena Hack, Perhatikan 4 Poin Ini

Tampilan desktop Nebula
Tampilan desktop Nebula (tangkapan layar https://nebula.app/videos)

Dave Wiskus

Hal inilah yang dilakukan Dave Wiskus. Ia dan 75 kreator konten komunitas Standard.TV mendirikan layanan streaming WatchNebula atau Nebula pada Mei 2019 lalu.

WatchNebula atau Nebula merupakan salah satu platform streaming video yang disebut-sebut sukses menyaingi YouTube.

Nebula sendiri didirikan oleh Dave Wiskus dan dibangun di atas premis sederhana, yakni memberikan kebebasan kepada para kreator konten dari algoritma YouTube.

Selain itu, di Nebula para kreator konten bisa membuat konten apapun yang mereka kehendaki tanpa takut "dihukum" oleh platform tersebut.

Salah satu kreator konten di Nebula, Jordan Harrod, yang juga merupakan mahasiswa S3 di Harvard, mengungkapkan ada jenis-jenis konten video yang sulit ia bahas di YouTube dan melihat Nebula sebagai platform yang tepat untuk mempublikasinya.

Misalnya, ia biasanya membuat video tentang kecerdasan buatan, etika AI, dan teknologi medis.

Menurutnya, konten seperti itu tidak "tepat" atau tidak bisa selalu diterima di YouTube.

"Pasti ada topik yang saya temukan yang menurut saya akan sulit untuk dibahas di YouTube," jelasnya.

Selain soal topik, Harrod juga mengungkapkan algoritma YouTube juga kerap membuatnya merugi.

Harrod mencontohkan, ia pernah membuat membuat video yang mengeksplorasi bagaimana algoritma memoderasi hate speech secara online.

Ironisnya, algoritma YouTube malah menandai video itu sebagai konten hate speech.

Alhasil, video milik Harrod tersebut akhirnya dibatasi.

Karena hal ini, Harrord kehilangan jumlah penayangan yang ia dapatkan sebelumnya.

Bukan hanya Harrod, kreator konten bernama Lindsay Ellis juga pernah mengalami hal serupa.

Ketika itu ia membuat video tentang transfobio dalam budaya populer.

Namun akhirnya video itu juga dibatasi karena algoritma YouTube yang keliru.

Akhirnya Ellis memilih membuat video di situs Nebula.

Salah satu alasannya ialah karena pendapatannya di Nebula hampir setara dengan yang ia dapatkan dari Google AdSense di YouTube.

Di Nebula, penonton memang perlu membayarkan biaya langganan 5 dollar AS atau sekitar Rp 71.000 dalam sebulan untuk dapat mengakses semua konten di platform tersebut.

Saat ini, perusahaan mengklaim ada 200.000 pelanggan berbayar di Nebula.

Linus Sebastian

Tak hanya David Wiskus dan kawan-kawannya yang mengembangkan platform streaming videonya sendiri. 

YouTuber teknologi kenamaan dunia, Linus Sebastian, juga memulai debut situs berbagi video miliknya bernama Floatplane.

Seperti Nebula, di Floatplane, penonton juga diharuskan untuk membayar biaya langganan beberapa dollar sebulan untuk mendukung kreator konten yang mereka sukai.

Satu hal mendasar yang membedakan Floatplane dari YouTube adalah tidak ada algoritma penyajian video kepada penontonnya.

Sebastian sendiri sebenarnya merupakan YouTuber sukses.

Ia diketahui memiliki empat channel YouTube, yakni Linus Tech Tips, Techquickie, TechLinked, dan ShortCircuit. 

Pada 2020, saluran Linus Tech Tips disebut menempati peringkat channel teknologi yang paling banyak ditonton di YouTube.

Kendati sukses di YouTube, Sebastian dan rekannya Luke Lafreniere meluncurkan Floatplane sebagai platform alternatif. 

Sejauh ini, baru para pembuat konten bertema teknologi yang bisa bergabung di Floatplane.

Ia tidak ingin membuat Floatplane tampil menjadi pesaing pesaing langsung dari YouTube.

Sebagaimana dihimpun dari situs Floatplane, situs ini hadir untuk menjadi platform video terjangkau yang memungkinkan para pembuat konten bisa menambah sumber penghasilan mereka sekaligus terhubung langsung dengan para penggemar.

"Floatplane akan menjadi wadah bagi penggemar hardcore yang sebenarnya.

Tidak ada algoritma, penggemar akan disajikan semua video yang kalian buat," kata Sebastian.

Baca juga: Ingin Jadi Vlogger di YouTube? Kenali 10 Kalimat Pembuka Favorit Content Creator: Hey Guys Terbanyak

Baca juga: Tak Perlu Tunggu Terlalu Lama, Video YouTube Kini Bisa Dinikmati per Bagian Lewat Fitur Chapter

Sam Gorski dan Niko Pueringer

Selain Sebastian, pemilik channel Corridor Digital di YouTube, Sam Gorski dan Niko Pueringer juga mengembangkan platformnya sendiri dengan nama yang sama, Corridor Digital.

Dalam platform tersebut, penggemar akan mendapatkan poin dengan membayar biaya langganan bulanan sebesar 4 dollar AS atau sekitar Rp 47.000.

Poin tersebut dapat digunakan untuk meminta (request) agar platform membuat video sesuai keinginan penonton.

Langkah yang diambil deretan YouTuber ini untuk mengembangka platformnya sendiri agaknya dilatarbelakangi karena adanya perselisihan antara kreator konten dengan platform YouTube itu sendiri.

Perselisihan tersebut termasuk soal pendapatan iklan, masalah hak cipta, hingga algoritma rekomendasi video kepada penonton, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari BBC, Rabu (10/3/2021).

(Kompas.com/ Galuh Putri Riyanto)

Artikel ini telah diolah dari Kompas.com yang berjudul "Deretan YouTuber yang Bikin Platform Video Streaming Pesaing YouTube".

Sumber: Kompas.com
Tags:
YouTuberYouTubevideo streaming
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved